Petualangan Angga, Dosen Muda
Namaku Angga, usia 26 th. Aku seorang dosen muda di sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang berada di kota M, sebuah kota kecil di Jawa timur.
Sekilas, sepertinya keren, menjadi seorang dosen muda, di sebuah PTS. Tapi, yang menjadi masalah, PTS ini bukan seperti PTS di kota besar atau kota metropolitan.
PTS ini hanyalah sebuah PTS kecil yang berada di sebuah kota kecil yang bersaing dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan PTS lainnya yang jumlahnya juga banyak. PTN menjadi rujukan utama para lulusan SMA untuk melanjutkan jenjang pendidikan, dan ini membuat kampusku hanya mendapat sisa-sisa (buangan) pendaftar yang gagal masuk PTN tersebut.
Karena sifatnya buangan, misal ada 100 mahasiswi, paling yang tampangnya lumayan ya cuma 1-2 mahasiswi saja, sisanya tampang pas-pasan. Dan buruknya, 1-2 mahasiswi tersebut malah akhirnya sering bikin kita minder, sepertinya mereka merasa mereka itu high class banget, padahal, sebenarnya sih lebih karena, di sekitarnya saja yang tampangnya dibawah rata-rata.
Sedangkan uniknya, mahasiswi-mahasiswi ini datang dari kota yang lebih kecil . Jadi seperti orang yang datang dari desa ke kota, beberapa dari mereka mengalami gegar budaya. Sehingga ada 1-2 mahasiswi yang dandanannya agak menor dan mungkin sedikit norak.
Dan salah satu mahasiswi yang dandanannya agak menor ini, namanya Bunga.
Bagian 2. Perbaikan Nilai
Setiap masuk kelas pagi, Bunga kondisinya kayak habis party. Mata agak sembab, dan hampir tidak ada fokus untuk kuliah, karena sepanjang kuliah mengantuk. Sudah begitu, dari total 14 minggu perkuliahan, hampir separohnya Bunga tidak masuk, bahkan parahnya, Bunga juga tidak hadir saat UTS. Akhirnya, di akhir semester, Bunga termasuk salah satu mahasiswi yang mendapat nilai E.
Mungkin karena penasaran, sehari setelah pengumuman nilai, Bunga datang ke ruangan Aku.
Bunga : “Selamat pagi pak, boleh saya menemui bapak?”
Aku : “Pagi, iya monggo, silahkan masuk”
Bunga : “Begini pak, saya mau menanyakan perihal nilai saya pak, kenapa saya dapat E ya pak?”
Aku : “Ya, karena kamu jarang masuk, dan kamu juga ndak ikut UTS, ya wajar dong, kalau dapat E”
Bunga terlihat sedikit kecewa, tapi sepertinya dia pantang menyerah.
Bunga : “Emm… boleh tidak pak, jika saya minta perbaikan nilai?”
Aku : “Maaf ya dek, nilai dari saya sudah final, tidak bisa diubah lagi”
Bunga : “Tolong saya pak, saya jarang masuk karena saya harus kerja di malam hari pak, buat bayar SPP”
Aku : “Ya kamu harus bisa atur waktu, antara kerja dan kuliah. Emang kamu kerja apa koq malam-malam waktu kerjanya?”
Bunga : “Saya jadi pemandu lagu pak, di Sakura”
Aku : “Yaa, saya mohon maaf ya dek, kamu harus menerima konsekuensi atas ketidakhadiran kamu di perkuliahan dan saat UTS”
Bunga : “Mohon saya dibantu pak, kalau saya harus ambil kuliah ini lagi tahun depan, kan saya harus bayar SPP lagi pak, SPP kan mahal”
Aku : “Ya itu konsekuensi yang harus kamu terima, bagaimana lagi?”
Dengan wajah agak memelas, Bunga mencoba meminta perbaikan nilai.
Bunga : “Emm… Tolonglah pak, sekali iniii.. saja, saya dapat perbaikan nilai, (dengan nada agak ragu) … nanti … bapak … saya kasih servis deh… “
Aku : “Servis?? Servis apaa?”
Bunga : “Ya… servis gitu pak, masak bapak ndak tahu, short-time gitu pak, di Hotel… (sambil tersenyum malu)”
Aku : “Sebentar, … kamu selain jadi pemandu lagu, kadang juga ngasih servis ke om-om short-time gitu di hotel???”
Bunga : “Iiya.. pak..., gaji pemandu lagu saja ndak cukup untuk bayar SPP..., saya musti cari sampingan yang lain”
“Anjritt”, dalam hati Aku, Bunga ternyata kerja jadi perempuan panggilan untuk membiayai kuliahnya. Mendengar tawaran dari Bunga, setan di otak kiri sebenarnya sudah pengen mengiyakan tawaran Bunga. Soalnya, posisi Aku sudah 3 minggu ndak ketemu pacar, sudah kelamaan keris ndak di cuci, bisa karatan nanti. Tapi entah kenapa, Aku masih ragu, dan malah jadi penasaran dengan pekerjaan sampingan Bunga.
=====
Mendengar
pengakuan Bunga tentang pekerjaan sampingannya, Aku jadi pengen tahu lebih
jauh.
Aku : “Hmm…, saya jadi penasaran, di kampus kita ini, ada ndak yang seperti
kamu? Yang juga kerja sampingan buat bayar SPP nya?”
Bunga : “Emm... ada sih pak, yang saya tahu, yang kerja di mami (germo) yang sama dengan saya, ... ada 3 anak”
Aku : “Wew, 3 anak? siapa saja?”
Bunga : “Saya ndak berani sebut nama pak, ndak enak sama mereka”
Aku : “Ya kalau kamu ndak ngasih tahu saya, saya ndak bisa bantu kamu”
Bunga : “Waduuuh, tolong dibantu pak, untuk perbaikan nilai saya. Oke deh pak, saya kasih tahu ya, tapi bapak janji jangan bilang siapa-siapa, soalnya kasihan temen-temen saya itu pak, mereka kerja karena tidak dapat kiriman orang tua”
Aku : “Iya, saya janji”
Bunga : “Yang kerja di mami saya itu, saya, Hening, sama Asti”
***
Nama terakhir yang disebut Bunga, Asti, adalah termasuk 1-2 mahasiswi yang paling cantik di PTS Aku. Dan yang lebih mengagetkan lagi, Asti yang sehari-hari memakai jilbab, kesehariannya sangat santun, bicaranya sopan, termasuk mahasiswi yang paling smart di angkatannya. Boleh dikatakan, Asti adalah idola kampus.
Aku : “Asti juga kerja sampingan seperti kamu? Serius kamu? Ndak bohong?”
Bunga : “Iya pak, serius. Dulu Asti sebenarnya ndak seperti sekarang pak, pake hijab dll, dulu juga punya pacar yang anak band, mereka sering keluar malam gitu, tapi sejak ibunya meninggal, Asti berubah jadi baik pak, pake Hijab, lebih sopan santun, sayang, ketika ayahnya menikah lagi, Ibu tirinya kejam pak, ndak mau ngirim uang lagi ke Asti, ya akhirnya, Asti kepaksa harus kerja untuk bayar SPP nya”
Dan
entah kenapa, untuk yang ini, setan di otak kiri Aku sepertinya sepakat.
Aku : “Gini deh, kalau kamu mau perbaikan nilai, saya akan bantu kamu, asal …
Asti mau servis saya”
Mendengar
permintaan Aku agar Asti yang men-servis Aku, Bunga sepertinya agak keberatan.
Bunga : “Sepertinya Asti agak sulit pak, soalnya Asti pilih-pilih klien, kalau
yang lain saja gimana pak?”
Aku : “Saya maunya cuma Asti, terserah kamu bagaimana caranya”
Bunga : “Ya sudah pak, saya coba tanyakan dulu ke Asti”
Dua hari berselang, Bunga kirim pesan WA.
Bunga : “Pak, Asti marah-marah pak, ketika saya kasih tahu ke bapak tentang pekerjaannya, dia ndak mau pak, saya harus bagaimana ya pak?”
Dalam hati Aku, agak kecewa juga kalau ndak jadi di servis Asti.
Aku : “Ya itu masalah kamu, saya cuma bisa menginformasikan, 2 minggu lagi, kalender akademik semester ini berakhir, setelah itu, nilai tidak akan bisa diubah lagi”
Bunga : “…”
Di jumat pagi tiba-tiba ada pesan WA dari Bunga.
Bunga : “Pak, setelah saya janjikan ke Asti saya akan bayar kost-kost an dia selama 6 bulan, akhirnya Asti mau pak. Tapi Asti ndak mau nemui bapak sendirian, dia minta saya barengi dia pas ketemu sama bapak”
Aku : “Oke, kalau gitu, weekend ini kita check in ya”
===================
Sebagai dosen, Aku merasa Aku harus berhati-hati untuk melakukan hal ini (check in dengan mahasiswi), karena bakal jadi preseden buruk kalau sampai ketahuan orang lain. Sehingga Aku putuskan untuk memilih sebuah hotel di pinggir telaga di kota P. Kotanya relatif sepi, dan sepertinya kecil kemungkinan untuk bertemu orang yang kita kenal. Bunga dan Asti setuju dengan rencana ini, mereka pun juga ndak mau kalau ketahuan check in dengan dosennya.
Akhirnya, setelah janjian ketemuan di dekat terminal, mereka berdua Aku ajak naik mobil Aku ke kota B dengan waktu perjalanan sekitar 25 menit. Bunga duduk di depan dan Asti di belakang. Asti terlihat canggung, entah karena menjaga image dia sebagai idola kampus yang sopan dan santun atau gimana, ndak jelas. Beda dengan Bunga yang lebih banyak ngobrol sepanjang perjalanan.
Setelah
memasuki lokasi, mereka Aku turunin di minimarket dekat hotel, kemudian Aku
sendirian, menuju hotel untuk check in kamar biar orang ndak ada yang curiga.
Setelah kunci kamar Aku dapat, Aku balik lagi ke minimarket untuk menemui
mereka. Aku serahin kunci ke mereka, dan mereka Aku suruh untuk masuk ke kamar
dulu, nanti 15 menit kemudian Aku nyusul ke kamar.
15 menit berselang, Aku nyusul ke kamar sambil membawa beberapa makanan ringan
yang Aku beli di minimarket. Ketika Aku masuk kamar hotel, Bunga dan Asti duduk
di tepi ranjang dan sedang bisik-bisik ndak jelas. Akhirnya Aku putusin mandi
dulu di kamar mandi hotel, biar seger aja.
====================
Aku keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk menutupi tubuh bagian bawah, dan ternyata Bunga sudah tidak ada di kamar. Asti juga sudah melepas jilbabnya, walau masih dengan pakaian lengkap. Melihat rambut Asti terurai entah kenapa Aku merasa Asti terlihat lebih cantik dari biasanya. Asti tidak menyebutkan Bunga lagi ada dimana atau sedang kemana, dan sepertinya masih jaim, Asti masuk ke kamar mandi, tanpa sepatah kata pun terucap.
Selang 15 menit, dengan wajah masih agak sedikit tegang, namun masih terlihat cantik, Asti keluar kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang menutupi tubuhnya.
Rambutnya sedikit basah terurai luwes di pundaknya. Sedikit belahan payudara masih terlihat walau tertutupi handuk. Dan celana dalam warna pinknya, juga sedikit menonjol walau sudah coba ditutupi dengan handuk yang dia pakai.
Aku pura-pura fokus lihat berita di TV hotel ketika dia keluar dari kamar mandi dan menuju tempat tidur. Beberapa saat kemudian, Aku tengok Asti lagi mainin HP. Dalam hati Aku bertekad, Aku harus bisa menaklukkan ke angkuhan Asti dan Asti tunduk dibawah kendali Aku. Aku harus bermain cantik agar dia bisa luluh untuk bisa bercinta dengan tanpa keterpaksaan.
Berjalan pelan, Aku menuju saklar lampu kamar untuk mematikan lampu kamar dan menyisakan lampu tempat tidur saja agar Asti lebih rileks. Kemudian, channel TV Aku ubah ke siaran lagu-lagu slow intstrumentalia agar nuansa kamar lebih romantis. Setelah itu, Aku coba dekati Asti yang sedang duduk di pinggir tempat tidur sambil bermain HP.
Aku dekatkan wajah Aku ke tengkuk belakang dekat telinga yang biasanya menjadi titik sensitif para wanita, Aku beri sedikit hembusan-hembusan dan ciuman-ciuman untuk merangsang Asti yang sepertinya masih kurang bernafsu untuk bercinta. Aku coba cium-cium sekitar muka, dan ketika bibir ketemu bibir, sepertinya Asti masih kurang bereaksi, hanya diam. Akhirnya, gerilya lanjut ke bawah, ke payudara. Handuk yang menutupi kedua payudaranya coba Aku lepaskan pelan-pelan. Asti agak sedikit malu saat handuknya terlepas dan membuka penutup terakhir payudaranya. Secara reflek, kedua tangannya mencoba menutupi payudaranya. Namun, pelan-pelan, Aku tarik tangannya yang menutupi payudaranya, dan akhirnya terlihat dengan jelas, payudara Asti yang masih ranum dan kencang, sepertinya jarang di jamah.
Untuk yang satu ini, Aku yakin banget, Asti pasti bakal mulai terangsang dengan serangan Aku. Mulut Aku mulai sibuk melumat puting payudara kiri, dan tangan kanan terus memilin-milin puting payudara kanan. Tak lupa, lumatan mulut disertai dengan gigitan-gigitan kecil untuk memberikan ransangan kejut. Beberapa menit kemudian, mulut pun berpindah melumat puting payudara kanan, dan tangan kiri berganti memilin-milin puting payudara kiri. Asti masih menutup mata dan terdiam, tapi body language nya mulai menunjukkan adanya respon terhadap serangan ransangan Aku. Tubuhnya sedikit menggeliat ketika Aku beri ransangan kejut di setiap gigitan-gigitan kecil di puting Asti. Sebelum lanjut kebawah, Aku rebahkan Asti ke kasur pelan-pelan, kemudian Aku lanjut melakukan ciuman-ciuman lembut dari payudara menuju daerah mekinya.
Dengan pelan, dan walau agak sedikit canggung, celana dalam pinknya Aku lepas, dan Aku takjub banget melihat mekinya Asti. Bersih banget mennn... Ndak ada gelambir-gelambir warna gelap di mekinya. Warnanya pure warna kulit kemerah-merahan. Jembinya juga tumbuh rapi alami. Melihat mekinya, Aku jadi bernapsu banget buat jilmek.
Dan seperti yang Aku duga, serangan jilatan meki yang Aku selingi dengan kocokan jari tengah Aku yang menyerang tepat di G-Spot nya, membuat Asti mulai bertekuk lutut. Sepanjang rangsangan leher dan payudara, Asti masih diam. Tapi tidak dengan serangan jilmek ini. Walaupun Asti berusaha sekuat tenaga menutup bibirnya dan menahan agar tak bersuara, namun suara erangan itu tetap lirih terdengar.
Ketika kocokan Aku semakin kencang terhadap G-Spot nya, keluarlah erangan agak keras dari mulut Asti, dan disaat yang sama, kedua pahanya menjepit erat tangan kanan Aku yang sedang mengocok G-Spot nya, sambil menggeliat, Asti Orgasme.
================
=====
Gw sengaja berhenti, untuk memberi kesempatan Asti men-stabilkan tarikan nafasnya yang tidak stabil dan memburu karena orgasme. Sedetik kemudian gw mengambil kondom yang sudah gw siapkan di dalam tas kecil gw. Asti sudah mulai membuka mata saat gw pasangkan caps tersebut ke penis gw. Entah kenapa, gw lihat raut muka Asti lebih rileks ketika gw pasang caps di penis gw. Mungkin dia pengen sex yang aman, atau sedang masa subur tapi lupa minum pil KB, atau takut apabila gw ada sakit kelamin atau apa, sehingga berharap gw make caps, tapi ndak tahu harus gimana ngomongnya. Yang jelas, raut mukanya agak berubah lebih rileks ketika melihat gw masang caps di penis gw.
Dan ketika nafas Asti sudah mulai normal, gw coba memposisikan penis gw di depan memek Asti. Gelombang penolakan Asti sepertinya sudah mulai luntur. Tapi gw tetap harus bermain soft, agar Asti terkesan dengan gaya permainan sex gw, gw yakin, keterpaksaan Asti untuk bercinta dapat berubah menjadi kesediaan tanpa paksaan, bahkan menjadi keterlibatan, tidak hanya gw sendiri yang aktif.
Gw coba masukkan dengan pelan penis gw ke mekinya Asti. Ketika penis gw baru separuh yang masuk, gw tahan sebentar. Gw coba memecah kebuntuan percakapan dalam sex ini, biar tidak hambar.
Gw : “Sakit?”
Dia menggeleng.
Gw coba masukkan lagi dengan pelan, sampai masuk ¾, gw tahan.
Gw : “Sakit?”
Dia menggeleng lagi.
Akhirnya, masih dengan pelan, gw masukkan seluruh penis gw sampai mentok ke meki nya Asti.
Dia sempat sedikit menggeliat ketika penis gw mentok masuk ke mekinya.
Setelah beberapa saat diam di posisi mentok, gw coba tanya lagi.
Gw : “Gw goyang ya?”
Dia mengangguk pelan.
Akhirnya gw mulai tarik dorong 1-2, dengan kecepatan pelan tapi stabil. Asti, mulai mengerang-erang di setiap dorongan. Sepertinya erangan nya mulai lepas, tanpa ragu. Penis gw mulai mengocok-ngocok mekinya Asti. Di posisi ini, gw juga sudah mulai ngerasa enak, penis mulai berdenyut-denyut nikmat, tapi gw tetap fokus, gw harus bisa taklukkan Asti. Dan ketika kecepatan kocok mulai cepat, raut muka Asti mulai memunculkan wajah-wajah sendu tapi gembira, seperti kesakitan padahal keenakan. Erangan-erangan lepas tak terkendali, bibirnya terbuka tak lagi tertahan, desahan-desahan keras mulai acak, dan disaat ketika mekinya mulai berkedut kencang, sepertinya dia mau orgasme, gw sengaja hentikan kocokan penis gw dan hentikan penis gw di dalam mekinya.
Sengaja gw pancing, dan gw pengen tahu, apa Asti sudah di bawah kendali gw atau belum.
Gw : “lanjut gak nih, dorongnya?”
Asti : “.... iya pak .... “ (suara lirih)
Sengaja gw sok gak denger apa yang dia ucapin, padahal gw sudah denger.
Gw : “duh gak denger nih, gimana, lanjut gak nih dorong nya?”
Asti : “Iya pak, ayo lanjut, jangan berhenti dorongnya, enak banget penis bapak”
Dan saat Asti sudah lepas dari keterpaksaan, saat itulah kemenangan datang. Rasa ini jauh melebihi orgasme.
=====
Akhirnya, gw mulai kocok lagi, start dengan kecepatan pelan, tapi dengan akselerasi cepat, menuju kecepatan penuh. Dan Asti, lagi-lagi mulai menggelinjang dengan racauan yang sudah tak tertahan, “iya pak, terus pak, aduh, enak pak, iya, iya, lagi, lagi, pakk......”
Asti orgasme yang kedua.
=====
Gw sengaja berhenti ketika Asti orgasme yang kedua, karena gw tahu, Asti pasti capek banget. Pelepasan energi Orgasme itu gede banget, dan bikin capek. Gw bangun dari tempat tidur, gw buka you * 1***, dan kasih minum ke Asti agar dia agak segar kembali. Sepertinya Asti terkesima dengan kejutan-kejutan kecil dari gw yang memperlakukan dia sebagai partner yang seimbang.
Gw : “Gantian kamu diatas ya”
Asti : “ Baik pak”
Asti sudah rileks dan menikmati permainan. Asti tidak canggung memposisikan diri diatas badan gw ketika gw mulai rebahan. Bahkan tanpa komando, Asti langsung memegang penis gw dan mengarahkan ke dalam mekinya. Kali ini dia yang pegang kendali.
Asti : “Bapak santai saja ya, kali ini saya yang goyang”
Asti mulai menyerang penis gw dengan kocokan-kocokan mekinya. Dia sepertinya ada keinginan balas dendam terhadap serangan gw sebelumnya di posisi misionaris, dan sekarang di posisi Women on Top, dia pengen menunjukkan keperkasaan dan mencoba menaklukkan penis gw. Cuma dia ndak tahu, posisi ini bukan posisi favorit gw sih, dan gw jarang KO kalo posisi gini doang. Dan akhirnya terbukti, setelah sekitar 10 menitan dia ngocok-ngocok penis gw, dia sendiri yang nyerah.
Asti : “Waduh, pinggang saya rasanya mau copot, bapak masih perkasa juga ya.”
Gw : “Hahaha, sudah, ganti posisi aja, ini saya juga mau keluar koq”
Akhirnya gw posisikan dia untuk doggy style. Asti gw posisikan seperti merangkak diatas kasur. Dan gw berdiri di tepi kasur dengan posisi penis pas di depan meki Asti yang menganga. Entah kenapa, gw merasa, posisi doggy style ini bener-bener memberikan efek cengkeraman meki yang maksimal ke penis gw.
Pelan-pelan gw coba dorong masuk penis ke mekinya. Ketika sudah full, gw coba start dengan 1-2 kocokan pelan ke mekinya. Setelah 1-2 kocokan,
Gw : “Sakit?”
Asti : “Endak pak, Enak banget ini, rasanya penuh banget memek saya”
Jujur, ketika gw lagi ML, dan melakukan ganti posisi, atau mencoba posisi-posisi baru, gw selalu tanyakan ke pasangan gw, apakah mereka merasa sakit atau tidak. Menurut gw ini penting, karena dalam bermain sex, jangan sampai salah satu mencapai kenikmatan, tapi pasangannya malah merasa kesakitan. Sehingga, pertanyaan ini seringkali gw tanyakan ke pasangan gw ketika gw sedang ML.
Dan setelah, 5 menit mengocok meki Asti dengan doggy Style, benteng pertahanan penis gw mulai runtuh.
Gw : “Eeeuughhh... mau keluar ini ... “
Asti : “Ayo pak, .... eeuuhhh... dorong lagi, .... saya juga mau .... eeuuhhh... “
Dan setelah hentakan demi hentakan, akhirnya ada satu hentakan gw yang keras sekali menghujam meki Asti, Asti juga sempat agak terkaget karena rasanya penis gw masuk dalam banget ke mekinya.
“Crooott.... Crooott... Crooott”
Di saat itu, muncratan cairan nikmat keluar dari Asti dan gw, cairan gw ketahan di dalam kondom, cairan Asti lepas bersama pelepasan-pelepasan dopamine yang bersamaan dengan orgasme gw dan Asti.
Gw langsung merebahkan diri disamping Asti, dan setelah nafas yang memburu mulai normal, dengan pelan gw berbisik,
Gw : “Terima kasih ya Asti”
Asti : “Iya, pak, terima kasih juga Bapak, bapak membuat saya bahagia banget hari ini”
Dan tiba-tiba tanpa kendali, gw dan Asti berpagutan mesra, alami, tanpa keterpaksaan.
=====
Keesokan hari, Bunga tiba-tiba ngirim pesan WA,
Bunga : “Pak, emang kemaren pak Angga sama Asti di kamar hotel ngapain aja sih Pak?”
Gw : “Ya kayak biasa aja, kamu kan juga sering gitu, masak pake nanya”
Bunga : “Ih, si Bapak Ih, apa siiihh.... Bukan gitu, soalnya, tadi Asti bilang ke saya, Bunga, nanti kamu bayarin kostan saya 2 bulan saja ya, ndak usah 6 bulan. Terus dia pergi, emang kenapa sih pak sama Asti?, saya jadi penasaran”
Gw : “Ya saya ndak tahu, tanya sendiri sana, sama Asti”
Semenjak kejadian kemaren, gw jadi lebih akrab dengan Bunga dan Asti. Bunga jadi sering mampir ke ruangan gw. Asti, walau masih agak sedikit jaim, kalau papasan di kampus, jadi sering menyapa dengan senyumannya yang manis, ndak kayak sebelumnya, yang keliatan sombong dan kurang ramah.
Gw sempat sedikit kesal dengan kelakuan Bunga yang pamer ke teman-teman nya, kalau dia dapat nilai A walau jarang masuk kelas dan tidak ikut UTS. Beberapa mahasiswa lain menanyakan ke gw, kenapa Bunga koq bisa dapat A. Ya, gw jawab aja, Bunga gw kasih tugas tambahan untuk memperbaiki nilainya. Beberapa mahasiswa sepertinya agak protes, tapi mereka ndak bisa melawan, … Dosen selalu benar. (Hehehehe...)
Bunga juga pernah bertanya, apakah gw mau jadi pembimbing skripsinya. Berhubung gw masih dosen muda dikampus, dan dosen baru belum bisa membimbing skripsi, Bunga akhirnya dapat pembimbing skripsi dosen lain yang ternyata terkenal cukup killer di kampus.
Nah, ada sebuah kejadian yang dialami Bunga berkenaan dengan dosen pembimbingnya yang killer ini. Pernah suatu ketika, tiba-tiba Bunga datang ke ruangan gw, duduk di depan meja gw, sesenggukan menangis kecil dan mata agak merah karena habis menangis.
Gw : ”….” (gw bingung mau nanya apa kalau ngadepin mahasiswa yang tiba-tiba nangis begini)
Gw biarin sejenak biar Bunga agak tenang, terus gw ambilin aqua gelas, gw tancepin sedotan, dan gw beri ke Bunga.
Gw : “Minum dulu gih, biar agak tenang”
Bunga menerima aqua gelas yang gw beri, dan meminumnya sedikit, tapi masih sesenggukan.
Gw : “Saya ndak tahu apa yang terjadi dengan kamu hari ini, tapi sejauh yang saya tahu, kamu itu orang yang kuat dalam menghadapi masalah. Sehingga, apapun yang terjadi hari ini, saya kira kamu cuma butuh sedikit pelepasan, dan setelah itu, saya yakin kamu bakal ceria lagi dan kuat menghadapi keadaan.”
Bunga masih diam.
Gw : “Dulu waktu saya kuliah, saya juga kadang mengalami hal-hal yang berat. Waktu itu, biasanya sih, untuk melupakan sejenak permasalahan, saya suka ... minum-minum alkohol, ... hanya untuk melepas stress saja ... , lumayan, biasanya habis minum-minum gitu, badan jadi enteng, tidur jadi lebih nyenyak”
Gw : “Kalau kamu mau, saya ada beberapa stock minuman di kontrakan saya, ada Jack D, Bacardi, Smirnoff, sama beberapa botol bir Bintang. Lumayan, bisa buat badan agak seger”
Bunga agak kaget ketika gw ajak untuk minum-minum. Tapi mungkin karena pekerjaannya sebagai pemandu lagu, sepertinya dia sudah biasa untuk minum-minum, sehingga ketika gw tawari untuk minum-minum, dia tertarik dengan tawaran gw.
Bunga : “Emang mau minum-minum dimana pak?”
Karena ndak kepikiran macam-macam, dan kalo cuma 2-3 jam minum-minum, rumah kontrakan gw kayaknya cukup aman. Tetangga perumahan gw kayaknya nggak akan protes soalnya jam-jam segini biasanya mereka lagi pada kerja di kantor.
Gw : “Di rumah kontrakan saya saja, siang-siang gini, minum-minum tipis-tipis, buat badan seger aja”
Tiba-tiba, Bunga kayak nantangin gitu setelah gw ajak minum-minum.
Bunga : ”Cuma minum-minum aja ini pak? Ndak pake nginep-nginep ini pak?” (sambil melirik-lirik nakal, alis nya naik turun cepat kayak ngasih kode gitu)
Terus terang, gw kepikiran juga dengan ajakan Bunga, tapi Malaikat di otak kanan gw mengingatkan, jangan memanfaatkan seseorang yang lagi dilanda kesusahan. Jadi, setan di otak kiri gw akhirnya mengalah.
Gw : “Hahaha, ndak lah, kamu lagi banyak masalah gitu, kita cuma ngobrol-ngobrol cantik saja, sambil minum tipis-tipis” (gw sambil nggak bisa nahan ketawa pas ngucapin ini)
Bunga : “Hmm... kalo cuma minum-minum, saya bawa teman aja ya pak? buat nemenin ngobrol, saya ada teman kost-an, dia asalnya dari Bandung, dia juga kadang suka minum-minum tipis-tipis gitu pak, sekalian buat jagain saya, kalau-kalau bapak tiba-tiba khilaf” (masih sambil melirik-lirik nakal ke arah gw)
Gw : “(sambil ketawa) Halah, ini kayaknya malah saya yang butuh penjagaan dari kamu. Ya sudah, kamu ajak teman kost-an mu. Kost-kostan mu daerah mana sih?”
Bunga : “Daerah Sumber Sari pak”
Gw : “ Oke, kalau gitu, nanti jam 1an, saya jemput kalian di deket I***mart Sumber Sari ya”
=====
Setelah ketemuan di I***mart, akhirnya kita bertiga meluncur ke kontrakan gw di perumahan daerah Baratan. Bunga mengajak temannya yang bernama Sekar. Sekar seorang mahasiswi tapi tidak di kampus gw, Sekar mahasiswi di PTN U*** yang ada di kota gw. Wajahnya cantik, dan keliatan modis dengan sweater yang dipakainya. Mungkin karena berasal dari Bandung, Sekar cukup paham dengan fashion yang sedang trend saat ini. Standar mojang Bandung lah.
Btw, Bunga itu misal di skala 1-10, mungkin paras kecantikannya sekitar 6.5. Tapi... , toket nya ... luaaaar biasaaa!!!. Di daerah sini ada istilah “Wongso Subali” alias “Wong-e gak sepirok o, susune sak bal voli” yang kalau di artikan “Orangnya (tampangnya) tidak seberapa, tapi payudara nya sebesar bola voli”. Mungkin ini yang jadi kelebihan Bunga sehingga om-om tertarik untuk memanfaatkan jasa Bunga.
Sesampainya di kontrakan, gw coba lihat tetangga sekitar, sepertinya sepi. Gw langsung ajak Bunga dan Sekar masuk ke ruang tengah. Di ruang tengah ndak ada kursi tamu, cuma ada TV 40” di dinding dan seperangkat Home Stereo. Konsep ruang tengah gw memang hanya untuk berbaring, jadi hanya terdapat karpet dan beberapa bantal buat duduk atau sekedar leyeh-leyeh sepulang habis kerja.
Langsung gw ambil dari kulkas, 1 botol Jack D, 1 botol Bacardi, sama 3 botol bir bintang. Kayaknya cukup untuk minum tipis-tipis. Lagipula, belum sampai habis, mereka mungkin sudah meracau tidak jelas.
Akhirnya gw buka Jack D, Bacardi, dan bir Bintang nya. Gw tuang bergantian, kadang Jack D, kadang Bacardi, seringnya sih ... bir Bintang nya yang gw tuang, ... biar hemat. Hahahahaha. Gw bertindak sebagai bandar, menuang ke gelas masing-masing, sedikit-sedikit. Sambil ngatur tempo nya. Kadang tuang dikit, kadang tuang agak banyak. Biasanya sih, kalo tempo nya agak kacau gini, agak cepat mabuk nya. Hihihihi.
Sambil minum-minum dan makan cemilan yang gw beli di I***mart, akhirnya Bunga cerita kenapa dia sampai menangis hari itu. Semalam dia dimarahi mami-nya karena tidak mau kerja melayani tamu. Bunga menolak untuk kerja hari itu karena lagi sibuk mengerjakan proposal skripsi yang dia siapkan untuk bahan konsultasi dengan dosen pembimbingnya yang kiler pagi itu. Belum selesai mami-nya marah-marah, Bunga dapat kiriman WA dari temannya. Ngasih tahu Bunga kalau temannya memergoki pacarnya Bunga lagi berduaan dengan perempuan lain di sebuah cafe. Konsentrasi Bunga untuk menyelesaikan proposal skripsinya pun tambah buyar. Dan puncaknya, tadi pagi, proposalnya di robek-robek sama pembimbingnya yang kiler itu. Ya akhirnya, ambyar sudah, air matanya pagi itu.
Sekar juga ikutan sharing cerita sedih, mungkin agar membuat Bunga tidak merasa jadi orang paling sial sedunia saat itu. Sekar cerita kalau orang tuanya sepertinya ada tanda-tanda mau cerai setelah lebih dari 25 tahun menikah. Memang perceraian belum terjadi, tapi kondisi rumah Sekar sudah mulai tidak kondusif. Kiriman bulanan juga mulai tidak lancar. Hal itu juga yang membuat Sekar akhirnya kerja part time di sebuah Digital Printing, untuk meringankan beban orang tuanya.
Gw, ... tetap sebagai bandar minum dan pendengar yang baik. Sambil ngurang-ngurangin dikit porsi yang gw minum saat gw nuang minuman. Biar gw tetap terjaga. Soalnya nanti gw musti ngantar mereka balik dari rumah kontrakan gw.
Bunga : “Bosen nih pak, cerita-cerita mulu, ada kartu remi atau domino ndak pak? Lumayan buat temen minum”.
Gw : “Sebentar saya cari dulu di lemari, kayaknya kartu remi ada deh”
Setelah ngacak-ngacak lemari, gw ndak nemu kartu remi ataupun domino, tapi gw nemu permainan Ular Tangga milik keponakan gw.
Tiba-tiba, setan di otak kiri gw muncul sebuah ide.
Entah dapat ide darimana (kayaknya sih, dari setan di otak kiri gw), gw tiba-tiba dapat ide mesum dengan permainan Ular Tangga milik keponakan gw.
Gw : “Kartu remi ternyata ndak ada, adanya Ular Tangga milik keponakan gw, mau main nggak?”
Bunga : “Haduh pak ... Ular Tangga mah, ... mainan anak kecil ... “
Gw : “Eitss... tunggu dulu, kalo main ular tangga biasa mah, mainan anak kecil, kalo ular tangga untuk orang dewasa, beda cara mainnya” (sambil gw naik turunkan alis ngasih kode mesum ke mereka)
Sekar : “Emang apa bedanya Ular tangga yang untuk orang dewasa, pak?”
Gw : “Ular tangga yang ini, ... ada hukumannya. Jadi... Setiap melempar dadu, dan berhenti di posisi Ular, pion tidak hanya turun, tapi yang bersangkutan harus melepas 1 piece pakaian yang ada di tubuhnya.”
Bunga dan Sekar mulai saling lirik curiga, apa maksudnya permainan ini?
Bunga : “Kalau berhenti di tangga? ada hukumannya juga?”
Gw : “Ndak ada, kalau berhenti di Tangga, ya naik biasa saja pion nya, tapi yang paling dahulu nyampe kotak 100, bisa ngasih hukuman mesum ke pemain lain, bebas, terserah yang menang”
Sekar : “Wah, kalau buka baju, enak di bapak dong, lihat kita gratis”
Gw : “Weeiittt... Saya kan kalau kena ular juga harus buka baju. Lagipula, kalian loh, layer nya banyak. Saya cuma kaos, celana panjang, daleman. Lah kalian, Pakai kaos, dalemnya masih ada tank top, masih pake bra juga, sudah gitu, pake celana panjang, baru nyampe daleman. Kalo diitung-itung, malah saya yang rugi”.
Mungkin karena sudah bosan dan sudah kena pengaruh alkohol, akhirnya mereka setuju untuk main Ular Tangga. Dan anehnya, ternyata mereka menikmati banget permainan ini. Karena di setiap lemparan dadu, seperti ada lonjakan Adrenalin, ketakutan kalau-kalau pion mereka jatuh di posisi ular.
Dan, pecah telor permainan ular tangga ini ternyata di gw, mungkin gw lagi apes, pion gw jatuh di posisi ular. Entah kenapa, Bunga dan Sekar terlihat bersemangat.
Bunga & Sekar : “Buka! Buka! Buka!”
Akhirnya gw buka kaos gw pelan-pelan dengan gaya-gaya striptease. Dan setelah kaos gw terbuka, gw lakukan pose kayak binaragawan sambil menggoda mereka.
Bunga & Sekar : “Maleesss.... “
Sekar : “Ih si bapak ih, bikin males aja, mending kalau six pack gitu pantes pak, gaya-gayaan kayak binaragawan gitu”
Gw : “Ya ini kan One Pack” (sambil nunjuk perut bulet 1 lingkaran)
Tapi setelah gw pecah telor, sepertinya dewi fortuna mulai berbalik. Bunga dan Sekar berturut-turut kena posisi ular. Bunga dapat posisi ular setelah gw dan melepas kaosnya tanpa pakai gaya-gayaan kayak gw. Langsung aja di lepas.
Gw : “Ih, gak asik ih, lepas kaos nya yang sexy dong, kayak gw tadi!”
Bunga : “Hahahaha, bapak sih bukan sexy, tapi malesin.... lagian aturannya cuma buka baju aja, ndak pake gaya-gayaan, weeek” (sambil menjulurkan lidah)
Lanjut Sekar kena posisi Ular. Dilepasnya sweaternya, dan posisi saat ini, Bunga dan Sekar sama-sama pakai Tank Top.
Selanjutnya, setelah Sekar, Bunga jatuh di posisi Ular lagi, dan akhirnya Bunga membuka Tank Top nya. Cuma kali ini, Bunga membuka Tank Top nya pelan-pelan dan dengan desahan-desahan Sexy. Mungkin karena pengaruh alkohol, dan kena perangkap gw sebelumnya yang manas-manasin soal buka baju. Akhirnya Bunga, sambil lirik-lirik nakal dan desahan-desahan sexy, melepas pelan-pelan Tank Top yang dia pakai. Gw seperti melihat sebuah pertunjukan striptease dari Bunga. Dan akhirnya toket besar Bunga pun menyembul hanya terhalang oleh bra yang bunga pakai.
Entah mungkin hari ini hari naas nya Bunga, Bunga dapat posisi Ular lagi. Dan sepertinya Bunga bakal membuka celana panjangnya.
Tapi, ternyata tidak seperti yang gw bayangkan. Bunga ternyata tidak jadi membuka celana panjangnya, tapi malah membuka bra nya pelan-pelan. Dengan lirikan nakal, Bunga melepas pengait belakang bra nya. Kemudian tangan kiri di silangkan menutupi kedua putingnya selagi Bunga melepas tali Bra dari lengannya dan melepas Bra dari tubuhnya.
(dalam hati gw) “Anjrriiiitttt....” , ini mah, si Bunga memang pengen pamer toket. Gw paham banget, Bunga sangat menyadari ketika dia tidak memiliki paras yang cantik, tapi di sisi lain dia memiliki kelebihan, … kelebihan berat beban, beban karena toket besar. Hahahahaha…. Tapi beneran, Bunga sepertinya ingin sedikit menyombongkan diri dengan yang dia miliki, mungkin selama ini, Bunga selalu merasa kalah saing dengan teman-teman nya yang memiliki paras lebih cantik dari Bunga, dan berkat paras cantik itu, banyak cowok-cowok yang lebih memilih paras yang cantik, sedangkan dia, hanya ini yang dia punya, dan dia ingin sombongkan yang dia puna ke gw dan Sekar.
Sekar : “Gila loe!!!!, maksud loe apa nyet, pamer-pamer tetek di depan gw ama pak Angga”
Bunga : “Yeee… suka-suka gw dong, mau buka baju yang mana, kan gw yang ngejalanin hukumannya”
Gw cuma bisa geleng-geleng dan ketawa-ketawa sendiri melihat kelakuan Bunga.
Gw : “Sudah-sudah, ini giliran saya, sebentar lagi saya sampek angka 100 nih, siap-siap hukumannya ya”
Sekar : “Eittss... jangan nge-gas dulu pak, … pion saya cuma beberapa kotak dibelakang pion bapak”
Akhirnya setelah bersaing ketat dengan Sekar, maju mundur di sekitar kotak 100, gw akhirnya nyampe duluan di kotak 100.
Gw : “Yesss…. !!!! Saya bakal ngasih hukuman buat kalian berdua”
Beberapa saat gw sempat agak bingung mau ngasih hukuman apa ke mereka. Tapi, setan di otak kiri gw memang lagi banyak kreasi hari ini.
Gw : “Hukumannya ndak berat koq, dan saya yakin, kalian berdua ndak bakal keberatan. Saya cuma minta, kalian berdua, berciuman paling HOT yang pernah kalian lakukan, selama 5 menit. Itu saja.”
Gw sangat yakin, Bunga tidak keberatan dengan hukuman ini, bahkan mungkin dia berharap hukuman-hukuman yang lebih nakal dari ini. Tapi Sekar, sepertinya agak ragu.
Bunga : “Aaaahh... Hukumannya cemen gini pak, kirain saya harus ngapain gitu ke bapak, towel-towel apa gitu... Hihihihihi” (sambil tertawa mesum)
Gw : “Itu mah kamu yang kegatelan ... Gimana Sekar, siap gak nerima hukumannya”
Sekar : “Haduh, saya ndak pernah nyium cewek pak, jadi deg-deg an gini saya”
Tiba-tiba Bunga langsung nyosor ke bibir Sekar.
Bunga : “Halah ... gini aja susah, start Timer nya pak” (sambil ngasih kode ke gw)
Bunga langsung membuka mulut nya dan memasukkan lidahnya ke dalam mulut Sekar untuk melakukan French Kiss. Awalnya Sekar seperti agak bingung harus bagaimana menghadapi sosoran bibir Bunga. Dan meski sempat agak gelagapan menghadapi Bunga yang agresif, sepertinya Sekar mulai terangsang dan menikmati ciuman-ciuman penuh nafsu dari Bunga. Bunga sendiri juga sudah tidak canggung lagi untuk mengalungkan kedua tangannya di pundak Sekar, sehingga, payudaranya sudah tidak tertutupi sama sekali oleh tangannya. Bahkan, tangan Bunga pun mulai ofensif masuk ke dalam bra Sekar. Sembari terus melakukan French Kiss, tangan Bunga terus meremas-remas payudara Sekar. Sampai pada titik, Bunga akhirnya menarik keluar payudara Sekar dari bra nya, dan dengan penuh nafsu, Bunga mulai menghisap payudara Sekar disertai gigitan kecil di puting nya. Mungkin karena pengaruh alkohol dan ransangan-ransangan ciuman sebelumnya, Sekar membiarkan begitu saja, payudara nya disedot habis-habisan oleh Bunga. Bahkan, Sekar yang awalnya hanya pasif, mulai agresif membalas aksi-aksi Bunga. Sekar sekarang gantian menghisap payudara Bunga. Mereka berdua sepertinya sudah benar lupa kalau ada gw yang sedang memperhatikan aksi mesum mereka berdua.
Timer di HP gw sudah hampir 10 menit, dan gw bener-bener menikmati melihat aksi liveshow Bunga dan Sekar di depan gw. Tapi saat gw melihat jam dinding, waktu sudah hampir jam 4 sore, artinya, tetangga-tetangga gw sebentar lagi akan berdatangan, dan gw nggak mau ketahuan warga kalau gw bawa 2 mahasiswi ke kontrakan. Bisa-bisa, di laporkan ke pak RT, jadi runyam nanti.
Gw : “Eitss... waktunya sudah habis ya ... jangan malah ke enakan gitu”
Bunga : “ Apa sih pak, gangguin aja, ... bapak juga mau?”
Sekar : “Ihh... Bunga, napsu amat sih loe sama si Bapak?”
Gw : “Hahahaha... bukan gitu, ini sudah hampir jam 4 sore, sebentar lagi, tetangga-tetangga saya yang lagi kerja, mulai berdatangan. Kalau mereka tahu, kalian berdua disini dan kondisi ndak pake baju gitu, bisa di rajam saya, sama warga sini. Ayo sudah, baju nya dipake lagi”
Gw suruh pake baju, Bunga malah pake pose menggeliat seperti baru bangun pagi, sambil mengangkat kedua tangannya keatas.
Sekar : “Iiihhh.... Bunga!!!! Loe mentang-mentang tetek gede, di umbar-umbar gitu, meni geuleuh pisan maneh!” (Sekar keluar bhs Sundanya).
Gw lagi-lagi cuma bisa geleng-geleng kepala lihat kelakuan Bunga.
=====
Sekitar jam 4 kurang 10, dengan berharap tidak ketemu tetangga sekitar, gw antar mereka berdua balik ke I***mart Sumbersari. Dan untungnya, selama diperjalanan sampai di I***mart, gw tidak berpapasan dengan tetangga gw yang pada balik dari kantor masing-masing.
Di perjalanan, gw sempat sedikit ngobrol tentang pekerjaan part time Sekar di Digital Printing dan gw minta no HP nya, buat jaga-jaga, misal ada pekerjaan kantor yang membutuhkan pembuatan banner atau spanduk.
Sampai depan I***mart, mereka berdua akhirnya turun.
Bunga & Sekar : “Makasih ya paaakk.... Jangan kapok-kapok, ngajak kita minum-minum lagi yaaaaa”
Gw : “Ssssttt.... jangan keras-keras ngomongnya, haduhhh... kacaw kalian ini”
Mereka berdua malah ketawa-ketawa sambil meninggalkan mobil gw.
=====
Akhirnya gw pacu mobil kembali ke kontrakan gw, sambil muter lagu di player mobil. Gw lupa gw dapat dari mana lagu ini, tapi kalau lagi mabok, gw biasanya muter lagu ini. Lagu nya band Indie dari Malang kalo nggak salah.
♪♪♪♪♪♪ Aku ini seorang pemabuk, tapi baik hatinya... ♪♪♪♪♪♪
♪♪♪♪♪♪ Aku ini seorang pemabuk, wibawa tetap kujaga... ♪♪♪♪♪♪
Belum sampai 10 menit perjalanan arah balik ke kontrakan, ada pesan WA masuk.
Bunga : “Pak, lain kali kita main Ular Tangga lagi ya pak” (pake emoticon wink wink)
Tender Kampus
Sekar : “Pagi pak Angga, Saya Sekar pak, temannya Bunga”
Gw : “Pagi Sekar, wah lama ndak keliatan, bagaimana kabarnya?”
Sekar : “Alhamdulillah baik pak. Bapak gimana? Sehat-sehat pak?
Gw : “Alhamdulillah, ya begini-begini aja, ndak berubah. Yang berubah kayaknya ruangan saya, setiap hari Bunga mampir dan bikin rusuh di ruangan saya. Hihihi”
Sekar : “Hahahaha, Bunga emang gitu pak, suka rusuh anaknya.”
Sekar : “Btw, ... lagi sibuk ndak pak?”
Gw : “Ndak, lagi nyantai ini, ada apa Sekar?”
Sekar : “mm... saya to the point aja ya pak, jadi gini, tadi saya di ajak meeting sama bos saya. Dan bos saya cerita, di kampus bapak, tiap tahun ada pengadaan Tender untuk Pengadaan ATK, Buku Pedoman Maba, Buku Wisuda Mahasiswa, Spanduk, Banner, Flyer dan Media-media advertising kampus, selama masa kontrak 1 tahun. Kalau ndak salah, nilai tender nya tembus hampir ratusan juta. Pak Angga tahu soal ini pak?”
Gw : “Hmm... berhubung saya dosen baru disini, saya kurang tahu menahu mengenai tender-tender atau apa gitu, tapi yang saya tahu, kepala divisi pengadaan kampus, namanya Bu Hanifa”
Sekar : “Wah, kira-kira, pak Angga bisa bantu ndak pak? Soalnya gini, misal saya bisa dapatkan tender tersebut, bakalan ada bonus yang gede, plus tunjangan bulanan saya juga bisa naik pak. Lumayan, bisa sedikit meringankan beban orang tua yang sedang ada masalah pak.”
Gw : “Ya, yang pasti, keputusan tender bukan di saya. Kalau keputusan tender ada di saya, pasti Sekar saya bantu.”
Sekar : “mmm..... gini deh pak Angga, misal saya bisa dapat tender dari kampus pak Angga, nanti pak Angga saya kasih servis deh”
Gw : “Servis? Servis apa?” (gw mulai curiga ini)
Sekar : “Hihihihi, kapan hari yang kita minum bareng, pulang sampe kosan, Bunga masih dalam kondisi mabuk, tiba-tiba kelepasan cerita panjang lebar, soal perbaikan nilai Bunga, Asti, dll, pak. Akhirnya saya tahu soal Servis itu dari Bunga pak. Hehehehe.”
Gw : “Beuhhh... Bungaa... Mulutnya ndak bisa dijaga ternyata... sialll tuh anak”
Sekar : “Hahahaha. Ndak papa pak, dia juga ndak sengaja koq pak, lagi mabuk”
Gw : “Waduh, ya saya nya jadi malu gini, harusnya kan ndak usah di sebar-sebar gitu.”
Sekar : “Santai saja pak, saya juga ndak akan bilang ke siapa-siapa koq. Jadi gimana pak, bisa bantu saya ndak?”
Gw : “Jujur ya, bukan saya ndak mau bantu, tapi saya yakin, ini bakal sulit, soalnya saya harus meyakinkan Bu Hanifa. Coba deh, nanti kamu tanya Bunga mengenai Bu Hanifa, bagaimana orangnya, pasti Bunga juga bakal pesimis apakah saya bisa meyakinkan Bu Hanifa. Tapi gini, saya ndak bisa janji, tapi saya tetap akan usahakan, ya misal memang ini rejekimu, ya tendernya akan deal ke kantor mu.”
Sekar : “Baik pak Angga, terima kasih sebelumnya, saya tunggu kabar baiknya”
=====
Terus terang, gw bingung mau memulai pembicaraan dengan Bu Hanifa. Sebagai gambaran saja, Bu Hanifa ini, terkenal sebagai dosen killer, suka bicara dengan suara keras (dia merasa bicara dengan suara normal, tapi kita yang mendengarkan seperti mendengar orang lagi teriak-teriak), dan tidak segan-segan mendamprat mahasiswa yang melakukan kesalahan, walau itu cuma kesalahan kecil, misal seperti, lupa mematikan HP saat kuliah, atau telat cuma 5 menit, tidak sengaja batuk tapi lupa menutup mulut pake tangan, atau kesalahan-kesalahan kecil lainnya, pasti bakal di damprat habis-habisan sama bu Hanifa.
Jangankan mahasiswa, rekan dosen lain pun tidak jarang kena damprat Bu Hanifa. Pernah rekan dosen sedang santai merokok di taman kampus, tanpa ba bi bu, Bu Hanifa langsung mendamprat rekan dosen tersebut. Memang harus diingatkan sih, tapi caranya ya yang baik, kan sesama rekan dosen, lain ceritanya kalau dengan mahasiswa.
Begitulah perangai Bu Hanifa. Mahasiswa tidak ada yang suka, sesama rekan dosen pun tak nyaman.
Dan mengenai tender kampus, sebenarnya gw sempat denger dari beberapa dosen lain. Ada kasak kusuk bahwa proses tender kurang transparan, apalagi dengan nilai yang cukup fantastis. Selama ini orang juga bertanya-tanya, kenapa tender pengadaan ATK tersebut, selalu jatuh ke satu provider, ndak pernah ke provider lain. Sebenarnya, gosip ini tidak jelas ujung nya sih, karena tanpa adanya bukti sama sekali, mending gw abaikan saja.
Tapi karena gw sudah janji ke Sekar akan membantu dia, dengan agak terpaksa gw harus berani menghadapi Bu Hanifa. Pas hari senggang, gw sempatkan mampir ke ruangannya Bu Hanifa.
Gw : “Pagi Bu Hanifa, boleh saya masuk?”
Bu Hanifa : “Wah, tumben sekali ini pak Angga, mari mari, silahkan masuk”
Tanpa basa-basi, mending gw langsung jujur aja ceritakan maksud gw, sekalian lihat respon nya bagaimana. Kalau positif ya Alhamdulillah, kalo negatif ya, nanti coba cari celah-celah lain, kali-kali bisa diusahakan.
Gw : “Jadi gini Bu Hanifa. Saya punya teman, kerja di Digital Printing. Nah, dia cerita, kampus kita tiap tahun ada tender untuk pengadaan ATK, buku maba, buku wisuda, banner, dll. Bu Hanifa kayaknya paham soal ini.”
Bu Hanifa : “Betul pak Angga. Tiap tahun, kita buka tender pengadaan tersebut, dan dari tahun ke tahun, biasanya jatuh ke Digital Printing BM, di jalan Sumatera situ. Emang ada apa pak Angga?”
Gw : “Ya, teman saya, dari R Printing pingin masukkan tender ke kampus kita”
Bu Hanifa : “Asal harga nya cocok, dan kualitas nya bagus, kita sih ndak ada masalah”
Gw : “Ohh.. gitu bu, ... oke deh, nanti coba saya infokan ke teman saya, Terima kasih Bu Hanifa”
Bu Hanifa : “Ya ... sama-sama”
Dalam hati gw berfikir, dari keterangan Bu Hanifa, rasanya ndak ada yang salah dengan proses ini, kalau memang begitu, ya memang sudah rejeki provider BM untuk mendapatkan tender kampus ini.
=====
Gw : “Sekar, barusan saya kontak Bu Hanifa, katanya, kantor mu suruh masukkan offer tender seperti biasa, ke kampus”
Sekar : “Nah, itu masalahnya pak, selama ini, kami juga selalu ikutan tender seperti biasa, tapi endingnya, kantor kami selalu kalah, padahal harga yang kita pasang sudah harga yang cukup bersaing, kualitas kami juga termasuk yang terbaik. Rumor yang beredar sih, provider yang menang, ngasih semacam gratifikasi gitu, ke seseorang di kampus bapak”
Gw : “Hadeuuhh... beneran ndak tuh rumor, jangan nuduh orang sembarangan ah ... kalau ndak ada bukti”
Sekar : “Ya, saya ndak tahu juga sih, tapi kata beberapa provider lain, bilangnya gitu. Ya sudah pak Angga, saya akan coba masukkan proposal pengadaan nya ke kampus bapak seperti biasa. Terima kasih sebelumnya, maaf merepotkan.”
=====
Beberapa hari berikutnya sepertinya sudah tidak ada lagi berita menarik seputar tender kampus. Tapi tiba-tiba, ada sebuah pesan WA masuk ke HP gw.
Bu Hanifa : “Selama ini saya memang ada kesepakatan khusus dengan BM printing, tapi jangan salah, saya tetap yakinkan bahwa, kualitas produk yang kita terima dari BM printing masih yang terbaik. Saya tidak mau apabila kita mengeluarkan dana yang tidak sedikit, tapi kualitas yang kita terima dibawah yang kita harapkan. Selama kualitas terbaik terpenuhi, saya merasa tidak ada salahnya kalau saya tetap pilih BM printing sebagai pemenang tender kampus kita”
Bu Hanifa : “Saya juga tahu, kualitas dari R printing teman pak Angga juga bagus, tapi kalau saya sampai mengorbankan kesepakatan saya dengan BM Printing dan memenangkan R Printing, saya harus dapat kompensasi pengganti”
Bu Hanifa : “Saya bisa mengubah keputusan tender saya...”
Bu Hanifa : “Asal, pak Angga mau menemani saya semalam di ranjang”
Tidak sampai 20 detik setelah itu, tiba-tiba, semua pesan di delete oleh bu Hanifa.
Bu Hanifa : “Saya tahu pesan saya sudah dibaca pak Angga (centang biru dua), sengaja saya hapus, karena bakal ada implikasi hukum kepada saya, dan juga pak Angga, apabila pesan tersebut beredar.”
Bu Hanifa : “Tapi penawaran saya ke pak Angga, tetap berlaku”
Pesan berikutnya juga di delete.
=====
Dalam hati gw, “Anjrriiiitt... “ kenapa ujungnya tiba-tiba jadi begini ya? Sebagai gambaran saja, Bu Hanifa itu seorang Janda tanpa anak dan kalau ndak salah usianya hampir 50 tahun. Selisih dengan gw sekitar 24 tahun. Suaminya meninggal karena kecelakaan lalu lintas, 10 tahun yang lalu. Sejak suaminya meninggal, sepertinya Bu Hanifa belum menemukan pengganti yang cocok. Apalagi dengan perangai Bu Hanifa yang suka uring-uringan begitu, sepertinya agak sulit menemukan pengganti suaminya.
Gw sendiri juga bingung, apa gw bisa, berhubungan sex dengan wanita yang STW seperti itu. Karena selama ini gw belum pernah berhubungan sex dengan wanita yang jauh lebih tua dari gw. Kalau beda 2-3 tahun sih masih ndak masalah. Ini 24 tahun selisih nya! Hampir dua kali lipat usia gw!! Bisa jadi, Bu Hanifa ini, seumuran dengan nyokap gw!!!
Gw sebenarnya ndak memungkiri, Bu Hanifa itu kalau di RL, mungkin seperti Tika Panggabean tapi berjilbab (coba warga semprot googling Tika Panggabean), parasnya tidak secantik krisdayanti, bodynya juga jauhhh bila dibandingkan dengan sophia latjuba, body bu Hanifa agak-agak chubby-chubby gimana gitu, tapi kalau lihat tampilan luarnya, sepertinya Bu Hanifa cukup rajin melakukan perawatan, walau tetap tidak bisa menipu usia, wajah, dan body chubby nya.
Disini gw juga mempertanyakan, apa motivasi Bu Hanifa yang tiba-tiba meminta gw untuk menemaninya semalam di ranjang. Apakah karena semenjak kematian suaminya, Bu Hanifa lama tidak disentuh laki-laki, sehingga karena keadaan ini, Bu Hanifa bersedia melepas kesepakatannya dengan BM printing dan menukar dengan nikmat semalam. Gw benar-benar blank mengenai hal ini.
Disisi yang lain, sebagai laki-laki normal, gw juga mempertanyakan, apa motivasi gw disini. Apa sekedar membantu Sekar dan mendapat imbalan dari Sekar? ataukah ini jadi sebuah pencapaian pribadi, pernah berhubungan sex dengan STW. Karena, dari yang gw tahu, ada juga beberapa orang yang memiliki fantasy sex untuk berhubungan sex dengan wanita yang jauh lebih tua. Walaupun gw sendiri, tak pernah kepikiran kesana, berfantasy sex dengan STW.
Ataukah motivasi gw dua-duanya?? Sekar dapet, Bu Hanifa juga dapet.
Gw berfikir agak lama mengenai hal ini, tapi, setan di otak kiri gw aktif banget ngompori gw sejak gw terima pesan WA dari Bu Hanifa dan entah kenapa, malaikat di otak kanan, ... tumben, diam saja. Dan akhirnya,
Gw : “Baik bu, saya siap”
=====
Gw lihat pesan gw ke Bu Hanifa centang biru 2, tapi setelah itu tidak ada balasan. Yang gw tahu, beberapa hari berikutnya, R printing di umumkan sebagai pemenang tender. Dan tidak lama setelah itu, ada pesan WA dari Sekar.
Sekar : “Waaaaa.... Pak Angga memang baiiikkkk... bangettt.... Terima kasih Pak Angga....., kita akhirnya dapat tender dari kampus nya pak Angga.” (pake emoticon love love)
Gw : “Iya sama-sama”
Sekar : “Wah, ... trus, servis nya jadi kapan ini pak Angga?” (emoticon wink wink)
Gw : “Santai aja, urusin dulu itu tender kamu, dan pesan saya, jangan sampai Kualitas produk dari kantor kamu, lebih jelek dari tahun sebelum-sebelumnya, kalau bisa lebih bagus, biar ndak ada masalah di kedepannya.”
Sekar : “Siap Pak Angga. Saya akan jamin, produk kami lebih baik dari provider sebelah. Makasih pak Angga... “ (emoticon love love)
Gw belum kepikiran soal Sekar, soalnya, Bu Hanifa masih harus diladeni dulu.