Sensasi kakak temanku

Liburan kuliah membuat hari-hariku jadi mulai membosankan. Untungnya di kompleks rumahku masih ada teman SMA yang tinggal di rumah. Oia, namaku Dhana dan temanku bernama Adil. Sering aku berkunjung ke rumahnya, sekedar main game atau ngopi-ngopi sntai. Dia tinggal beberapa gang dari rumahku. Akhir-akhir ini jadi sering aku main ke rumahnya. Adil tinggal dengan ibunya (Bu Linda) dan kakak perempuannya (Irma). Ibunya lebih banyak menghabiskan waktu di tokonya yang tak jauh dari rumah sedangkan Irma buka usaha laundry di rumah. Irma ini sudah bersuami, pekerja konstruksi yang lebih banyak proyek di luar kota.
Karena suntuk, malam itu aku pergi ke rumah Adil. Sesampai di rumahnya, ada mbak Irma di garasi rumah yang difungsikan sebagai laundry. Dia merapikan beberapa jemuran karena mulai turun gerimis.

irmaAku : “Halo mbak, sibuk nih” sapaku 

Irma : “Oh, masuk Dhan. Nggak sibuk kok, biasa ngurus jemuran. Oia adil tadi ke luar, nganter ibu belanja. Masuk dulu paling bentar lagi nyampai” 

Aku : “Oh, iya mbak” 

Akupun masuk ke rumah, duduk di ruang TV, tempat biasa aku main PS sama Adil. Aku kirim pesan ke adil. Dia bilang agak malem pulangnya karena habis belanja masih nunggu ibunya pengajian rutin. Aku berniat pamit, tapi ternyata di luar sudah hujan. 

Aku : “Mbak, Adil maleman pulangnya, mau pulang masih hujan nih, aku numpang main dulu ga papa ya?” 

Irma : “santai aja, Dhan. Mau dibuatin minum apa? Kopi?”

 Aku     :  “Ngga usah repot Mbak, nanti aku buat sendiri aja” 

Irma : “santai aja, Dhan. Mau dibuatin minum apa? Kopi?” 

Aku : “Ngga usah repot Mbak, nanti aku buat sendiri aja” 

 Irma : “Oh, iya sudah. Mbak mau mandi dulu ya”

Irma   :  “Oh, iya sudah. Mbak mau mandi dulu ya”

Aku memang sudah terbiasa ke rumah Adil dan bikin kopi sendiri. Kadang kalau ada makanan di dapur sudah biasa juga ikut makan.

Mbak Irma menuju kamar mandi. Aku baru menyadari ternyata mbak Irma tidak pakai jilbab. Rambutnya yang pendek sebahu, membuat dia terlihat tomboy namun menggemaskan. Entah kenapa aku jadi tertegun memperhatikan setiap langkahnya. Sempat aku lihat lekukan-lekukan kakinya yang langsing karena dia memakai legging yang biasanya tertutup rok panjangnya. Entah kenapa pikiranku jadi berkelana dan membayangkan mbak Irma seperti di film-film dewasa. Uffh, akupun beranjak ke dapur bikin kopi untuk mengusir pikiran kotorku.

Sampai di dapur malah makin membuatku membayangkan mbak Irma. Kamar mandi yang kebetulan sebelahan sama dapur, membuat suara deburan air jelas terdengar. Aku jadi membayangkan seperti apa ya mbak Irma kalau mandi. Aku bayangkan dia lagi telanjang. Leher jenjangnya yang putih, wajahnya yang selalu penuh senyum, payudaranya yang ranum, pahanya, memeknya… ahhh…. Aku terangsang. Tanpa terasa tanganku sudah mengelus-elus celana. Aku gesek-gesek kontol sambil membayangkan mbak Irma. Ahhhggh…

Sedang asik-asiknya tiba-tiba suara pintu kamar mandi berderit terbuka. Aku kaget dan dengan cepat menuju rak gelas. Tapi sial, aku menabrak kursi dan membuat mbak Irma menjerit kaget. Akupun tak kalah kaget melihat mbak Irma. Tubuhnya hanya berbalut handuk dari dada sampai paha atas. Karena kagetnya, ada sesuatu yang jatuh dari tangannya. Ternyata tali rambut.

“maaf mbak, tadi mau bikin kopi” kataku gugup sambil reflek mengambilkan tali rambut yang jatuh tadi. Mbak Irma masih berdiri mematung saat aku berdiri dari mengambil tali rambut. Ahhh, samar aku lihat lekukan pangkal pahanya. Aku makin gugup.

“ini mbak”

Mbak Irma masih terdiam. Dia menunduk malu. Mukanya yang basah memerah. Dia bergegas melangkah dan akupun reflek menyamping. Sialnya, bukannya memberi jalan malah gerakanku menutupi jalannya dan membuat kami bertabrakan. Dia agak hilang keseimbangan karena tangannya fokus memegang handuk di dadanya. Akupun menarik pinggangnya biar tidak terjatuh. Wangi tubuhnya tercium begitu kuat. Kami terdiam. Dia menunduk. Entah apa yang ada dipikirkanku saat itu, aku tarik erat pelukanku di pinggangnya. Mbak Irma masih diam, aku beranikan tangaku turun ke pantatnya. Aku elus pelan lalu aku remas pelan sekali. Ahhh kenyal, aku remas makin keras. Mbak Irma menatapku lalu memjamkan mata menikmati remasanku. Tanpa menunggu waktu tangan kiriku merengkuh lehernya, kucium bibirnya yang tipis dan merah. Tak ada penolakan, disambutnya ciumanku dengan membuka bibirnya. Bibir kami beradu dalam desahan. Lidah saling bertaut hingga basah. Sesekali kugigit bibir bawahnya dengan kedua bibirku. Desahnya makin begitu merangsang, seiring remasan tangan kiriku di pantatnya yang sintal. Sesekali kuselipkan di belahan pantatnya dan menggapai pangkal memeknya.

“Ahhhsssshhh…. Ahhhmmmss….” Mbak Irma makin meracau. Kepalanya tengadah ke atas. Kusambut dengan ciuman di lehernya. Kujilatin setiap inci kulit lehernya. Kukecup pelan di bagian bawah telinga. Jilatin dibagian belakang telinga, kukecup panjang di sana. Dia makin mendesah panjang dan berat.

Ahhhh … enak dhan, terusin, bisiknya manja membuatku makin terangsang.

“Irma…” ahhhh kamu seksi sekali. Aku tidak lagi panggil mbak. Dan itu membuatku merasakan sensasi yang makin membuatku terbang.

Dia mulai berani memeluk leherku dengan ke dua tangannya dan membuat handuk yang dipakai jatuh. Ahshhsss…. dadanya…. Payudaranya…. Asshhh sungguh indah. Masih begitu kencang, besar, dan sintal. Selama ini aku hanya lihat dari balik baju besarnya, ternyata tubuhnya yang langsing tapi teteknya esar dan sintal. Dia Tarik kepalaku, diciumi bibirku dengan liar. Ugh, sungguh ciuman yang panas. Tak kuat melihat teteknya, aku arahkan tangan meremas dadanya. Aku geser dia ke meja dapur, memberi ruang untuk bersandar. Jariku mulai memilin putingnya yang memerah, meremas pelan payudaranya yang sintal.

Irma melenguh-lenguh panjang dan liar menikmati nakalnya tanganku meremasi payudara dan jari-jariku yang menyusuri belahan pantatnya. Jelas kurasakan dia sangat basah di bawah. Tanganku yang menyusuri belahan pantatnya begitu hangat dan basah.

“Dhan…, ahhhhsss” Irma menarik kepalaku menuju dadanya. Aku tahu yang dia mau. Langsung kusergap teteknya dengan ciuman. Aku jilatin sampai basah setiap bagian payudaraya. Aku kulum nenennya, aku mainkan lidah di putingnya. Aku gigit-gigit pelan pentilnya dan kutekan keras dengan  kedua bibirku.

“ahhhssshhhhh, aahhhhh, enakkk, ahhhhh” Irma meracau dan teriak panjang. Aku yang menyadari dia mulai orgasme, kuarahkan tanganku ke belahan pahanya. Ada cairan hangat menetes. Sebagaian mengenai jari-jariku.

Sejenak dia peluk tubuhku erat. Menikmati sensasi orgasmenya. Setelah itu, tanmgan Irma mulai mengarah ke celanaku. Mengusap-usap lembut konotlku dari luar. Dia menatapku dengan mata yang nakal. Digigitnya bibir dengan binal. Sesekali terbuka dengan liar. Disusupkan tangannya ke celanaku. Ahhhh tangan lembut itu meraba kontolku. Tangan satunya menarik kepalaku, dia bisikkan dengan manja, “lanjut di kamar ya, dhan….”

(bersambung)

Satu tangannya dia julurkan ke dadaku guna meremasi puting susuku yang tercetak jelas dari balik kemeja kaus ketat yang kukenakan ini. Ketika nafsu kami semakin menggelora, dituntunnya aku ke ruang keluarganya. Di sana dengan serempak, kami saling melucuti pakaian masing-masing, sampai-sampai tak lama kamipun telah bugil.

Kupandangi dengan sepenuh nafsu tubuhnya yang bugil itu. Luar biasa! Usia boleh kepala 4, namun bodinya tak kalah dengan bodi semua perempuan yang lebih muda. Tanda-tanda ketuaan memang tak dapat ditutupi, namun secara garis besar, dia masih paling menggiurkan untuk para pria mana saja yang menatapnya.

Apalagi bila sudah bugil begini. Bahunya lebar, payudaranya besar, ranum dan mengkal. Tak terlihat tanda-tanda melorot laksana payudara semua wanita seusianya. Perutnya rata, hampir tak terdapat lemaknya. Pinggangnya bundar, pinggulnya montok. Kaki dan betisnya terlihat mulus dan kencang. Mungkin si ibu suka olahraga pun nih, makanya bodinya begitu terawat dan indah.

Di beda pihak, si ibu terlihat tak kalah kagumnya melihatku telanjang. Maklumlah, kegemaran olahragaku yang telah kutekuni semenjak SD, menciptakan fisikku menjadi paling bugar. Otot-otot kekar nan liat terlihat bersembulan di sekujur tubuhku. Membuat tidak sedikit wanita tidak jarang kelimpungan bila melihatku telanjang.

“Tubuh Nak Surya canggih banget deh… Ibu suka sama pria macho kayak Nak Surya ini…” kata si ibu sambil menatapku sarat nafsu. Dia mendekatiku kemudian memelukku lagi. Kedua tangannya bergerak liar, meraba-raba bukit dada dan perut simetrisku, kemudian bergerak turun ke arah Kontolku. Sesaat kemudian, kami pulang asyik berciuman binal dan saling meremas apa yang dapat kami remas.

Cerita Seks Ibu Tetangga Nakal yang Mengajakku Ngentot – Hanya sebentar kami mengerjakan itu. Setelah itu, kami berdua membaringkan diri di atas karpet tebal di ruangan itu. Kami seakan tahu apa yang mesti dilaksanakan selanjutnya.

Kami menyusun posisi 69 dan tak lama kami telah asyik saling menjilati kemaluan lawan mainnya. Si ibu tampak energik mengulum kemaluanku seraya asyik mengocoknya. Sesekali dia ikut menjilat dan meremasi kantung spermaku.

Rasanya paling dahsyat kulumannya. Bahkan kuluman istriku tidak sedahsyat kulumannya. Tampaknya si ibu ini benar-benar telah lama tidak disentuh lelaki, sampai kulumannya terlihat begitu ganas.

Di bagian memeknya, lidah dan jariku tak kalah aktifnya dengan tangan si ibu. Lidahku bergerak naik-turun seraya menjilati bibir kemaluannya, labia mayoranya dan seluruh yang terdapat di sekitarnya. Tangan kiriku asyik meremasi bokongnya, sementara jari-jari tangan kananku asyik menusuki lubang memeknya.

Kami terus saling memicu sambil mendesis-desis sarat kenikmatan. Kami saling merangsang satu sama lain dengan rakusnya. Sampai kesudahannya kami sendiripun merasa tidak tahan. Tanpa terdapat aba-aba sebelumnya, serentak kami berubah posisi.

Si ibu ambil posisi di bawah, sementara aku bergerak menindih di atas tubuh moleknya. Sambil tersenyum mesum, dia buka selangkangannya lebar-lebar. Memamerkan liang surganya yang sangat estetis nan menggiurkan itu. Membuat jakunku naik-turun berulang kali. Tak sabar segera kutuntun Kontolku ke lubang memeknya.

Kugesek-gesekkan sejenak kepala Kontolku di bibir memeknya, sebelum kesudahannya kudorong pelan.

“jleeeebb… jjjleeebbb… bbeeelessshhh…” sedikit demi sedikit Kontolku tertelan liang surganya, memunculkan sensasi nikmat yang susah dicerminkan rasanya. Si ibu sendiri terlihat meringis-ringis nikmat menikmati sodokan kemaluanku yang hangat dan keras ini menginjak liang surganya.

lubang Memek si ibu kurasakan masih sempit dan legit. Tidak kalah dengan memek semua gadis. Tampaknya si ibu paling pintar dalam menjaga kemaluannya itu. Membuat batang Kontolku yang ukurannya king size tersebut tampak agak kendala menembusnya.

Namun dengan rangsangan terus menerus dariku di titik-titik erotisnya, kesudahannya memek si ibu menyerah juga. Lorong yang hangat tersebut terasa semakin basah seiring meluapnya cairan pelumasnya, dampak rangsangan lidah dan tanganku di payudaranya.

Kontolku terus melaju sampai sampai di unsur terdalam liang surganya. Lalu mulai kupompa dia. Aku bergerak dalam posisi push-up di atasnya. Sementara pantatku bergerak maju-mundur mengebor memeknya. Semakin lama gerak pantatku semakin kupercepat. Membuat jeritan erotis si ibu semakin keras terdengar. Membuatku semakin energik dalam menjajah lubang kemaluannya.

Keringat mulai mengalir deras mengairi tubuh bugil kami. Si ibu terlihat menjerit-jerit keasyikan dipompa senjataku. Sepasang tangannya meremasi rambutku. Tak jarang tangan-tangan tersebut aktif mencakari punggungku yang liat ini, menciptakan sedikit pedih di kulitnya sebab kukunya yang agak panjang itu.

Aku sendiri enggan kalah. Sambil terus menyodokan Kontolku dalam-dalam, aku asyik mencumbui bibirnya yang seksi. Aku pun gigit-gigit pelan lehernya yang mulus kulitnya itu. Sesekali aku menyusui sepasang payudaranya yang menggiurkan tersebut secara bergantian.

Pantat dan memeknya si ibu terlihat menggoda dahsyat menyambut sodokan Kontolku, membuatku nyaris tak waras karena begitu nikmat pengaruhnya di batang Kontolku.