Anak tetangga ku (Part 2)

 

Part 2

sri

Rudalku yang sejak tadi lemes saja, disenggol-senggol jadi bangun.

” Lho mas kok Rudalmu jadi bengkak.

“YA orang disenggol-senggol ya jadi bengkak,” kataku sekenanya.

“Sakit nggak mas, orang cuma disenggol kok bisa bengkak,” katanya polos.

“Ya agak sakit,” kataku berbohong.

“Gimana ngobatinya, pakai refanol bisa nggak,” katanya bersungguh-sungguh.

“Nggak bisa pakai refanol, nantilah kita obati setelah foto-foto selesai.

“Kamu harusnya juga telanjang jadi kita bisa foto berdua sambil telanjang, kata ku.” Otakku jadi kurang kurang sehat kalau lagi sange. Padahal foto berduaan telanjang ini risikonya besar.

 Tapi kalau lagi sange mana berpikir panjang begitu.

Sri setuju dan kami pun berfoto berdua telanjang dalam berbagai gaya.

Rupanya dalam berbagai pose dimana tanganku memegang teteknya yang baru numbuh dan Apemnya yang belum tumbuh bulu membuat dia jadi terangsang juga. Buktinya Apemnya ketika kuraba mulai basah.

Aku baru tahu kalau anak kecil bisa terangsang dan Apemnya basah juga.

sri

Aku pun makin gila dan berpose makin mesra, mulai pose mencium bibirnya, mencium teteknya menjilat pentilnya yang masih kecil. Ketika Mencium bibirnya aku melumatnya dan tidak memperdulikan timer di kamera lagi. Sri bingung dan tetapi diapun jadi makin terangsang. Begitu juga ketika pose aku menjilat pentil susunya, dia geli-geli keenakan.

Aku kemuLeha mengusulkan posisi gambar aku menjilat Apemnya. Dia Protes karena Lehaggap itu menjijikkan.

Aku bilang aku nggak jijik, cobalah. Dia memegang kamera dan aku tiarap di antara kangkangan kakinya dan dengan hati-hati aku menyentuhkan ujung lidahku ke ujung itilnyanya.

” Ah geli mas, ” katanya sambil menarik menjauhkan Apemnya dari lidahku.

Foto tidak sempat diambil karena dia kaget.

“Coba lagi” kataku.

Kini tanganku merangkul pantatnya untuk menahan agar dia tidak menarik lagi pantatnya seperti tadi.

“Ok siap ya” kata ku.

Kini aku tidak lagi menjulurkan lidahku tetapi membenamkan seluruh mulut ke Apemnya dan lidahku mencari itil di ujung atas liptan Apemnya bagian dalam. Dia menggelinjang dan aku terus melakukan serangan dengan jilatan lembut ke itilnya. Setiap kali lidahku mengenai ujung itilnya setiap kali pula dia menggelinjang. Dia bingung dan lupa harus mengambil foto. Posisinya yang tadi setengah duduk kini jadi rebah telentang sepenuhnya.

Aku pun makin bersemangat menjilati itilnya. Sri mulai mendesah dan makin lama makin panjang. Sssshh….. sssshhhh….. ssssssshhhhh.

Mungkin sekitar 5 menit tiba-tiba Sri menjerit tertahan dan lubang Apemnya berdenyut-denyut. Aku mengSritikan jilatan dan menekankan lidahku diitilnya. Tangan Sri juga menarik kepalaku agar menekan Apemnya. Dia mencapai orgasme mungkin yang pertama seumur hidupnya.

Tubuhnya yang tadi meregang, kini lemas seperti tak bertulang.

” Geli dan enak banget mas, apasih tadi itu,” katanya kemuLeha setelah dia mulai siuman.

“Itu namanya orgasme, yaitu kepuasan seksual.”

Aku tidur telentang di sampingnya, dengan posisi Rudalku mengacung tegak ke atas.

Tangannya kuraih dan kubawa ke Rudal ku untuk menggenggamnya. ” Keras amat mas, kenapa sih,” tanyanya penuh keheranan.

“Bisa sembuh nggak,” tanyanya lagi.

“BIsa tapi kamu harus bantu mengobatinya”

“Caranya gimana”

“Caranya sama seperti tadi mas lakukan pada Sri.”

“Ih Sri nggak bisa mas, Sri jijik” protesnya.

” Kalau mas nggak jijik, kenapa Sri jijik, coba dulu, kalau nggak gitu bengkaknya makin besar dan nggak bisa sembuh.” ujar ku.

Sri bangkit dan mendekatkan kepalanya ke Rudal ku. Tangannya mulai menggenggam batang Rudalku yang keras seperti kayu.

“Coba jilat ujungnya” kata ku memberi komando.

Dengan gerakan ragu-ragu dia mulai menjulurkan lidahnya dan menyentuh kepala Rudalku. Setelah beberapa jilatan dia mulai terbiasa.

” Kulum,” perintahku.

“Itu mas ada lendirnya dan rasanya agak asin,” protesnya.

Aku ambil celana dalam yang tergeletak di samping ku dan aku lap lendir di ujung Rudal ku.

Sri dengan gerakan ragu mulai mengulum perlahan-lahan, tetapi giginya menyentuh ujung kepala Rudalku.,

“jangan sampai kena gigi sri”

Setelah beberapa saat dia mulai terbisa dan bisa menyesuaikan agar giginya tidak menggeser Rudal ku.

“Manju mundur dan sedot yang kuat,” kata ku sambil aku mengambil foto pada moment yang sangat merangsang ini.

Sri dengan cepat mengikuti perintahku dan kini dia sudah mulai mahir. Rasa enak menjalar ke seluruh tubuhku sampai ke ubun-ubun rasanya.

“Sri, bawahnya juga dijilat ,” Kata ku sambil memberi petunjuk untuk juga menjilat buah zakarku.

Aku tidak bisa menahan nikmatnya dijilati anak umur 10 tahun yang mulai pintar ini. Ssshhh …… sssshhh ….. aduh enak terus Srin,, Sedot lagi Srin,. Aku tidak bisa bertahan lama dan kuangkat kepalanya menjauh dari Rudalku dan kubekap Rudalku yang segera memuntahkan cairan kental putih ke atas perutnya.

Sri menatap heran.

” Apa yang keluar itu mas, kok kental dan lengket gitu,” tanyanya.

“itu sperma, sebagai tanda akau mencapai puncak kenikmatan seperti yang kamu rasakan tadi,” kataku.

Badan ku lemas dan aku segera melap cairan itu dengan handuk kecil yang memang sudah kusediakan sejak awal di tempat tidurku.

Sekitar 5 menit kami tidur telanjang berdampingan.

Sejak saat itu, Sri jadi ketagihan dan dia sering memintaku untuk memuaskan dirinya dan memuaskan diriku juga.

Berbagai gaya foto vulgar adeganku dengan Sri makin lengkap dalam koleksi. Aku menyimpan semua foto-foto itu dalam internet yang hanya aku bisa melihatnya.

Adegan itu terus berlangsung sampai sekitar 3 bulan, sampai suatu saat aku ingin mendapatkan yang lebih dari itu.

Otak ku makin gila dan tidak lagi terpikir risiko-risiko yang bakal muncul.

Dengan alasan adegan foto aku mulai menempelkan ujung kemaluan ku di mulut Apemnya. Pertama ya hanya nempel saja dari berbagai angel. Tapi rasa penasaran mendorongku untuk berbuat jauh.

Aku ingin membenamkan kepala Rudalku saja, untuk merasakan kenikmatan Apemnya tanpa merusak sepalut keperawannya. Pada awalnya sulit sekali menerobos masuk dengan bantuan jely pelicin perlahan-lahan kepala Rudalku mulai bisa menyeruak lipatan Apemnya. Aku berhenti ketika di dalam Apem ada yang terasa menghalangi. Gerakanku hanya maju mundur 1-2 cm saja. Rasanya juga sudah nikmat sekali sampai aku bisa menembakkan air maniku. Aku tidak berani melepas maniku di dalam Apemnya.

Ritual ini berlangsung lebih dari 10 kali sampai aku tidak memerlukan jeli pelicin lagi bagi mendorong kepala Rudalku.

Rasa penasaran juga lah yang mendorong aku untuk berbuat lebih jauh lagi. Aku mencoba untuk memasukkan setengah batang Rudalku, karena kalau cuma kepala ketika ditarik sering lepas dan lama-lama jadi kurang nikmat.

Ketika Kepala Rudalku tertahan untuk masuk terus, aku berusaha dan menarik nafas. Rudalku aku pertegang sehingga ada efek sedikit mendorong masuk, lalu aku kendurkan lagi ketika Sri mengernyit kesakitan. KemuLeha aku pertegang lagi sambil agak mendorong, berhenti ketika Sri mulai kesakitan. Gerakan itu bisa membawa batang Rudalku masuk lebih dalam, sekitar 2 inci lalu aku bermain maju mundur pada jarak 2 inci sampai menjelang aku ejakulasi.

Permainan 2 inci akhirnya lancar setelah kami bermain sekitar 2 minggu dengan frekuensi sekitar 5 kali.

Sri makin ketagihan dengan permainan yang makin meningkat ini. Dia tidak lagi merasakan kesakitan ketika permainan 2 inci itu berlangsung.

Selanjutnya aku mulai mencoba menerobos lebih dalam lagi. Tekniknya sama dengan sebelumnya berusaha ditegangkan lalu tekan sedikit. berusaha lagi lalu tegangkan dan tekan sedikit. Gerakan ini bisa membawa Rudalku terbenam sekitar separuhnya. Aku pun berhenti pada posisi ini dan hanya bermain setengah tiang.

Seminggu bermain setengah tiang dan tidak ada lagi rasa sakit pada Apem Sri membawa aku penasaran ingin membenamkan seluruh Rudalku ke dalam Apemnya.

Dari posisi setengah tiang tidak lagi terlalu sulit dan lama untuk membenamkan seluruh batang Rudalku, meskipun gerakanku tetap hati-hati dengan menegangkan dan mendorong pelan. Bless masuklah seluruh batang Rudalku ke dalam Apem kecil yang masih belum tumbuh bulu. Aku berhenti untuk sekitar 1 menit pada posisi terbenam itu, menikmati betapa hangat dan sempitnya Apem Sri.

Perlahan-lahan gerakan maju mundur dengan sangat lambat aku coba dan Rudalku terasa seperti terjepit sangat ketat. Aku tidak bisa bertahan lama di dalam Apem yang sempit, sekitar 5 menit pertahananku jebol dan aku muntahkan di perut cewek imut ini.

Sebelum memulai membenamkan Rudalku aku selalu memuaskan Sri dengan oral sampai dia orgasme minimal 2 kali. Sebab, aku menyadari, aku tidak bisa membawanya orgasme melalui hubungan normal, karena sempitnya Apem ini tidak mungkin aku bertahan bisa main lama.

Berbagai posisi hubungan badan kuabadikan dari berbagai angel sampai pada posisi-posisi close up. Ngentot menjadi kegiatan rutin kami setiap hari sampai Sri mencapai usia 11 tahun.

Persahabatan ku dengan Sri jadi makin akrab dan berkat bimbinganku pada pelajaran sekolahnya, dia berhasil meraih rangking 1 di kelasnya. Aku bangga dan juga puas.

Meski perbedaan usia kami terpaut 9 tahun, tetapi dalam hubungan sex kesenjangan itu hampir tidak ada artinya. Hampir setahun aku berteman dengan Sri, tetapi sekalipun aku belum pernah melihat Ibunya, apalagi mengenalnya.


 

Aku memang kurang berminat mengenal ibunya dan kalau bisa malah menghindar mengenalnya.

Ternyata Sri juga menutup rapat diriku terhadap ibunya, ia hanya mengaku sering belajar bersama teman sekelasnya.

Sudah hampir setahun aku berhubungan dengan Sri sampai ia berusia 17 tahun. Dia belum mendapatkan mensturasinya.

Meskipun usianya masih terlalu muda, tetapi nafsu sexnya ternyata cukup tinggi. Aku seringkali kewalahan menghadapi permintaannya. Hampir setiap hari dia memintaku untuk menyetubuhinya. Setiap kali hubungan seringkali aku harus meladeninya sampai 4-5 ronde. Kadang-kadang pinggang ku rasanya sampai mau patah, karena pada ronde ke dua dan seterusnya aku baru bisa ejakulasi setelah sekitar 30 menit.

Kecil-kecil sudah hyper, bagaimana besarnya nanti. Suatu kali dia pernah diminta ibunya untuk menginap di rumah temannya karena ibunya harus pergi ke luar kota untuk selama 2 hari. Ibunya percaya saja kalau Sri memang benar menginap di rumah temannya, tanpa dia mengecek. Padahal Sri mendekam dirumahku. Karena dua hari itu adalah hari Sabtu dan Minggu, maka Sri seharian di rumah ku. Dalam 24 jam aku melayaninya sampai 10 ronde. Ronde ke 9 ejakulasiku hanya mengeluarkan angin.

Akhir-akhir ini aku agak jarang menyetubuhi Sri karena kegiatan ku padat, dan kadang-kadang sampai malam. Sri protes karena dia jarang disetubuhi. namun keadaan yang tidak memungkinkan. Aku menyetubuhinya paling pada hari Minggu, karena sampai malam minggu aku disibukkan dengan kuliah.

Sudah sekitar 3 bulan Apem Sri hanya aku besut seminggu sekali. Pada awalnya setiap kesempatan hari minggu Sri menuntutku bermain sampai 6 ronde. Namun karena aku lama-lama kewalahan akhirnya akau hanya penuhi 3 ronde saja. Begitulah berjalan beberapa bulan sampai Sri bercerita bahwa dia tertarik pada teman laki sebayanya. Aku kenal anaknya bernama Aryo, karena dia juga dari lingkungan sekitarku juga.

Suatu malam minggu ketika aku pulang kuliah sekitar jam setengah 7, aku menangkap bayangan di halaman kosong sebelah rumah ku ada seperti orang mengendap-endap. Aku pun berjalan mengendap untuk memastikan pandangan apa gerangan gerakan itu, pencurikah, atau hewan. Sampai jarak 5 meter aku baru bisa melihat agak jelas bahwa disudut tanah kosong itu ada dua anak sedang bergumul. Aku dekati sampai sekitar 2 meter aku kejutkan mereka, ” Ngapain ini” dengan nada suara membentak.

Mereka terkejut dan tak segera bisa lari, karena kulihat Sri dan Ary sedang bertindih-tindihan. Celana mereka tidak dilepas hanya diturunkan sampai sebatas betis, sehingga susah berlari. Keduanya pucat dan malu.

Dengan nada tetap garang saya perintahkan mereka mengenakan kembali pakaiannya. Keduanya aku gelandang masuk ke rumah ku.

Mereka duduk di ruang depan dengan kepala tertunduk, malu takut bercampur baur.

“Kamu masih kecil kenapa sudah bermain seperti orang dewasa,” kata ku sok berwibawa dan bersih.

Mereka lalu saling tuduh menuduh mengenai siapa yang memulai dan siapa yang mengajak.

“Sudahlah” kata ku

“Kamu nggak usah takut, tadi saya sudah lihat kamu.” kata saya.

“Mas tolong mas saya jangan diadukan ke orang tua saya atau di bawa ke polisi, tolong mas,” kata Aryo.

“Baik,” kata saya.

“Saya tidak melaporkan perbuatan kalian asal kalian menuruti saya,” kata Ku

“Saya kasih kalian kesempatan meneruskan permainan kalian tadi di sini tetapi saya akan melihatnya, kalau kalian tidak bisa, maka akan saya laporkan ke orang tua kalian,”

Aryo baru berani mengangkat kepala dan bertanya.

“benar boleh di sini”.

“Benar, di sini kalian aman tidak ada yang memergoki.”

KUperintahkan keduanya membersihkan diri ke kamar mandi dan dari kamar mandi keluar harus dalam keadaan talanjang masuk ke kamar ku.

Pertama Aryo masuk ke kamar mandi, Dia mandi, mungkin di semak-semak tadi gatal., Keluar dengan malu-malu menutup burungnya masuk ke kamar ku. Aryo umurnya 18 tahun. Sri kemuLeha masuk kamar mandi dan dia mencuci seluruh badannya dan menyabuninya. Dia keluar dari kamar mandi dengan tenang jalan sambil telanjang masuk ke kamar ku.

Aku duduk dikursi dan siap memberi aba-aba. “Aryo apakah kamu sudah pernah onani dan mengeluarkan mani.”

“Sudah mas” jawabnya singkat.

“Baik sekarang kamu telentang.”

Sri kuperintahkan memegang kemaluan Aryo yang belum berbulu agar bangun menegang. Dalam beberapa saat saja kemaluan Sri sudah bangun dan tegak sekitar 12 cm panjangnya. Dia sudah sunat. Sri kuperintahkan untuk mengulumnya. Aryo kaget dan protes.

“Kok diemut mas, kan jijik katanya.”

“Udah kamu diam saja dan ikuti perintahku”

Aryo pssrah dan tidur telentang, Sri yang memang sudah lihai dengan segera mengambil posisi Lehatara kedua kaki Aryo dan mengulum Rudal Aryo.

Aryo mendesis-desis keenakan.

” Enak yo,” tanyaku.

“Enak banget mas tapi rada geli, tapi enak.”

Sri yang sudah piawai mengoral akhirnya menjebol pertahanan Aryo hanya dalam waktu kurang dari 2 menit. Semua mani Aryo ditelan dan Aryo kelojotan kegelian ketika ejakulasi Rudalnya masih diisap oleh Sri. Sampai Rudal Ary lemas baru dilepas oleh Sri.

“Enak banget mas, saya belum pernah ngerasakan seperti ini,” kata Aryo.

” Kamu juga harus membuat enak Sri, setelah istirahat sebentar, kamu juga harus menjilat Apem Sri” kata ku.

Aku perintahkan Sri tidur telentang dan Aryo kubimbing tengkurap Lehatara kedua paha Sri. Dia awalnya ragu, menjilat Apem Sri. Aku kuak Apem Sri dan kutujukkan itilnya yang harus dijilat dengan gerakan lembut.

“Kalau kamu tadi dienakkan oleh Sri, sekarang giliran kamu mengenakkan Sri, itu biar adil,”kataku.

Aryo dengan gerakan ragu dan penasaran melihat Apem yang merekah merah itu akhirnya dia mulai menjulurkan lidahnya ke itil Sri. Karena lidahnya terus dijulurkan Aryo mulai lelah. ” Bekap mulutmu ke Apemnya, dan jilati terus,” perintahku.

Aryo kemuLeha menurut dan Sri mulai kelojotan itilnya dijilati. Sekitar 5 menit Sri meregang dan Aryo kuperintahkan mengeSritikan jilatannnya dan lidahnya menekan Apem Sri. Sri pun menekan kepala Aryo ke Apemnya kuat-kuat. Baru 15 Detik Aryo bersikeras mengangkat kepalanya menjauhi Apem Sri,

“nggak bisa nafas” katanya. Sri yang lagi tanggung orgasme akhirnya menekankan tangannya ke Apemnya sampai orgasmenya tuntas.

Rudal Aryo sudah berdiri lagi, meski belum penuh. Sri yang baru menyelesaikan orgasmenya langsung meraih Rudal Aryo dan meremas-remasnya. Mendapat perlakuan itu, Rudal Aryo makin mengeras sampai sempurna.

“Sekarang masukkan Rudalmu pelan-pelan ke Apem Sri, kamu merangkak diatas Sri, cium bibirnya, lalu cium teteknya,”

Aryo yang sudah mulai bangkit nafsunya segera mencium Sri. Mereka berciuman penuh nafsu dan tidak memperdulikan ada orang lain yang menonton. Sementara aku Rudalku makin tegang.

Aryo kemuLeha turun menciumi tetek Sri yang baru numbuh sebesar “mouse” laptop. Sekitar 10 menit cumbuan aku perintahkan Aryo memasukkan Rudalnya ke Apem Sri.

“Tadi waktu diluar kamu sudah sempat masukkan Rudalmu apa belum ” tanya ku.

“Belum, dia nyodoknya selalu didepan, mana bisa masuk,” kata Sri.

“Abis aku nggak tau lobangnya ada di bawah,” kata Aryo.

Ary membimbing Rudalnya menuju Apem Sri, tetapi berkali-kali gagal masuk sampai Sri menuntun ke Apemnya dan menarik pantat Aryo agar Rudalnya segera menerjang pintu masuk.

Aryo mulai menggenjeot dengan penuh semangat. Dia pompa sekuat tenaga. Sekitar 5 menit dia bertahan pada posisi itu. Aku perintahkan untuk tukar posisi. Sri kini diatas dan Sri dalam posisi duduk bersimpuh mengangkangi badan Aryo ia melakukan gerakan maju mundur. Aryo nyengir-nyengir keenakan Rudalnya dibesut Sri.

Pada posisi ini Sri sempat mencapai orgasme sempai dia lunglai jatuh memeluk Aryo. Posisi kuperintahkan berganti lagi, dengan posisi dog style. Ary menyodok Rudalnya dari belakang sambil memegangi pantat Sri. Mungkin posisi itu menstimulan G Spot Sri, sehingga Sri tak lama kemuLeha mengerang dengan keras keenakan. Mendengar erangan itu Aryo makin semangat dan makin terangsang dia puun mencapai puncaknya dan membenamkan dalam-dalam Rudalnya dan menyemburkan lahar panas ke dalam Apem Sri.

“Saya lupa mas menarik Rudal saya, dikeluarkan diluar, abis enak banget,” kata Aryo meminta maaf pada ku.

” Kalau dia hamil kamu harus bertanggung jawab, ” kataku mengingatkannya.

Aryo wajahnya jadi kecut dan seketika itu juga Rudalnya menciut.

“Enggaklah mudah-mudah,” kata saya.

Aryo pun kembali bersinar mukanya.

Mereka aku perintahkan untuk kembali masuk kamar mandi bersama-sama untuk membersihkan diri. Hampir setengah jam kutunggu kok nggak selesai-selesai. Ketika kubuka pintu kamar mandi ternyata keduanya melanjutkan ronde ketiga dalam posisi berdiri, Sri membungkuk dan Aryo menyikatnya dari belakang.

“Abis ngaceng lagi mas gara-gara Rudalku disabuni Sri,” kata Aryo sambil senyum-senyum-senyum.

“Awas jangan dikeluarkan didalam, cabut kalau mau nyembur, kata ku.

Sekitar 10 menit kemuLeha keduanya keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar dan klimis. Sudah hampir jam setengah 10 kalian segera pulang aku antar ke dekat rumah kalian. Kami berjalan bertiga dan Aryo lebih dulu sampai ke rumahnya. Setelah aku dan Sri jalan berdua, Sri minta aku balik lagi ke rumah.

” Ibu Lagi pergi mas.” katanya.

Sejak saat itu rumahku dijadikan hotel jam-jaman oleh kedua anak itu. Sri kini melayani aku juga Aryo. Namun Aryo tidak pernah tahu hubunganku dengan Sri. Kami sepakat merahasiakan.

Kedua anak itu telah pula membintangi film porno karya ku untuk durasi sekitar 30 menit. Mereka sudah tidak lagi canggung di depanku. Aku pun memanfaatkan mereka untuk membersihkan dan merapikan, rumah ku.


 

Part 4

Kuperhatikan hubungan Aryo-Sri hanya Just4Fun, karena baik Aryo maupun Sri tetap bebas berteman akrab dengan yang lain. Hubunganku dengan Sri juga sama, sehingga tidak ada rasa cemburu Lehatara kami.

Suatu hari Sri mengajak seorang wanita ke rumah ku,

“Kenalkan ini mama saya.”

Jantungku berhenti beberapa saat. Rasa khawatir, malu, tajub bercampur baur menjadi satu. Di sisi lain kagum dan terpana muncul dalam otakku.

“Oh ini mas didit, ” ujar ibunya sambil mengulurkan tangan menyalamiku.

Wanita cantik berusia tidak sampai 40, kulit putih dengan body sempurna tinggi sekitar 165 cm dengan berat seimbang.

“Mas didit saya mau berterima kasih selama ini membimbing Sri sehingga dia unggul di sekolah,” kata wanita cantik ini.

Serr darah ku yang tadi bergumpal di otak segera mencair dan kepala ku yang tadinya panas kini menjadi dingin mendadak. Plong dadaku juga ikut lega.

“Ah nggak usah dipikirkan, saya hanya memanfaatkan waktu luang saja, tidak usah menjadi rasa berhutang,” kataku merendah.

Percakapan kami segera menjadi akrab dan akhirnya Sri dan ibunya mengajakku ke rumahnya. Aku sebetulnya malu, tetapi tidak punya alasan menolak.

Sebuah rumah yang cukup bagus berpagar tinggi. Interior di dalamnya rapi dan penataan yang apik. Sri hanya tinggal berdua dengan ibunya. Mereka jengah merekrut pembantu karena selalu keluar-masuk dan ada saja barang-barang yang hilang jika pembantu itu berhenti.

Ibunya termasuk wanita yang suka ngobrol, apa saja diceritakan sampai mengenai ia kawin muda usia 15 tahun dan melahirkan Sri pada usia 16 tahun. Pantas kelihatan masih muda karena usianya sekarang baru 35 tahun.

Dia bercerai dengan suaminya sudah lebih dari 5 tahun dan dia terus terang mengakui bahwa penyebab perceraian itu, karena dirinya lesbi.

“Mas didit sering-sering kemari nemani Sri dan mengajarinya, saya tidak bisa terlalu banyak membimbing karena waktu saya habis menurusi bisnis yang kini memerlukan perhatian lebih serius.

Sejak saat itu, aku jadi sering main ke rumah Sri, dan jika aku libur kuliah aku bisa seharian di rumah Sri. Kami bertelajang bulat saja berkeliaran di rumah itu sepanjang hari.

Dari Sri kuketahui ibunya mempunyai pasangan lesbi yang sering juga datang ke rumah kalau ibunya sedang berada di rumah. Bahkan sering menginap. Ibunya terang-terangan kalau bercumbu dengan pasangannya dan tidak pernah merasa canggung meski di depan anaknya. Belakangan ku ketahui Sri bahkan sering dilibatkan. Sri pun mengaku dia kerap diminta ibunya jika sedang sange sementara pasangan lesbinya tidak datang. Akhirnya aku hampir mati mendadak terkejut, ketika Sri mengungkapkan bahwa hubugan dengan ku juga sudah diketahui semua ibunya. Jadi pengin malu tapi udah terlambat.

Setelah 3 bulan aku mengetahui semua kehidupan dalam rumah itu. aku pun sudah kenal dengan pasangan lesbi ibunya. Kami berempat sering ngrumpi kadang-kadang bergadang main remi, sampai kami akhirnya telanjang bulat berempat, karena memang taruhannya membuka baju. Tidak ada rasa canggung lagi dan rahasia Lehatara kami berempat. Ibunya santai saja melakukan cumbuan berat dengan bertelanjang bulat dengan pasangannya di depan ku dan Sri. Aku pun santai saja ngentot Sri di depan ibunya dan pasangan lesbinya.

Mbak Fitri begitu aku menyebut ibunya Sri dan Mbak Leha pasagan lesbinya yang berperan sebagai pria, tidak pernah sedikitpun tertarik pada diri ku. Mereka berdua memang pernah memegang-megang Rudal ku yang menegang, tapi mereka melanjutkan bercumbu berdua.

Aku pun tak berani berusaha mengubah orientasi seks mereka, karena mereka tetap dingin menghadapi laki-laki meski sudah telanjang di depan mereka.

Aku baru menyadari kenapa keluarga ini tidak tertarik mempunyai pembantu. Sebab kehidupan bebas mereka jadi terrganggu jia ada orang lain yang pemahaman sexnya tidak sebebas mereka. Aku pun diperkenankan masuk ke lingkungan ini karena ibunya tahu aku telah ngewek anaknya berkali-kali.

Suatu hari aku terbangun dari tidur lelahku setelah main 3 ronde dengan Sri dikamarnya. Kulihat jam didinding menunjukkan jam 7 malam. Samar-sama kudengar suara ramai di ruang keluarga. Perutku lapar. Dengan santi bertelanjang bulat aku keluar menuju dapur yang tentunya melewati ruang keluarga. Kami biasa berlalu lalang telanjang di rumah ini. Ada rasa yang berbeda memang jika hidup di komunitas telanjang. Paling tidak kita jadi bersikap lebih terbuka dan jarang berbohong.

Aku berhenti sebentar mengamati area pertarungan. Ternyata Mbak Leha sedang dijilati Sri dan Mbak Fitri sedang menjilati anak perempuan usia sekitar 15 tahun. Oh ini Didit, kenalkan ini adiknya mbak Leha, “Ayu” katanya menyalami ku dan aku balas “didit” Kami dalam keadaan telanjang bulat. Aku lalu pamit dari arena karena mau bikin mi isntan di dapur, ” lapar ” kata ku.

Mereka segera melanjutkan pertarungan dan aku santai saja duduk di sofa dekat mereka sambil makan mi. Antara lapar dan terangsang akibatnya aku tetap makan tetapi pelan-pelan Rudal juga bangun. Apa boleh buat ketika aku berjalan kembali mengantar mangkok kosong ke dapur, aku berjalan sambil dalam keadaan Rudal ngacung ke depan. Itulah dunia telanjang, sulit menutupi keadaan yang sebenarnya.

Aturan di rumah itu, setiap habis makan harus sikat gigi sampai bersih. Sikat gigi di wastafel dekat dapur tersedia beberapa dan tidak ada yang khusus dimiliki seseorang. kami bergantian semaunya menggunakannya. Aku pun lalu membersihkan mulut dan mulut kembali segar.

Sambil menenteng segelas air dingin aku kembali ke arena duduk disofa memperhatikan pertarungan 4 wanita berbeda-beda usia. Mbak Leha meski tomboy tetapi fisiknya sesungguhnya sexy. teteknya besar, mungkin ukuran 36 B, pinggangnya ramping dan pantatnya bulat kulitnya agak gelap. Mbak Fitri teteknya tidak terlalu besar tapi bulat dan pantatnya juga lebar dan tonggeng.

Nah Ayu kuperhatikan badannya pendek tapi semok dan kulitnya agak gelap, rambutnya sebahu lurus. Jembutnya masih jarang kelihatannya baru tumbuh sekitar 25 lembar.

Mereka semua santai saja meski aku menonton, hanya Ayu yang kelihatannya rada kurang kosentrasi. Pendatang baru memang maklumlah begitu.

“Dit ini ajari anggota baru kita,” kata Mbak Fitri.

Mbak Fitri lalu membimbing Ayu merangkak lalu bersimpuh di depan Rudalku yang ngaceng.

“Coba kamu pegang dan kamu isap Rudal Didit ini.” Ayu sejenak menatapku, aku pun mengangguk.

Dengan gerakan agak ragu Ayu mencekam Rudalku lalu didekatkannya kemulutnya tapi dia berhenti ketika jarak mulut ke Rudal tinggal 5 cm. Dia diam sebentar. Aku pun diam memperhatikannya. Aku mencoba pasif dan menikmati apa pun yang akan dilakukan Ayu.

Dengan gerakan ragu dia mulai menjulurkan lidahnya ke ujung Rudalku. Di sapunya dengan jilatan seluruh kepala Rudal, itu. Aku memberi respon dengan mendesis dan mengerang pela. Ini menambah semangat Ayu untuk bertindak agresif sehingga semua batang Rudal dijilati termasuk ke kantong zakarku yang jadi sensitif.

Kali ini mendesis dan mengerang sesungguhnya karena memang makin nikmat. ” MIr isap mir” pintaku diselingi desis dan erangan pelan. Ayu mengetahui tindakkannya benar dan membakar birahiku dia pun makin bersemangat. Di sedotnya kuat-kuat sampai rasanya ubun-ubunku ikut kesedot. Aku jadi mengerang keras melampiaskan rasa nikmat. Ayu mulai mengerti cara mengulum tanpa diberi petunjuk, dia maju mundurkan batang Rudalku sampai hampir masuk semua ke mulutnya.

Sekitar 15 menit adegan ini berlangsung, mulutnya mungkin mulai pegal sehingga dia bangun dan menubruk tubuhku memelukku erat. Mulutnya ku sosor dan dengan ciuman erat aku cium sampai dia hampir kehabisan nafas.

Kubalikkan posisi sehingga kini gantian dia duduk bersandar di sofa dan aku menindih badannya. Ciuman ku lanjutkan ke puting susunya yang masih belum tumbuh sempurnna tapi sudah mengeras karena terangsang.

Kuhisap, kugigit pelan lalu dijilat. Ayu mulai mengeluarkan desisan ulah. Dia rupanya sangat ekspresif. Desisannya makin keras kadang-kadang malah mengerang seperti orang kesakitan. Aku jadi makin full voltase endapat respon begitu. Apemnya ku raba, ternyata sudah basah kuyup.

Aku pun perlahan-lahan turun mencium perut, selangkangan, paha bagian dalam. Ayu menggeelinjang kegelian dan keenakan juga. Ku lebarkan bentangan kakinya dan ku kuak Apem yang bentuknya montok kayak “mouse” Itilnya ternyata sangat menonjol sehingga tidak susah aku menemukannya. Merah muda mengkilat keluar dari lipatan di atas lipatan bibir dalamnya. Kubekapkan mulutku ke wilayah sekitar itil yang menonjol itu dan dengan sapuan lembut kujilat sekeliling itil yang terasa mengeras.

Ayu mengerang makin keras dia tidak peduli ada beberapa orang di sekitarnya. Ketika itilnya mulai bisa menyesuaikan jilatanku aku pun mulai menuju ke ujung itilnya. Dia menggelinjang kaget sambil berteriak. Pelan-pelan kusapu ujung itilnya dengan lidahku ku bagian bawah. Dia makin mengerang dan bergerak liar sehingga aku terpaksa menahan kedua pahanya dengan tanganku. Kini ujung lidahku yang mulai menyapu ujung itilnya dengan gerakan yang konstan dan beritme 1/1.

Tidak sampai 5 menit Ayu berteriak keras dan menarik kepala erat kepalaku ke Apemnya. Mulutku jadi belepotan cairan Apem Ayu, aku pun sulit bernafas. Apemnya berdenyut menandakan ia mencapai orgasme. Tampaknya semua kaget ketika Ayu berteriak saat awal orgasme sampai semua aktifitas di ruang itu berhenti memperhatikan “Whats wrong”. ”

Gila lu mir tereak sekenceng-kencengnya kata Mbak Leha.

Habis enak banget sih aku jadi nggak tahan dan lupa. Dalam keadaan bersandar lunglai aku tetap seperti bersujud di depan Ayu. Ku colok jariku ke dalam Apem Ayu. Agak sulit masuk sampai Mirnya meringis. Aku mencari lokasi G Spot di bagian dalam Apemnya.

Jaringan empuk bulan sebedsar uang logam Rp 50 yang baru kutemukan dibelakang saluran pipisnya. Dengan gerakan lembut kugesek pelan dengan ritme yang tetap. Kini Ayu kembali mengerang dan mendesis bergantian . Suaranya makin lama makin keras. Ledekan Mbak Leha dan Mbak Fitri tidak diperdulikan Ayu. Dia makin seru dan akhirnya belum 2 menit dia berteriak sekuat-kuatnya lalu sadar dan menutup mulutnya sendiri. Itupun dia tetap berteriak didalam dekapan tangannya. Jariku tetap di dalam Apemnya terasa dijepit jepit dengan ritme yang hampir sama dengan denyut Rudalku ketika sedang ejakulasi. Cairan Apemnya meleleh makin banyak. Ayu baru mendapatkan orgasme G Spot, suatu orgasme yang jarang dialami cewek.

Kini Ayu terkulai lemas, sementara aku makin horni dan makin keras. Kami ternyata jadi tontonan “life Show” ini mulai mereka nikmati ketika Ayu mengerang dengan suara yang cukup keras.

Rudalku yang mencung keras ke depan pelan-pelan ku tempelkan ke depan bukan Apem Ayu. Ujung Rudalku ku else-oleskan dengan carian yang banjir di mulut Apemnya, lalu pelan-pelan kusodokkan menyeruak ke dalam Apem Ayu. Agak sulit meskipun pelumasan sudah cukup. dengan gerakan hati-hati ku dorong pelan-pelan k menerjang masuk makin dalam ke dalam Apem Ayu.

Sampai pada titik tertentu Rudalku tertahan tidak bisa maju. Rasanya seperti buntu, padahal Rudalku baru masuk setengah jalan. Aku menduga ini adalah selaput dar Ayu. Kalau kiupaksa dengan dorongan kuat, Ayu pasti keskitan luar biasa. Maka gerakan menegang untuk maju kembali kupraktekkan. lalu diselinigni dengan gerakan maju mundur untuk meleluasakan lobang yang telah berhasil diterobos.

Setelah gerakan setengah tiang lancar. Aku kembali berhenti di titik buntu dan dengan sedikit menekan dan menegangkan Rudalku aku akhirnya berhasil masuk lebih dalam. Ayu meringis dan di ujung matanya meleleh air mata.

” Sakit Mir” Dia mengangguk.

Aku majukan Rudalku pelan-pelan sampai seluruhnya terbenam. Stay sekitar 2 menit dalam keadaan terendam penuh, aku mulai mencoba menarik perlahan-lahan. Gerakan ini juga akag seret rasanya sampai kulit Rudalku ikut tertarik seperti kesedot Apemnya Ayu. Kutarik sedikit- kumajukan secara bertahap akhirnya gerakan tarik maju makin panjang. Ayu pun mulai melupakan kepedihan Apemmeknya karena selain pantannya mulai bergoyang dia juga mulai mengerang dan mendesis lagi.

Makin lama makin keras suaranya. Aku pun menikmati Apem sempit ini rasanya legit amat. Mungkin selain Apem perawan, juga karena cairan Apemnya kental dan agak lengket. Mungkin kalau diibaratkan oli mesin dia punya SAE 120, kental sekali. Benar juga dalam hatiku ,cewek berkulit hitam, Apemnya lebih enak dari yang berkulit putih. Sekitar 15 menit aku pompa Ayu dan dia sudah menjerit 2 kali tanda orgasmenya, tetapi tetap kugenjot sambil mencari posisi G SPotnya dengan sodokan Rudalku. Kutemukan ketika dia bereaksi menerima sodokankan dengan erangan-erangan seirama sodokkanku.

Tiba-tiba dia seperti orang bersin dan lalu menjerit kembali sekuat-kuatnya ttanpa ingat harus menutup mulutnya sehingga serulah isi rumah ini dipenuhi teriakan Ayu. Dia mencapai orgasemnya yang tertinggi. Menddapat respon itu akau jadi makin terangsang dan terasa lahar mulai akan menyembur. Kutarik Rudalku dan kukocok sebentar lalu ku keluarkan di atas perut Ayu. Ayu sudah pasrah saja .


 

Part 5

Dia lemas abis, terkulai seperti tidak bertulang.

Kuambil handuk kecil basah lalu ku lapkan ke bekas ceceran maniku di perut Ayu, Dia tertidur pulas di kursi itu.

Sejak itu kami setiap malam minggu melakukan sex party. Aku hanya satu-satunya pejantan. Dua wanita yang harus aku layani sementara yang dua lagi nggak tertarik ama Rudal.

” aku heran kok bisa begitu ya, padahal mereka juga menggunakan dildo.”

Aku nggak ambil pusing lah, kalau mereka normal, akau nanti yang kewalahan, punya 4 babon. Dengan 2 babon saja dengkulku rasanya hampir copot.

Secara sembunyi aku menempatkan kamera dan handphone dengan kapasitas besar pada posisi yang strategis. Tiga kamera masing-masing video kamera. handpone, stil kamera digital yang bisa berfungsi sebagai video kamera dan web cam yang aku hubungkan dengan laptop aku arahkan ke arena “sex party” 4 kali sex party aku memiliki banyak sekali file di dalam komputerku tinggal mengedit dan menyatukannya dalam satu video berdurasi sekitar 1 jam. Hasil candid camera ternyat tidak terlalu mengecewakan, cukup detil dan lumayan bikin orang terangsang menontonnya. Tidak ada yang tahu kecuali aku sendiri.

Aku sering kali tidak percaya dengan pengalaman yang kualami, andapun berpikir mungkin begitu juga. Wajarlah, tapi kita nikmati saja cerita ku tanpa harus banyak mempersoalkan. Yang penting sange lah. Aku terpaku hampir 10 jam menuangkan ceritaku ini.

Suasana di rumah Mbak Fitri tiba-tiba berubah ketika 2 anak kembar laki perempuan masuk kerumah itu sebagai anggota keluarga. Pada usia sekitar 9 tahun mereka ditinggal mati kedua orang tuanya akibat kecelakaan. Mbak Fitri adalah satu-satunya kerabat dekatnya sehingga dengan terpaksa dia harus menampung kedua anak yang manis dan cakep ini. Mereka polos berasal dari kota jauh dari Jakarta.

Anak kembar laki-perempuan umumnya harus hidup dipisahkan, karena mereka cenderung akan intim seperti sepasang pacar dan merasa kembarannya adalah jodohnya.

Sampai saat terakhir hidup dengan orang tuanya mereka tidak tinggal terpisah, bahkan jika mereka dipisah tidur di kamar berbedapun akan resah dan saling tidak bisa tidur. Mereka memang akhirnya disatukan dalam satu kamar dengan ranjang terpisah ketika tinggal bersama orang tuanya.

Ketika di rumah mbak Fitri mereka pun tetap rapat dan tinggal disatu kamar, bahkan di satu tempat tidur. Mereka nyata sekali saling menyayangi satu sama lain.

Tetapi kamilah yang tidak bisa saling menyayangi, karena terhalang kehadiran mereka. Kegiatanku dengan Sri dan Ayu akhirnya pindah ke rumah ku dan Mbak Fitri dan Mbak Leha menutup diri di kamarnya.

Kehidupan munafik ini berlangsung sampai 3 bulan, membuat seisi rumah ini jadi makin frustasi, sampai aku memergoki keduanya saling berciuman di tempat tidur seperti layaknya orang pacaran.

Evi dan Adam begitu mereka diberi nama terkejut melihat kehadiranku yang tiba-tiba menyelinap ke dalam kamar mereka. Terkejut, malu dan ada rasa bersalah, Evi si kembar cewek berkilah,

“Aku menyayangi Adam mas.”.

“Nggak apa-apa kok, mas mengerti, kamu nggak usah malu”

Untuk lebih meyakinkan mereka aku mengajari trik-trik berciuman. Meski agak ragu mereka akhirnya bisa menerima kahadiranku.

Dari interaksiku mereka sudah terbiasa berciuman sejak mungkin setahun terakhir ini. Hanya itu saja.

Aku ajari berciuman akan makin asyik kalau satu sama lain saling meraba. Yang diraba adalah masing-masing kemaluan mereka. Awalnya aku ajari meraba dari luar pakaian masing-masing genital sambil berciuman. Setelah mereka praktekkan dan mereka rupanya jadi terangsang. Kubimbing tangan Adam masuk ke dalam celana dalam Evi sampai menemukan Apemnya dan Evi pun aku bimbing tangannya memasuki celana Adam untuk menggenggam batang milik Adam.

Hampir 15 menit mereka saling meraba dari dalam sampai Adam tiba-tiba protes,

” Mas Evi pipis nih tangan saya jadi basah.”

Evi protes.

“enggak kok, Evi enggak pipis.”

Mereka berhenti beraktifitas gara-gara Evi terangsang dan Apemnya mulai basah.

Aku menjelaskan bahwa Evi memang benar tidak pipis. Bawuknya basah karena dipegang-pegang Adam.

” Itu normal, dan tandanya Evia senang dan menikmati. ” Ya kan Vick)” Evi mengangguk malu.

Akhirnya mereka kuarahkan untuk membuka semua baju dan celana dan bertelanjang bulat. Evi keberatan dan agak protes, mereka malu kalau harus saling telanjang mereka belum pernah melakukannya apalagi di depan diriku.

Aku matikan lampu kamar sehingga suasana jadi agak temaram, dan akhirnya setelah aku yakinkan bahwa aku mengajari mereka agar bisa menikmati rasa yang lebih enak, akhirnya mereka melpas semua pakaiannya. Kambali mereka kusuruh pelukan, ciuman dan meraba genital masing-masing lawan. Mereka mengulangi adegan tadi dan tangan Evi kuarahkan agar melakukan gerakan mengocok Rudal Adam dan tangan Adam kuarahkan agar jari tengahnya menyelip ke dalam belahan Apem Evi.

Keduanya makin tgerangsang sehingga tidak peduli lagi ada aku disampingnya .

Adam aku arahkan agar mencium kedua puting Evi yang belum tumbuh karena dadanya masih rata. Dia menuruti dan rupanya Evi makin terangsang meski belum tumbuh teteknya. Dia mulai mengerang meski tertahan dan pelan. Sedang dAdam pun makin agresif mengisap pentil Evi yang rupanya juga mulai mengeras.

Adam kuarahkan agar tidur telentang dan Evi duduk disampingnya. Evia kuarahkan menintensifkan kocokan ke batang Adam yang telah tegang sempurna dengan panjang sekitar 10 cm. Adam Rudalnya telah disunat. Kocokan Evi makin kencang sampai akhirnya Adam mengerang. Dia mencapai orgasme tetapi belum ada spermanya. Evi kuminta mengSritikan aktifitasnya karena Rudal Adam jadi terasa ngilu.

” Enak oom,” terimakasih ya. Adam tersenyum puas.

“sekarang giliran kamu memuaskan Evi” perintahku.

“Gimana mas caranya,”.

Kuarahkan jari tengahnya untuk menggosok perlahan-lahan itil Evi. Begitu jari tengah Adam menyentuh itil Evi, dia menggelinjang dan terkejut. Adam pun bingung, “Kenapa Vick,” tanya Adam.

“Geli,” katanya.

Kuarahkan agar Adam memperlakukan itil Evi secara halus dan jangan ditekan kuat-kuat. Adam dengan sabar menuruti perintah ku, tetapi dia selalu kehilangan arah mencari clit Vick. Nggak kelihatan sih katanya.

Aku menyalakan lampu dan Adam tidak protes malah dia senang. Aku tunjukkan dimana letak clit Evi dan bagaimana memperlakukannya.

Adam akhirnya mulai mahir memainkan clit Evi sampai sekitar 10 menit Evi meregang dan aku perintahkan tangan Adam mendekap Apem Evi.

” Mas Apem Evi kok berkedut-kedut,” ujar Adam.

“Yah memang begitu sama seperti kamu tadi juga berkedut-kedut,” jeasku.

Pelajaran hari ini sampai disini saja, mereka kuasarankan untuk membersihkan diri.

Adam dan Evi makin akrab dengan ku mereka makin banyak bertanya dan makin terbuka. Nanti aku ajari yang lebih asyik lagi, aku menjanjikan mereka. “Emang ada yang lebih enak lagi mas,” tanya Evi.

“Ada dong,”

Ajari lagi dong, sekarang dong mas,” kata Adam.

Kusarnakan mereka membersihakan Apemnya dan menyabuninya sampai terasa wangi. Tanpa tunggu lama mereka segera menyerbu kamar mandi dan tidak sampai 5 menit mereka sudah menemuiku di kamarnya.

“Buka baju dan lakukan seperti yang kalian biasa lakukan,” perintahku.

Keduanya langsung berpagutan dan mulai saling meraba, Adam mulai pintar menciumi bagian-bagian tubuh Evi. Demikian juga Evi mulai pandai merangsang genital Adam. Sampai titik rangsangan tertentu mereka kuminta berhenti. Kuperintahkan Adam tidur telentang dan batangnya sudah menegang keras sekali, Evi kuminta mencium batang Rudal Adam.

” Ih buat pipis kok dicium, jijikan mas,” protes Evi.

“Tadi kan sudah dibersihin dan pakai sabun, coba cium wangi nggak,” ujar ku.

Evi mencoba mencium dan memang dia mengirup aroma wangi sabun