Kesayangan Tante_Part 1 (Bulek Tati)



Untuk orang daerah yang baru tinggal di Jakarta, hidup tidaklah mudah. Biaya hidup yang jauh lebih tinggi dibandingkan di daerah tidak membuat gaji belasan juta terasa wah. Apalagi kalo ingat-ingat punya cicilan rumah di kota asal saya dan berbagai kebutuhan lainnya.

Saya Aim, Cerita ini bermula di awal tahun 2012 ketika saya berusia 27 tahun dan memutuskan untuk menerima pekerjaan di Jakarta. Saya merasa berada di kota kelahiran saya yang kecil, tidak akan membuat saya lebih maju dan berkembang lagi.

Saya yang baru di Ibukota ini mencoba berbagai cara untuk dapat hidup lebih irit, agar bisa menabung dari gaji yang saya terima setiap bulannya. Salah satu cara yang saya lakukan adalah dengan menumpang di kerabat saya di Jakarta.

Bule tati Namanya. Dia adalah istri dari adik ibu saya. Saya merasa nyaman untuk tinggal di tempatnya karena almarhum paman saya dulu pernah berutang budi kepada kedua orang tua saya. Bule Tati sudah menjanda hampir 8 tahun lamanya. Saat ini dia tinggal di kompleks kecil berada di belakang daerah Kuningan Jakarta, dekat dengan kantor saya. Bule memiliki kos-kosan yang banyak diisi oleh pekerja kantoran sederhana yang merantau ke Ibukota. Ia hanya tinggal sendiri, kedua anaknya sudah menikah dan tinggal di luar kota.

Setelah diskusi Bule melalui telepon dengan Ibu saya, akhirnya sepakat bahwa saya bisa tinggal di tempat Bule untuk sementara.

Bule Tati ini Wanita berusia 52 tahun. Ia memiliki rambut ikal sebahu, payudara besar, perawakan montok, kulit sawo matang khas STW jawa. Parasnya tidak jelek, manis khas Wanita jawa dengan pipi yang chubby dan bibir yang tebal. Ia memiliki watak yang periang dan ramah dengan siapa saja, pantas saja penghuni kos-kosan miliknya betah.

Minggu-minggu pertama saya tinggal dengan bule, saya belum merasakan keanehan. Mungkin karena masih canggung, karena sudah lama sekali gak bertemu. Hari berjalan seperi biasa, saya ngantor, ngegym, pulang lalu tidur. Hingga setelah beberapa lama, saya mulai nyaman bercerita sama bule tati dan kamipun mulai akrab.

Keanehan mulai terjadi ketika suatu waktu sepulang kerja, saya mandi dan saya keluar dari kamar mandi hanya berbalutkan handuk. Saya melihat bule sering mencuri pandang ketika saya bertelanjang dada. Namun saya tepis, mungkin hanya perasaan saya saja.

 FYI, saya memiliki badan yang lumayan kekar. Dengan tinggi 175, kulit coklat dan otot yang lumayan berisi. Kebiasaan ngegym dari kota lama saya dulu memang tidak berubah. Saya emang hobi dan agak-agak narsis orangnya. Mungkin itu yang membuat bule tidak tahan melihat saya bertelanjang dada.

 Kejadian kedua adalah ketika suatu pagi, Bule tati berusaha membangunkan saya untuk mandi dan pergi bekerja. Saat itu saya sudah setengah terbangun ketika Bude masuk ke kamar untuk membangunkan dengan menepuk-nepuk paha saya.

 Saya selalu tidur bertelanjang dada dan hanya menggunakan boxer. Dengan keadaan yang belum sepenuhnya sadar, saya merasakan tangan bule menggerayangi dada, perut dan bulu-bulu halus yang tumbuh dibawah pusar saya. Saat itu saya pura-pura masih tertidur untuk menantikan apa yang selanjutnya terjadi.

Namun ternyata Bule Tati hanya berhenti disitu saja, sungguh kecewa. Lalu aku memutuskan untuk pura-pura baru terbangun. Bude pun terlihat agak kaget..

“Aim bangun yuk cepetan, udah jam segini, mandi dulu gih, udah disiapin sarapan di meja ya” Ujarnya cepat sambal keluar menuju ruang makan.

Sejak kejadian-kejadian itu, aku selalu sengajakan untuk bertelanjang dada di rumah dengan alasan hawa Jakarta yang panas. Sekalian memancing siapa tahu kejadian yang diinginkan terjadi hehehe.

Ternyata sejak sering kupancing-pancing, aku merasa Bule malah sengaja. Dia sekarang sering menggunakan daster you can see yang tipis. Tidak jarang ia tidak menggunakan BH. Bisa kulihat dari siluet daster yang ia kenakan. Apakah ini kode? Aku malah semakin penasaran ingin memancing lebih dalam lagi.

Hingga akhirnya, aku menemukan momen yang tepat…

Setelah mandi melepas Lelah habis gym dan bekerja seharian, seperti biasa aku sengaja bertelanjang dada, hanya menggunakan boxer pendek tipis tanpa celana dalam. Saat itu Bule Tati sedang menonton TV, mengenakan daster tipis you can see berwarna putih motif bunga, terlihat tidak mengenakan BH. Wah momennya pas nih, aku memutuskan untuk menemaninya menonton TV.

Aku langsung duduk di sebelahnya sambil berbasa-basi

“Lagi nonton apa Bule?” tanyaku penasaran begitu melihat tayangan iklan

“Nonton berita aja nih le, sinetron gak ada yang rame sekarang. Monoton gitu-gitu aja ceritanya, males” Jawabnya (Aku kadang suka ia panggil “Lek” karena sudah dianggap anak sendiri)

“Iya sinetron sekarang ceritanya gitu-gitu aja, Cuma jual muka artis pemerannya aja” Timpalku

“Nah itu, Bule biasanya nonton kalo ada artis favorit Bule aja, kamu tau gak si D*** H****? Yang ganteng-ganteng kalem itu, yang dadanya bidang hihihi” Bule tertawa genit

Aku melihat kesempatan memancing “Wah Bule seleranya yang muda dan gagah gitu ternyata, kangen digagahi ya?” Kuberanikan untuk semakin memancing

Sontak Bule langsung mencubit perutku “Nakal ya kamu, ya kangen donk, kan udah lama banget Bule sendirian hihihi” Bule sambal tertawa centil

Aku langsung mengikuti irama percakapan untuk memancing lebih dalam lagi, kurubah posisi dudukku yang tadinya menghadap TV menjadi menghadap bule dan melingkarkan tangan kiriku ke sofa belakang bule, mengambil posisi duduk lebih dekat dengan Bule. Aku mencoba menunggu reaksi Bule yang merubah posisi dudukku, dia tidak merubah posisi duduknya, hanya sesekali melirik ke arahku, tetapi masih menghadap TV. Kulanjutkan percakapanku untuk Kembali memancing

“Bule emang gak pengen nikah lagi?” tanyaku

“Pengen sih pengen, Cuma Bule udah tua gini apalagi sih yang dicari? Dulu pernah beberapa kali ada yang deketin setelah Pak Le mu meninggal, Cuma Bule gak sreg. Bule sendiri juga udah nyaman kok. Kamu sendiri pindah ke Jakarta gini, pacarmu ditinggal donk disana?” Tanyanya lanjut

“Udah lama putus Bule, sekarang lagi fokus mau bangun karir sama cari uang aja yang banyak, nanti kalo udah banyak uang juga banyak yang deketin” jawabku sekenanya

“Emang sekarang gak ada yang deketin, wong ganteng gini masa gak ada yang deketin?” tanyanya dengan nada bercanda

“Yang deketin sih banyak Bule, Cuma mending cari duit dulu Bule” jawabku

“Iya udah bener kaya gitu sih, terakhir kapan kamu pacaran le?” tanyanya lebih lanjut

“Udah 2 tahunan bule, dulu putus juga karena terlalu sibuk kerja, jadi tak pikir mending single dulu aja biar fokus kerjaan bule” jawabku

“Wah udah lama donk gak dapet belaian Wanita hihihi” pancingnya dengan tawa genitnya

Aku langsung ikut terpancing “Kalo mainan sih banyak Bule waktu masih di M*****, sekarang kan udah pindah jadi belum kenal siapa-siapa hahaha, jadi belum beredar lagi” tawaku santai

“pantesan bule liat ada body lotion sama tissue di pinggir tempat tidurmu” Bule dengan genitnya mencubit pahaku, wah mulai terpancing pikirku

“Iya Bule, kalo cowo kan gak bisa ditahan-tahan, ntar malah jadi mumet. Bule sendiri kalo lagi pengen gimana?” Melihat Bule sudah berani bertanya sedalam ini, aku coba bertanya lebih dalam lagi

“Ya sama lah le, Bule juga kalo udah panas banget ya pake tangan sendiri aja, ndak berani Bule main nakal disini, nanti jadi omongan tetangga kalo ketauan, kan malah jadi aib to” ujarnya. “kamu udah jago donk, udah banyak mainan di kotamu dulu kan?” senyumnya genit

“Jago apa dulu nih Bule?” tanyaku dengan menatapnya tajam.

“jago itulah hahaha, jago apa kek, jago ciuman gitu hihihi” Dia menjawab sambal tertawa, terlihat tidak santai tawanya

“Ciuman yang mana dulu nih Bule? Cium bibir yang atas apa yang bawah?” senyumku genit

Sontak dia mencubit perutku lagi sambal tertawa “hahahaha kamu nakal banget ternyata le, tak kira di daerah anaknya alim-alim to”

Kusengajakan tidak lanjut bertanya atau membuka obrolan. Aku fokus menatap Bule yang pura-pura fokus menonton TV. Dari posisi duduknya dia sudah terlihat “panas”. Kubiarkan hening beberapa waktu agar pikiran Bule agak liar dulu kemana-mana. Lalu kumulai beranikan diri memegang pahanya.

Aku mulai mengelus-ngelus pahanya, kusingkap sedikit roknya ke atas. Lalu kulihat reaksi Bule, dia hanya diam mematung. Si otong di bawah sudah keras sekali, aku sudah mulai tidak sabaran. Kulanjutkan elusanku agak ke pangkal paha, ternyata Bule sudah tidak mengenakan CD lagi. Bule tetap tidak bereaksi apapun. Akupun mulai mendekatkan posisi dudukku ke dekat Bule. Tanganku mulai bergerilya ke gundukan di pangkal paha…

Kurasakan gundukannya bersih tidak ada bulu sama sekali. Jari tengahku mulai mencari belahan Bule. Tiba-tiba Bule menyandarkan dirinya ke sandaran sofa. “Aku lanjut cium ya Bule?” tanyaku. “hmmm” dia hanya berdehem, aku tidak mengerti apakah itu tanda persetujuan atau bukan, tetapi pahanya melebar, kuanggap dia setuju dan aku terus melanjutkan permainan.

Aku langsung melumat bibir tebal Bule sambil jari tengahku masih bermain menggesek belahan kewanitaannya. Desahan Bule kubungkam dengan ciuman panas. Kumainkan lidah dan bibirku. Kuselingi ciumanku dengan jilatan di dagu, leher dan belakang telinga. Bule terlihat makin gelisah. Kurasakan tanganku yang memainkan belahannya semakin basah. Kucari lobang kenikmatan Bule, dan langsung kumasukkan perlahan jari tengahku. Desahan Bule semakin menjadi, ia ikut mengelus-ngelus bulu halus yang tumbuh di belahan dadaku. Sontak aku merasa seperti kesetrum dan semakin panas.

Di tengah permainan aku berbisik “Aku cium yang bawah ya bule?” Bule masih mendesah dengan permainanku dan tidak menjawab. Kuhentikan permainan tanganku di gundukan kenikmatannya. Aku langsung mengambil posisi jongkok di bawah sofa. Kuambil remote TV dan kubesarkan volumenya, khawatir terdengar oleh anak-anak kost yang berada di atas.

Kusingkap dasternya lebih atas lagi, bude mengangkat pantatnya untuk memudahkanku menyingkap. Kupandangi Gua gerba milik bude. Bersih, tidak ada bulu, terlihat terawat. Akupun mulai melancarkan serangan. Kuciumi dan kujilati mulai dari area bawah pusar. Kucoba bermain-main dulu menciumi area sekitar belahan kenikmatannya. Bule ternyata semakin menggelinjang. Tiba-tiba tangannya memegang belakang kepalaku dan mengarahkannya untuk mencucup lubang kenikmatannya.

Ternyata Bule sudah tidak sabra.

Aku mendaratkan bibirku di area kenikmatan bule. Wangi khas sabun kewanitaan menyeruak. Aku curiga dia sudah mempersiapkan semuanya. Aku mulai menyapu belahan kewanitaan Bule menggunakan lidahku dari bawah ke atas secara perlahan. Kudengarkan Bule melenguh. Kucucup puas setiap sisi kewanitaannya hingga mulut dan daguku basah oleh cairan kewanitaannya yang sudah membanjiri gua gerbanya sejak tadi.

Kuraih bagian dalam gua gerbanya dengan lidahku sebisa mungkin, kedua tanganku berusaha membuka belahan kemaluan Bule yang akan kunikmati hingga puas malam ini. Lenguhan bule semakin menjadi.

“Akhhh.. lee gak kuat klo diginin akhhh” desah Bule sambil tersengal-sengal

Bule terlihat gelisah, tubuhnya bergerak tidak karuan. Mendadak kuhentikan cucupanku di kemaluannya. Dengan cepat kupelorotkan boxerku. Lalu aku mulai beranjak untuk mencium bibir Buleku. Kuletakkan kemaluanku persis di belahannya tanpa kumasukkan. Sigap aku langsung melumat bibir Bule Kembali. Kujilati leher, dagu dan bibirnya. Kumainkan dengan mengigit manja bibirnya. Bule melingkarkan tangannya ke leherku. Bule terlihat tidak tahan, ia berusaha menggesek-gesekan belahan kemaluannya ke batang keperkasaanku. Kepalaku pun sudah terasa panas, jantungku berdegup kencang sekali, aku berusaha menahan untuk menjaga ritme permainan semakin panas. Desahannya semakin terdengar seperti rengekan.

Aku mulai menjelajahi Kembali turun ke bawah ke area payudaranya. Kubantu Bule melolosi dasternya. Sekarang Bule sudah telanjang bulat. Kuremas payudaranya dengan tangan kiriku, sambil payudaranya sebelah kanan kuhisap dan kujilati. Bule semakin menggila, tangannya mulai menjambak rambutku. Perlahan kutelusuri jilatanku Kembali ke atas, Kembali kulumat bibir tebalnya. Di tengah ciuman panas aku sengaja berhenti…

“Gimana Bule? Enak gak dicium atas bawah?” tanyaku iseng

“Aku ndak kuat, le. Masukkin sekarang aja to” ucapnya sambil tersengal-sengal

“Aku masih mau main-main menikmati tubuh Bule yang bahenol ini” Godaku sambil mengecup bibirnya

Spontan ia mencubit hidungku “Dasar anak nakal, Bule sendiri dimain-mainin” senyumnya manja

“tapi Bule suka kan?” tatapku manja. Tanganku bergerilya lagi ke belahan kenikmatan Bule, kumasukkan Kembali jari tengahku ke kemaluannya. Terasa jariku sudah sangat basah. Sambil menatap Bule, aku menjilat jari tengah basahku yang kumasukkan ke lubangnya barusan. Bule tersenyum. Lalu aku langsung mengecup bibirnya.

“yaudah masukkin sekarang ya, Bule”. Aku langsung memposisikan diriku berlutut di depan sofa. Aku mulai menggesek-gesekan kemaluanku ke belahan kenikmatan Bule untuk menggodanya.

“Ndak usah digesek-gesek lagi, masukkin aja sekarang to le” rengek Bule. Tidak sulit untuk memasukkan batang kejantananku ke lobang kenikmatannya karena lubangnya sudah sangat basah hasil permainan bibir nakalku tadi. Kumasukkan perlahan dimulai dengan kepalanya dulu, lalu kucabut keluar Kembali begitu berulang-ulang. Aku ingin mempermainkan birahi dan kesabaran Buleku. Akupun sudah tidak sabar ingin mendorong mentok, namun kucoba kutahan-tahan sekuat tenaga demi permainan yang panas ini.

Terbukti caraku membuat Bule semakin menggila. Ia berusaha meraih pantatku dan mendorong batangku masuk ke gua kenikmatannya. “Aggghhh” Serempak kami melenguh keras. Setelah masukpun aku tidak langsung menggenjot Bule. Aku langsung meraih bibir tebal Bule dan langsung melumatnya dengan keadaan batangku sudah masuk seluruhnya ke dalam Meki Bule. Kucoba kudiamkan di dalam, terasa hangat dan lembab batangku memberontak ingin digerakan keluar masuk. Kutahan sebentar dan kucoba menikmati permainan bibirku yang panas. Tanganku memegang kedua tangan Bule agar dia diam dan tidak bisa melancarkan serangan. Aku harus menguasai permainan, pikirku.

Karena sudah tidak tahan, Bule mulai mencoba melakukan Gerakan memutar di pinggulnya. Jepitan pahanya ke pinggulku keras sekali. Karena sudah tidak tahan juga, aku mulai melakukan genjotan. Batangku keluar masuk lubang kenikmatan Bule tiada ampun. Kulakukan Gerakan memutar, keluar masuk, nafsuku sudah sangat memuncak ingin menjarah kenikmatan dari lubang yang sudah lama tidak disinggahi ini. Bule ikut mengimbangi hujaman batangku dengan Gerakan memutar. “plok.. plok.. plok..” Suara tepokan kemaluan kami membuatku semakin tambah bernafsu… Sahutan desahan kami yang seirama membuatku semakin bersemangat menghujamkan keperkasaanku ke lubang surga milik Bule. Walaupun sudah longgar, tidak mengurangi kenikmatan hangatnya gua gerba milik Bule ini.

Kemaluan Bule sudah sangat basah, memeknya terasa licin sekali. Kulihat sekilas cairannya membuat batangku mengkilat dan jembutku cukup basah. Kuhentikan sejenak hujamanku.. “Bule, dilap dulu ya” bisikku. Bule hanya mengangguk sambil tersengal-sengal, sudah tidak sanggup mengeluarkan kata-kata.

Setelah melap belahan mekinya, aku langsung menambil posisi dudukrebahan di atas sofa. Kemaluanku yang masih mengkilat oleh cairan kenikamatan Bule mendongak tegak seperti menantang ingin diasah. “Bule, dudukin donk” ucapku manja. Bule langsung bangun dan bersiap mengambil posisi. Ternyata Bule tidak langsung mendudukiku. Dia mulai menjilati batang kejantananku. Aku surprised. Tangan kanannya memegang dan mengocok-ngocok kecil batangku. “Ponakan Bule udah dewasa ya sekarang, batangnya udah bisa dipake buat nyenengin Bule” ujarnya sambil tersenyum genit.

Lalu Bule mulai menciumi kejantananku. Kurasakan lidahnya bergerak di bagian bawah batangku, menyapu dari bawah hingga ke ujung. Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Hal itu ia lakukang berulang-ulang hingga akhirnya mulutnya melahap batangku. Dengan semangat, kepalanya naik turun mengisap keperkasaanku sambil tangannya memainkan buah zakarku. Kenikmatan yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Di sela-sela kulumannya, ia menjilat dan menghisap buah zakarku. Sensasi ini belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku kecanduan ketika melihatnya menatap kejantananku dengan penuh kekaguman. Rasanya aku tidak tahan ingin segera menghujamkan Kembali batangku ke gua surganya.

Bule menyudahi permainan oralnya, ia mulai memposisikan badannya di atas dan mengarahkan batangku ke lubang kenikmatannya. Tetapi ternyata ia malah memainkannya terlebih dahulu. Menggesek-gesekan kepala batangku ke belahan kewanitaannya. Hal ini membuatku gila. Kulihat ia tersenyum girang melihat air mukaku yang mulai gelisah “Gila ternyata Bule juga memiliki permainan yang panas” gumamku dalam hati.

Tak tahan, aku langsung memegang pinggulnya dan memasukkan batangku secara paksa ke dalam kemaluannya. “Ahhhh” jerit kami berdua. Bule lalu melumat bibirku dengan panas. Gila pikirku, Wanita tua ini sekarang memegang kendali permainan. Setelah puas melumati bibir dan daguku yang ditumbuhi kumis tipis, lalu ia mulai mengambil posisi dengan meletakkan tangannya di dada bidangku. Bule melakukan Gerakan mengulek. Aku mulai berpose dengan meletakkan tanganku di belakang kepalaku, untuk memamerkan tubuh atletisku agar Bule semakin terangsang. Benar saja, ulekannya semakin menggila.. ke depan.. ke belakang.. ke kiri dan ke kanan secara teratur, kini mulai tidak karuan. Ulekan gua gerbanya semakin menggila, desahannya mulai berubah seperti rengekan, kurasakan batangku seperti dijepit, otot pahanya semakin kaku, kusadari Bule akan mengalami orgasme pertamanya.. sigap tanganku langsung meraih kedua payudaranya. Kulihat kepala Bule mendongak dan suaranya terdengar seperti rintihan.. tubuhnya bergetar.. kurasakan batangku dibanjiri lagi oleh cairan hangat kewanitaannya.. beberapa detik kemudian lalu Bule ambruk ke dadaku, nafasnya tersengal-sengal. Ia telah mencapai orgasme pertamanya…

Selang beberapa menit berlalu.. nafas Bule kurasakan Sudha mulai teratur. Masih dalam posisi kemaluan kami yang beradu, kuangkat sediki pantat Bule untuk membuat ruang pinggulku bergerak. Tanpa kulap, aku memulai Gerakan menghujam dari bawah. Gerakan ini sangat melelahkan namun membuat sensasi yang berbeda di kepala batang kemaluanku. Aku beruntung staminaku bagus karena rajin ngegym dan berolahraga.

“Aghh.. aghh..” aku menyeringai sambil menatap garang Buleku. Buleku mulai mendesah halus. “Hmm.. mmmhhh.. enak bangett mmmhh..” ujarnya. “Aghhh.. apanya yang enakk aghh “ tanyaku di tengah-tengah hujaman kasarku ke lubang mekinya.. “mmmhh.. kontolnyaa.. mhhhh.. enak bgt.. gk kuat le hmmm” jawabnya tersengal-sengal.. percakapan ini merangsangku lebih gila lagi.. lalu tiba-tiba Bule mengambil inisiatif untuk merubah posisi dan memutar tubuhnya ke arah TV. Aku menghentikan hujamanku sementara. Dengan posisi ini, aku dapat melihat tubuh moleknya dari belakang. Batangku terlihat jelas tertancap di kemaluannya, sungguh pemandangan indah yang membuat kepalaku semakin berdenyut. Lalu Bule memulai Gerakan mengangkat pantat menghujam batangku,, aku memandangi puas keindahan batangku yang mengkilat oleh cairannya keluar masuk gua kenikmatan Bule secara jelas. Aku mulai merasakan sensasi sesuatu akan menyeruak keluar di batangku.. sontak aku berteriak kepada Bule “Bule.. udah berhenti dulu goyangnya.. gak kuat” Aku menahan sekuat tenaga agar cairan kenikmatanku tidak keluar dulu.. Batangku berdenyut-denyut menahan laju cairan sperma keluar dari batang kontolku.. tubuhku mulai berkeringat dengan nafas masih tersengal-sengal. Aku sengaja memikirkan hal lain di dalam kepalaku agar tidak cepat-cepat keluar.

“Bule.. pindah ke kamar yuk” ajakku tersengal-sengal

Seperti anak kecil, lalu Bule berdiri menuntun tanganku ke kamarnya. Seumur-umur tinggal dengannya, ini pertama kali aku memasukki kamar Bule. Tanpa ba bi bu, Bule langsung mengambil posisi mengangkang di atas tempat tidur. Aku tersenyum “ udah gak tahan banget ya Bule?” candaku. “Iya le, rasanya Bule lega banget udah lama gak beginian, pengen dihujam terus semaleman rasanya hihihi” tawanya manja.

Tanpa tunggu lama, aku langsung menancapkan batang keperkasaanku ke dalam gua gerba miliknya. Dari semua posisi seks, aku memang paling menyukai posisi misionaris. Entah mengapa rasanya lebih intim. Di posisi terkunci ini, aku tidak langsung menghujam-hujamkan batangku. Aku mencoba menikmati bibir tebal Bule terlebih dahulu. “Le, jangan kasitau siapa-siapa kita main gila begini ya le,malu kalo sampe orang tau, Bule udah tua begini” ucapnya sambil mengusap rambutku.Aku mrasakan kasih sayangnya mulai berbeda. “Emang mau dikasi tau sama siapa Bule? Gak akan dikasi tau siapa-siapa kok, asal si otong puas terus” senyumku bercanda. Bule langsung mencubit pipiku, lalu mencium keningku. Sungguh perasaan yang aneh yang belum pernah kurasakan sebelumnya bahkan dengan pacar-pacarku terdahulu. Aku langsung membalas ciumannya dengan mengecup bibirnya “Aim sayang banget sama Bule” ujarku. Lalu aku mulai menggerakan pinggulku untu Kembali menghujam kemaluan Bule.

Setelah percakapan singkat barusan, permainan ini terasa menjadi berbeda. Aku merasakan kepuasan yang berbeda di setiap hujaman batangku ke lubang kenikmatan Bule. Aku merasakan setiap inci hujamaku dengan sepenuh hati. Setiap desahan yang kami gumamkan terdengar seperti irama indah saling menyahut. Apakah keisengan ini berubah menjadi cinta hanya dalam beberapa jam kami bercinta?

Tidak ada keinginanku merubah posisi terintim dalam bercinta ini. Tangan bule yang melingkari leherku, bibirku yang tak berhenti menciuminya, hujaman demi hujaman batang kejantananku seperti meluapkan suatu perasaan. Hingga aku merasa sesuatu mulai menyeruak lagi di ujung batang kejantananku.. ritme genjotanku mulai terasa lebih cepat. Entah mengapa aku yang biasa ingin tahan lama dengan menahan laju cairan kenikmatanku, kali ini aku ingin memuntahkan semuanya ke dalam lubang surga Wanita setengah baya ini..

“Aghh.. aghh.. bentar lagi Bule..” Ucapku tersengal sengal “ahhh keluarin ahhh di luar ajaa.. ahh bule ahh gak padang kb ahh ahhh” kata bule. “Aghh emang masih bisa hamil agggh.. aghh” aku merasa tidak percaya tetapi entah kenapa aku tidak peduli, yang kupikirkan hanya ingin menumpahkan rasa ini berikut dengan cairan kejantananku di gua kenikmatan miliknya.. hujamanku semakin menggila, kurasakan cairan kejantananku tidak dapat tertahan lagi.. kulihat Bule juga sudah tidak peduli aku mau keluarkan dimana, dia terlalu menikmati permainan ini. Hingga akhirnya aku tidak dapat menahan lagi.. “Aghh!! Aghhh!!! Aghhh.. !!!” Desahku puas. Batangku menembakan cairan kenikmatannya ke dalam dasar Rahim bule, merasakan kenikmatan hingga 6 kali mengeluarkan cairan, pantatku berasa berkedut beberapa kali, aku merasakan kelegaan dan kebahagiaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Tubuhku ambruk ke atas tubuh gempal Bule. Kurasakan cairan kenikmatanku meleleh keluar dari kemaluan kami saking banyaknya. Nafasku tersengal-sengal. Keringat bercucuran dari tubuh kami berdua. Dinginnya AC tidak bisa menahan panasnya permainan kami di ranjang bule malam ini .

Aku langsung mencium bibir tebal Bule dan tersenyum. “terima kasih ya Bule” senyumku. Bule membalas senyumanku dan membelai rambutku, kemaluan kami masih beradu, terasa sprei basah oleh cairan kenikmatan kami yang meleleh tidak tertampung oleh lobang kenikmatan Bule. Setelah puas, aku langsung mencabut batangku, jembutku dipenuhi oleh cairan kenikmatan kami. Aku langsung berguling ke samping Bule dan memeluknya. Kami sama-sama terdiam terjebak di lamunan masing-masing. Pikiranku masih terbayang kepuasanku mencurahkan semua nafsu dan perasaanku barusan.

“Kamu serius tadi bilang sayang sama Bule?” tanya Bule memecah keheningan.”Serius Bule, tadi rasanya waktu ngwee Bule, beda sama pacar-pacar aim dulu..” jawabku pelan. “bedanya gimana le?” tanya Bule lagi. “beda aja Bule, rasanya gak Cuma nafsu aja yang main, hati Aim juga, puasnya juga beda Bule” jawabku yakin. “Ah kamu bisa aja nyenengin hati Bule, kamu kan masih muda to le, pantesnya jadi anak Bule, kamu gak malu kalo nanti jalan sama Bule?” lanjutnya. “Kamu masih muda le, jalani aja dulu, jangan terlalu dibawa berlebihan” ucap bule sambil mengelus-ngelus bulu halus di dadaku. “yaudah Bule kita jalani aja dulu, tapi janji ya bule jangan sama siapa-siapa, Bule Cuma milik Aim pokoknya” ujarku “kamu tuh yang nanti nakal, emang kamu bisa janji si otong kamu punya Bule seorang?” Ucap bule sambil mencubit hidungku. “Yaa asal dpuasin setiap hari si otongnya, gak akan nyasar ke lobang mana hihihi, lagian punya Bule udah yang paling enak, paling legit” tawaku genit. “Bisa aja kamu, to le. Yaudah Bule ke kamar mandi dulu yam au bebersih, ini pejumu banyak banget netes-netes sampe lengket gini” bude pun bangun menuju kamar mandi. Karena kelelahan, tanpa sengaja aku ketiduran dalam posisi telanjang dan belum bersih-bersih.

Mengenal Bule sejak kecil, aku tidak menyangka Bule seganas dan se-hyperseks ini. Dari luar Bule tampak seperti Wanita alim setengah baya kebanyakan. Ramah kepada siapapun, keibuan dan banyak dikenal tetangga sebagai Ibu kost yang baik dan bertanggungjawab. Tidak menyangka kalo Bule ternyata cukup liar di ranjang. Seperti kejadian setelah percintaan kami yang pertama adalah salah satu cerita betapa liarnya Bule.

----

Malam-malam aku terbangun oleh sesuatu basah dan hangat yang menyelimuti batang kejantananku. Aku mulai tersadar, ternyata aku terlelap di kamar Bule dengan keadaan telanjang dan belum bersih-bersih. Kulihat jam masih pukul 4 pagi. Aku menengok ke bawah, ternyata Bule sedang bermain lidah dengan batang kejantananku. Seketika juga darahku langsung naik, akupun mulai terangsang.

“masi belum puas yang tadi bule?” tanyaku dengan suara berat khas orang bangun tidur. Bule tidak menjawab, ia sibuk memainkan batangku. Aku mencoba menikmati permainan lidahnya di batangku, zakarku mulai jilati juga, sensasi merinding mulai menjalar ke seluruh tubuhku. Aku on lagi. Aku beranjak bangun, melihat dengan samar ternyata Bule sudah telanjang bulat. Aku memposisikan diriku agar bibirku bisa mencapai lubang kenikmatannya,kami mulai melakukan posisi 69.

Aku langsung mencucup rakus lubang kenikmatannya. Menelusuri belahannya dengan lidahku, memainkan klitorisnya dengan bibirku. Kurasakan kulumannya di batangku mulai melonggar, Bule mulai tidak fokus karena kenikmatan ciumanku di bibir bawahnya. Aku meraih lubangnya sedalam mungkin dengan lidahku. Bule mulai mendesah lagi parau.. “ahhh.. aim tolong.. ahhh” desahnya. Aku tidak peduli, aku semakin menggila menelusuri setiap bagia dari area kewanitaannya. Hingga aku merasakan tubuh Bule mulai bergetar, otot-otot paha dan sekitar kemaluannya mulai kaku, kepalaku dijepit kuat, Bule menjerit kecill diikuti dengan rengekan khas Wanita orgasme “ahhh le aku keluar lagii lee.. ampunn huhuhu” teriaknya.

Aku langsung membalik badan dan memposisikan diri memeluk Bule dari samping. Kuperhatikan wajahnya yang tersengal-sengal. Aku tersenyum dan mengecup mesra bibir tebalnya. “Gimana Bule? Sekarang udah puas?” senyumku. Aku Kembali memeluknya mesra seperti seorang kekasih. Bule masih dalam keadaan tersengal-sengal. Di tengah pelukan, Bule meraih batangku yang masih tegak perkasa. Ia mulai mengocok-ngocok kecil “Masukkin lagi le.. Bule pengen puasin dahaga bule yang udah bertahun-tahun gak disiram” tatapnya dengan wajah sayu khas Wanita terangsang. “Gak apa-apa Aim siramin di dalem? Kalo nanti Bule hamil gimana?” tanyaku. “Bule gak peduli, le.. yang penting malem ini kita sama-sama puas” senyumnya.

Mendengar itu, akupun langsung berdiri menuntun Bule dan membawanya ke meja rias. Aku menyuruhnya bertumpu ke meja rias. Dari kaca meja rias tersebut, remang-remang aku dapat melihat siluet kami. Tubuh gempal bule yang menggairahkan, dan aku yang siap menghujamkan batang kejantananku sekali lagi mala mini ke dalam goa kenikmatan milik Bule. Melihat bayangan di kaca, gairahku meningkat tajam. Aku langsung menepok pantat Bule karena gemas “Awhh kamu nakal to le..” ujarnya genit. Dalam keadaan gelap, aku menggunakan instingku untuk memasukkan batang keperkasaanku secara perlahan. Kugesek-gesek dulu ke pantan Bule. Kutelusuri inci demi inci bagian belakang bule dengan kepala kontolku. Hingga akhirnya, kepala itu menemukan jalan masuk kenikmatan. Blessss.. tanpa ba bi bu aku langsung menghujam dalam kemaluan Buleku ini. “Ahhhh” jeritnya.

Aku mulai melakukan Gerakan maju mundur dan memutar, mengobok-ngobok gua kenikmatan milik Bule. Kedua tanganku meruah payudara Bule yang berukuran besar dan meremas-remasnya. Desahan kami bersahut-sahutan memenuhi ruangan kamar Bule yang mulai panas lagi karena pertempuran ini. Hujaman demi hujaman membuatku semakin menggila.. aku hanya bisa meracau sambil mendesah.. “Ahhh Bule.. memekmu nikmat banget Bule.. ahhh.. “ racauku.

Kurasakan cairan kejantananku mulai menyeruak ingin keluar.. aku mulai menghentikan genjotanku dan menahan laju sperma yang akan keluar. Batangku berkedut-kedut menahan sekuat tenaga cairan kesuburan itu untuk berhamburan keluar. “kenapa berhenti to le.. lagi enak-enaknya banget” rengek bule.. “bentar Bule.. gak kuat udah pengen keluar aja”. Ujarku sambil tersengal-sengal.

“Pindah yuk Bule” ajakku. Aku menuntunnya Kembali ke ranjang. Aku menyuruhnya berbaring telungkup. Kupasangkan bantal di bawah perutnya agar batangku lebih mudah masuk ke dalam lubang kenikmatan Bule. Mulai kumasukkan lagi batang kejantananku melalui belakang. Blessss.. batangku mudah masuk karena memek Bule sudah basah daritadi. Aku mulai memacu Bule dari belakang. Kuhujamkan batangku tanpa ampun sambil kuciumi tengkuk bule “Ahhh lee.. ahhh nusuk bangett.. ahh Bule gak tahan..” jeritnya. “Ayo keluar bareng-bareng Bule..” seruku. “Bule bentar lagi mau keluarr ahhh.. le.. gak tahan..”. Desahnya. Kurasakan dari belakang pantatnya mulai menegang, aku buru-buru mempercepat ritme hujamanku. Tidak kutahan-tahan, langsung kuledakkan cairan kejantananku di dalam Rahim Bule sedalam mungkin. “Ahhhhh.. “ teriakku. Bersamaan dengan itu, Bulepun tubuhnya bergetar, desahannya berubah jadi tangisan kecil tidak karuan, aku merasakan batangku seperti dijepit oleh dinding vaginanya. Lubang nikmat yang hangat itu banjir oleh cairan kenikmatan kita berdua. Rasa nikmat yang susah dilukiskan. Tubuhku ambruk di punggung Bule, bersimbah keringat. Cairan kenikmatan kami perlahan mengalir keluar dari lubang meki Bule, membahasi sprei. Menambah noda cairan putih sebelumnya hasil pertempuran kami malam ini. Kamipun tertidur kelelahan setelah pertempuran dahsyat mala mini.

Semenjak saat itu, aku sudah seperti suami Bule saja. Aku tidak pernah lagi menggunakan kamarku. Aku selalu tidur berdua Bersama Bule. Saling memuaskan satu sama lain hampir setiap malam. Kami merasa seperti pengantin baru. Kami melakukannya dengan berbagai gaya, di hampir semua sudut rumah ini..

Setiap aku bahas mengenai keseriusan perasaan kami, Bule selalu ngeles dan seperti masih tidak percaya. Mungkin umurku yang baru 27 dan dia yang sudah 52 membuatnya tidak percaya diri. Instingku ingin menjaga Bule hingga dia tua nanti. Di umurnya yang sudah setengah baya, Aku salut sekali dengan stamina seks Bule, tapi wajar juga, karena ia rajin mengikuti Zumba tiap pagi. Kespontanan kami dalam urusan bercinta bisa dianggap tidak wajar, kami berdua sama-sama hyper menurutku.

Seperti saat suatu pagi aku akan berangkat kerja..

Aku sudah rapi dengan setelan kemeja batik dan celana katunku. Bule saat itu sedang menyiapkan sarapan untukku. Aku menyusulnya ke dapur. Entah setan darimana, memperhatikan lekukan tubuhnya dari belakang membuatku tiba-tiba bergairah sekali pagi itu. Spontan aku langsung memeluknya dari belakang tanpa bicara. Aku mulai menciumi tengkuknya perlahan tapi penuh gairah.

“Yampun le.. semalam Bule dah kamu bolak balik emang km belum puas to le?” senyumnya. “Mana kuat kalo lihat yang seksi gini setiap saat, rasanya pengen bercinta terus” Jawabku genit sambil menciumi leher belakangnya. Kurasakan bule mulai tidak fokus masak dan gelisah. Tanganku langsung menelusup ke dalam dasternya, menyingkap CD dan mulai memainkan gundukan kenikmatannya. Bule langsung sigap mematikan kompor. Aku mulai merasakan kemaluannya basah. Tanpa menunggu lama, aku langsung singkap ke atas dasternya, kupelorti CDnya. Buru-buru aku membuka sabuk dan retsleting celana. Dalam keadaan setengah berbaju, aku langsung menghujamkan kejantananku lewat belakang ke gua kenikmatan favoritku.

Karena kepikiran takut telat ngantor, aku buru-buru ingin menyelesaikan birahiku pagi ini. Kuhujamkan batangku cepat-cepat, sambil menahan desahan karena takut ada anak kost yang dengar. Tidak sampai 5 menit, cairan kelelakianku menyeruak ingin keluar berhamburan. Akupun tidak tahan lagi, buru-buru kubenamkan dalam batang kemaluanku ke lubang kewanitaan Bule. Maniku berlomba-lomba berhamburan memenuhi seisi Rahim Bule. Kami berdua sedikit berkeringat pagi ini. Kucabut buru-buru kejantananku. Terlihat cairan pejuku keluar dari sela-sela memek Bule, mengalir di kedua pahanya. “Cepet banget sih le.. kamu hutang pulang kerja hutang ngentot bule pokoknya ya.. awas” gerutunya. “Iya bulee.. kontol Aim milik Bule sepenuhnya bisa Bule pake kapan aja Bule mau hehehe” Candaku.

Buru-buruku retsletingkan Kembali celana dan mengencangkan sabukku tanpa mencuci kemaluanku. Selain karena buru-buru takut telat , entah aku gila atau apa, aku merasa senang dengan lengket dan aroma khas dari batangku yang sudah dilahap oleh lubang kenikmatan Bule. Setiap pipis di kantor dan mencium aromanya, rasanya ingin cepat-cepat pulang dan menghajar Buleku Kembali.

Baru kali ini aku merasa tergila-gila dengan seorang Wanita, setengah baya, Bibiku sendiri, karena keliaran dia di ranjang. Berbulan-bulan sudah berlalu, tidak Nampak tanda kehamilan pada Bule. Mungkin emang rahimnya sudah kering, jadi tidak mungkin hamil lagi. Dia masih mens tetapi sudah tidak teratur, kadang 2 atau 3 bulan sekali. Hal ini membuatku semakin lepas dalam mencurahkan seluruh perasaan dan cairan kenikmatan saat bercinta dengannya.

---

Sudah 2 tahun hubunganku dan bule berjalan..

 

Selama 2 tahun ini, kami sama-sama menyadari bahwa aku tidak benar-benar menaruh perasaan padanya, kami hanya tempat saling menumpahkan birahi. Aku dengan ego dan gairah mudaku, dan Bule yang sudah lama tidak memiliki pasangan.

 

Di sela-sela percintaan kami, aku kadang suka mencari di luar. Ingin mencoba variasi saja. Begitu juga Bule. Bahkan kami sudah ada di tahap “Open Relationship”. Sama-sama terbuka apabila kami mencari kepuasan pada orang lain. Awalnya aku sangat cemburu dan tidak terima, namun akhirnya aku menerima dan merasa biasa saja. Maklum anak muda, masih pake emosi dan perasaan hehehehe

 

Yang ingin kuceritakan disini adalah babak baru hubungan kami Dimana fase ini menjadi petualangan baruku mencicipi berbagai macam STW. Dan gilanya… Ide ini dating dari Bule.

 

Suatu malam, aku sedang menonton TV. Kulihat Bule baru saja pulang dari Zumba rutinnya.

 

“Kok udah pulang sayang? Kamu gak lembur?” Bule menghampiriku dan mencium pipiku mesra. Kucium semerbak wangi bunga dari sabun yang dipakainya, sepertinya dia sudah mandi di tempat gymnya.

 

Setiap mengingat Zumba, aku masih agak kesal. Karena dia pernah aku gap main serong dengan Instruktur Zumbanya. Hal ini kudapati dari chat-chatan whatsappnya. Kita sempat bertengkar hebat waktu itu. Maklum, ego lelaki muda.

 

“Iya Bule, hari ini pulang cepet. Mumet banget di kantor, jadi langsung tenggo aja tadi cabut gym” Jawabku dengan senyum seadanya

 

Bule langsung menaruh tas gymnya di sebelah tempatku duduk, dengan sigap langsung duduk di sebelahku, menyandarkan kepalanya manja di bahuku. Bule sepertinya sengaja menggodaku.

 

Jemarinya sengaja mengelus manja dadaku yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Wajahku fokus menonton TV. Dari sisi mataku terlihat Bule mencoba menatap wajahku. Kutolehkan wajahku dan berusaha tersenyum padanya

 

“Kenapa sayang? Lagi pengen ya?” Ucapku dengan nada santai

 

“Ihhh Aim kyk yang gak tau Bule aja..” rengeknya. Ia lalu membuka tanktop zumbanya. Dibaliknya dia tidak menggunakan BH. Lalu ia memposisikan diri duduk di pangkuanku dengan mengangkangiku. Wajah kami berhadap-hadapan. Kurasakan Batangku mulai mengeras.

 

“udah 2 hari Bule gak kamu siramin lohh, bule gak tahan” ucapnya dengan nada manja. Bule langsung melumat bibirku. Kubalas cumbuannya dengan penuh napsu. Bule menguasai permainan bibir dan lidah kami karena posisinya lebih atas dariku, ia memegang kendali. Diciumi bibir dan daguku dengan ganas.

 

Aku mencondongkan badanku dan memegangi pinggangnya agar kepalanya mendongak. Mengambil alih kontrol permainan, kedua payudara besarnya terpampang di depan mukaku. Kucucupi setiap inchi payudaranya, kuhisapi pentilnya bergantian.. Bule mulai mendesah tak beraturan.. tangannya meremas rambutku, membantu membenamkan kepalaku ke payudaranya sedalam mungkin..

 

“ssshhh… ahhhh… aimmm.. gak kuat aku sayang…” desisnyaa bertubi-tubi

 

Setelah beberapa lama, kulepaskan permainan bibirku di payudaranya. Kutarik lagi pinggangnya untuk dapat meraih bibirnya yang seksi. Kucium mesra bibirnya.

 

“Pindah ke kamar yuk bule” Ajakku, ia mengangguk. Kutuntun bule menuju kamarnya. Sebelum naik ke ranjang, aku langsung melepaskan boxer yang kupakai. Lalu kubantu bule membuka celana olahraga berwarna pinknya yang ketat. Kulihat area kewanitaannya sudah lembab.

 

Aku langsung merebahkan diriku telentang di ranjangnya.

 

“Dudukin mukaku bule” Senyumku nakal. Posisi favorit bule baru-baru ini adalah menduduki mukaku sementara bibir dan lidahku mengobrak-abrik liang senggamanya.

 

Bule langsung sumringah, buru-buru mengangkangkan pahanya, menyodorkan gua gerbanya tepat di wajahku. Wangi khas kewanitaan menyeruak, membangkitkan gairahku. Dengan semangat langsung kucucup dan kucumbu liang kewanitaannyaa.

 

“Ahhhh… mmpphhh.. mhhhh..” Bule langsung mendesah.

 

Kutelusupkan jemariku untuk membuka lipatan vaginanya agar lidahku bisa lebih jauh masuk ke dalam lubang kewanitaannya. Hal ini membuat desahan Bule semakin gila. Tubuhnya lemas, membebankan seluruh berat badannya ke wajahku. Wajahku benar-benar terbenam di selangkangannya. Aku mencoba mengangkat pantat bule dengan tanganku, menghentikan permainanku.

 

“Gilaa enak banget sayang.. kamu gada yang nyaingin klo urusan jimek punya bule..” ujarnya sambil ngosngosan

 

Hidung, bibir dan daguku mengkilat oleh cairan kewanitaannya. Aku hanya balas bule dengan senyuman. “Yuk.. dudukin yang bawah” Ajakku manja

 

Dengan sigap bule langsung mengangkang mencoba memasukkan batang kejantananku ke gua gerbanya. Tanpa kesulitan, seluruh batangku langsung dibenamkannya. “Blessss….. ahhhh” pekiknya

 

Bule langsung meletakkan kedua tangannya di dadaku, tanda siap memacu batangku. Ia memulai memainkan batangku di dalam liang senggamanya. Diputar-putarnya seperti Gerakan mengulek. Ke kiri, ke kanan, diputar, ia memastikan seluruh dinding rahimnya terjamah oleh rudal coklatku ini. “Ahhh… ahhhh… ahhh..” Desahan kami berdua mengisi seluruh kamar. Tanganku meraih kedua payudaranya, meremas-remas dan memilin putingnya. Bule tampak kelojotan dengan apa yang kulakukan. Iya memegang kedua tanganku yang sedang meremas payudaranya.

 

“Aimmm… ahhhh.. bule gak kuattt….” Pekiknya keras. Bule sudah mau capai klimaks, pikirku. Aku harus segera menuntaskan birahiku juga. Kupegang pinggul bule, lalu bule menjatuhkan badannya ke dadaku, aku mencoba mengontrol permainan. Kutahan posisi pantat bule agar tidak bergerak, lalu kuhujam-hujamkan batang kejantananku dari bawah.

 

“Ahhhh.. bule mau keluarrr.. aimmm.. ahhhhh” pekiknya di Tengah desahan yang hebat

 

“Aimm juga mau keluarr.. “ Seruku

 

“Plokkk.. plokkk.. plokkk” suara hujaman batangku terdengar semakin cepatt..

 

“Ahhhhhhh….” Kami berdua memekik Bersama mencapai puncak kenikmatan berdua

 

Kurasakan batangku berkedut-kedut sebanyak 6 kali.. cairan sperma menembaki dinding rahim Buleku, memenuhi ruang kecil yang selalu memberiku kenikmatan luar biasa ini. Tubuh Bulepun ambruk di dadaku.. Kurasakan cairan kenikmatan kami mengalir keluar dari liang senggama bule, meleleh dari batangku ke buah zakarku dan menetes di sprei.. kami berdua ngos-ngosan karena pertempuran malam ini. Sesaat kemudian, bule langsung menggulingkan tubuhnya. Menyandarkan kepalanya di bahuku, tangannya memeluk dadaku mesra.

 

“Makasih sayang.. kamu emang yang terbaik” Ucapnya manja sambil mengelus-ngelus dadaku.

 

Kami hening sesaat. Kupandangi langit-langit kamar. Aku mulai merasakan kantuk melanda. Ingin membersihkan sisa-sisa kenakalan kami yang masih lengket di batangku ini tapi berat sekali rasanya untuk bangun dan ke kamar mandi..

 

“Aim sayang…” Bule memecah keheningan

 

“Iya bule?”

 

“Bule pengen ngobrol sama kamu.. tapi kamu jangan emosian ya sayang. Bule pengen kamu ngobrol sama bule dengan pikiran terbuka dan bisa menyikapi ini dengan dewasa..” Lalu bule melanjutkan percakapannya, aku mulai menggeser badanku agar bisa menatap wajahnya langsung. Aku memasang wajah serius.

 

“Bule sayang banget sama kamu Aim.. kamu harus sadar kalo kamu masih muda, masih punya banyak kesempatan untuk bersenang-senang di luar sana. Bule ngomong gini karena Bule sayang banget sama kamu dan gak mau kamu terikat sama bule” Bule menatapku tulus

 

“Bule kan udah umur segini.. sebentar lagi juga nafsu bule udah padam. Sementara kamu kan laki-laki, libido kamu masih bertahan lama. Kalo kamu terlalu terikat sama bule, nanti kamu yang rugi sayang” Jelasnya lanjut

 

Mungkin bule ada benarnya, aku terlalu terbawa perasaan dalam permainan ini dengannya. Mungkin ia merasa tidak ingin menyia-nyiakan masa mudaku

 

“Iya bule.. tapi tetep Aim gak mau pisah sama bule..” Ucapku lirih

 

“Kalo bule mau.. bule boleh sama siapa aja.. Aim janji gak akan marah lagi” lanjutku dengan nada lembut

 

Bule tersenyum manis. Berusaha menggapai dahiku dan menciumnya mesra.

 

“Bule bukannya mau kemana-mana sayang. Bule Cuma pengen kamu bisa liat banyak kesempatan di luar sana.. jangan Cuma terikat sama bule aja” jelasnya

 

“Sebenernya Bule pengen mengusulkan sesuatu sama kamu.. Cuma bule takut kamunya marah” Ucapnya manja

 

“Apa itu bule?”

 

“Jadi setiap mengantar kamu.. temen-temen bule selalu heboh liat kamu. Mereka penasaran sama kamu..” Ucapnya dengan nada berhati-hati

 

“terus?” tanyaku penasaran

 

“Bule Cuma bilang kalo itu ponakan bule.. jangan aneh-aneh ya, gitu”

 

“Cuma kalo bule piker-pikir, bule egois banget kalo cuma mengurung kamu di rumah dan tidak membiarkan kamu menjelajah dunia di luaran sana..” jelasnya

 

“hmmm.. jadi bule mau aku kenalan sama temen-temen bule gitu?” tanyaku mulai tertarik

 

“Iya sayang.. kamu kan masih muda, manfaatkan kegantengan kamu ini loh” Ucapnya sambil mengelus pipiku. Aku tersenyum tipis. Mulai paham arah pembicaraan bule.

 

“hidup kan Cuma sekali sayang, kita harus bersenang-senang” ucapnya dengan nada riang. Aku hanya bisa tertawa kecil melihat kecentilannya.

 

“yaudah, kapan bule mau kenalin temen-temen bule sama aku?” tanyaku

 

“hmmm… sebenernya gini sayang, ini kalo kamu setuju aja ya, bentar lagi kan arisan bule sama temen-temen bule mau udahan, nah kita mau bikin arisan lagi, cuma kemaren ada yang usul kalo hadiah arisannya brondong aja..” Bule menjelaskan kepadaku dengan sangat hati-hati

 

“Bule kepikiran, daripada bayar orang lain gonta ganti, kenapa gak kamu aja? Temen-temen bule itu pada ngefans sama kamu loh” Ucapnya meyakinkanku

 

“hmmm..” aku menunjukkan ekspresi berpikir. Bule lanjut meyakinkanku.

 

“Udah gitu kan lumayan uangnya sayang, bisa buat kamu nabung beli-beli rumah baru lagi” Jelas Bule

 

“Emang kapan mulai arisannya?” Tanyaku. Bule langsung bangkit dari tidurnya menunjukkan kesemangatannya.

 

“Masih 2 bulan lagi sayang.. tapi sebelum itu bule punya tugas khusus buat kamu sebagai pemanasan” tukasnya

 

“Tugas apa bule?” tanyaku penasaran

 

“Jadi bulan ini, ada teman bule yang ulang tahun, kami rame-rame sepakat pengen hadiahin dia brondong.. hihihi” ucapnya centil

 

“terus brondongnya aku?” aku mengernyitkan dahiku menatapnya

 

“Iya donkkk.. ini bisa jadi project pertama kita” Ujarnya semangat

 

“hmmmm.. boleh deh” jawabku singkatt

 

“Awwhh.. kamu emang the best sayang!” ucapnya girang

 

Mungkin Bule benar, aku harus memanfaatkan kegantengan dan masa mudaku sebaik mungkin. Mumpung masih prima dan banyak yang suka, pikirku.

 

“Kapan ulang tahunnya?” Tanyaku

 

“Sabtu ini, gimana?” jawabnya singkat sambil menunggu jawabanku.

 

“Yaudah deh, aim coba yaa” jawabku dengan senyum seadanya

 

“yesssss…” Bule mau meraih handphonenya yang ia taruh di sofa tadi, sepertinya akan langsung menghubungi temannya. Namun kuurungkan dengan menarik tangannya dan kujatuhkan ia kembali ke ranjang, kutindih buleku dan kubisikkan “Aku mau, tapi ada syaratnya.. malam ini satu ronde lagi” ucapku serius

 

“Aimmmm… “ Ia memukul manja dadaku. Aku tersenyum nakal. “yaudah ayok..hahaha” Bule tertawa kegirangan. Langsung kulumat bibirnya. Kami melakukannya satu ronde lagi di malam itu.

---

Jakarta memang menyenangkan di saat weekend, minim macet. Yang biasanya dari satu titik ke titik lainnya bisa menghabiskan 1 jam, di saat weekend bisa kutempuh hanya dengan 15 menit saja. Mungkin Jakarta memang sudah terlalu padat.

 

Aku memacu mobilku berkeliling Jakarta ke tempat-tempat favoritku. Ngegym di Senayan, menikmati kopi di daerah Kemang, makan siang di Cipete, hari ini aku memutuskan untuk me-time, memanjakan diri sebelum nanti malam aku “bekerja”.

 

Sesuai rencana, Bule Tati mempersiapkanku sebagai hadiah ulang tahun temannya malam ini. Jujur aku merasa sedikit deg-degan, aku belum pernah bertemu dengan Wanita teman arisan Bule Tati ini. Aku intens berolahraga beberapa hari belakangan untuk menaikkan staminaku bercinta di ranjang. Semoga Wanita itu puas, pikirku.

 

Sebelum berangkat bule berpesan kalo aku harus berpakaian rapih dan wangi, datang lebih awal dan memasang wajah seramah mungkin. Bule memberikanku kartu akses sebuah kamar hotel mewah di daerah SCBD. Aku benar-benar merasa seperti anak yang akan sekolah di hari pertama hahaha, candaku dalam hati.

 

Aku memarkirkan mobilku di basement hotel. Kuraih handphoneku untuk mengabari bule. “Aku udah di parkiran hotel, bule” Chatku padanya. Tak lama kemudian notif whatsappku berbunyi “Ting”. Kubaca “Good luck ya sayang, kasih Bu Christin yang terbaik”. Chatnya diikuti dengan emoji berkedip. Buleku ini sinting juga, ponakannya sendiri ia jual, pikirku.

 

Sebelum berangkat tadi Bule sudah briefing aku. Temannya Bernama Christin. Salah satu yang terkaya di circle social arisan mereka. Seorang Ibu-ibu chindo berusia 58 tahun. Tipe-tipe istri pengusaha yang nurut. Bule ceritakan kalo Bu Christin sudah lama pisah rumah dengan suaminya. Suaminya sudah nikah siri berkali-kali dengan berbagai macam Perempuan muda. Tetapi Bu Christin ini bertahan demi anak-anak dan harta yang mereka bangun bersama. Tetapi Bu Christin ini jarang macam-macam. Tidak seperti teman-temannya yang bergonta-ganti peliharaan brondong. Itulah yang membuat teman-temannya merasa gemas ingin menghadiahkanku di hari ulang tahunnya yang ke-58.

 

Aku keluar dari mobilku menuju lobi basement. Ku-tap kartu akses yang bule berikan pagi tadi, lift ini membawaku naik ke atas ke lantai 18. Pikiranku melamun menebak-nebak seperti apa penampakan Bu Christin. Bule hanya menjelaskan ciri-cirinya sekilas.Hal ini membuatku menjadi semakin deg-degan.

 

Aku sudah sampai tepat di depan kamar hotel yang dimaksud. Walaupun aku memegang kartu akses, aku berusaha sopan memencet bel kamar. “Ting Tong!” beberapa detik kutunggu masih belum dibuka juga. Aku memencetnya sekali lagi “Ting Tong”. Tak lama pintu terbuka. Sesosok Wanita Anggun muncul di balik pintu. Kuperhatikan inchi demi inchi penampakannya. Wanita ini mengenakan handuk kimono, semerbak tercium wangi bunga dari sabun yang ia kenakan. Rambutnya sebahu, kuperhatikan wajahnya yang memiliki garis halus keriput. Senyumnya manis dan yang aku surprise adalah tidak terlihat chindo sama sekali. Walaupun tanpa make up ia masih terlihat cantik.

 

“Aim ya” sapanya ramah. Aura keibuannya benar-benar kental

 

“Iya tante, salam kenal ya”Aku menjulurkan tanganku untuk berjabatan dengannya. Ia menyambut uluran tanganku dengan hangat. “Sini masuk sayang” ucapnya ramah

 

Aku memasuki ruangan hotel yang cukup luas dengan jendela besar floor to ceiling. Menampilkan pemandangan kota Jakarta di malam hari yang begitu indah. Aku terpana melihat pemandangan itu.

 

“Santai aja ya nak, gak usah sungkan-sungkan, kalo mau minum ambil sendiri, anggap aja kamar sendiri” ujarnya. “Iya tante” ucapku canggung tidak bisa menyembunyikan kegugupanku

 

Bu Christin langsung duduk di tepian ranjangnya. Aku memutuskan untuk duduk di sofa depan ranjangnya. Dengan nada keibuannya, Bu Christin memulai percakapan untuk mencairkan suasana hingga akhirnya aku sudah mulai bisa santai bercerita.

 

Hingga akhirnya kami benar-benar terbuka satu sama lain..

 

Bu Christin menceritakan kisah hidupnya, Bagaimana ia bertemu dengan suaminya. Bagaimana mereka membangun bisnis dan keluarga bersama-sama. Pengkhianatan-pengkhianatan yang dilakukan oleh suaminya hingga sekarang pisah rumah. Anak-anaknya yang sudah berkeluarga dan tinggal di Kanada. Ia begitu terbuka dengan kehidupan pribadinya, membuatku ikut nyaman untuk terbuka membicarakan kehidupanku..

 

Kuceritakan bagaimana aku bisa hingga merantau ke Jakarta, menapaki karir yang susah payah aku bangun hingga sekarang. Tentunya aku tidak menceritakan hubunganku dengan Bule, akan terdengar aneh baginya.

 

Obrolan kami bahkan hingga menyinggung masalah seks. Aku terkesan dengan sikap keibuannya yang bisa membuat kami sama-sama terbuka satu sama lain dalam waktu singkat. Ia lalu bercerita bagaimana teman-temannya memaksanya untuk berada di kamar hotel ini, menerima “hadiah” sebagai tanda kepedulian mereka.

 

“Tante sebenarnya malu dijodoh-jodohkan seperti ini, tante udah lama loh tidak berhubungan dengan lelaki. Temen-temen tante aja yang gemes sendiri” tawanya riang menceritakan kelakuan-kelakuan nyeleneh teman-teman arisannya. “Jujur tante sendiri sudah tidak begitu bernafsu untuk begituan, aim. Maklum sudah umur” katanya tertawa geli. Ucapannya menjadi tantangan bagiku. Aku harus bisa membuatnya takluk mala mini, pikirku.

 

Lama mengobrol asik tentang kehidupan, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12. Bu Christin terlihat sudah mulai mengantuk “Kita tidur sekarang yuk” ajaknya. Bu Christin melepaskan pelukan batalnya, dan langsung memposisikan diri untuk tidur dengan kimononya. Sigap aku bangkit dari sofaku dan langsung membantunya menyelimuti tubuhnya dengan bed cover hotel yang tebal ini. Spontan aku mencium dahinya “Selamat ulang tahun ya Ibu Cantik dan baik hati” ucapku sembari menatapnya mesra dan tersenyum manis. Ia membalas senyumanku. Aku merebahkan diriku di sampingnya, menghadapkan wajahku tepat di depan wajahnya dan menggenggam tangannya mesra. Kutatap dalam bola matanya “Jadi gak mau dibuka hadiahnya nih tante?” ucapku menggoda. “Tante malu aim, sudah lama tante tidak melakukan yang gitu-gitu” ucapny alirih sambil menatapku dengan penuh keraguan. “Gak usah malu tante, tante diem aja, biar aim yang kerja” ucapku menenangkan. “Tapi dimatiin lampunya ya, tante gak pede..” ucapnya ragu. Aku hanya mengangguk manis menyetujui.

 

Bu Christin lalu melepaskan genggamanku dan meraih saklar di samping tempat tidur. Mematikan lampu dan membiarkan hanya lampu sudut yang menyala. Aku masih bisa melihatnya dengan jelas di dalam keremangan Cahaya kamar hotel ini. Aku lalu membuka kaosku, memamerkan badan coklatku yang berotot. Aku mengusap-ngusap dadaku di hadapannya, terlihat Bu Christin terkesan dengan penampilanku yang bertelanjang dada ini.

 

Lalu aku masuk ke dalam selimut dari bawah “Aim… mau ngapain?” ucapnya panik. Aku memunculkan wajahku dari balik selimut “Sssttt.. tante percaya sama aku ya” ucapku menenangkan. Kulihat mukanya tegang. Aku Kembali masuk ke dalam selimut. Dalam gelap, aku mencari tali kimononya dan menariknya. Dengan tanganku kulebarkan paha Bu Christin lebar-lebar. Bu Christin tidak mengenakan CD di balik kimononya. Dia kayaknya mau tapi emang malu-malu, pikirku. Dalam gelap aku menggunakan jemariku untuk meraba-raba area kewanitaannya. Terasa belahan vaginanya yang masih kering benar-benar halus tanpa bulu. Dia pasti rajin perawatan. Mulai kudekatkan wajahnya ke depan gua gerbanya. Semerbak wangi sabun mandi dan aroma khas kewanitaan menusuk hidungku, membuatku semakin bergairah. Bibirku langsung meraih lapisan terluar vaginanya, lidahku menyapu belahannya membasahi gundukan kewanitaan yang masih kering itu. Kudengar Bu Christin mendesis mengikuti sapuan lidahku tepat di belahan vaginanya “ssshhh..”. Kurasakan kepalaku mulai dipegangnya. Kupermainkan jemari, bibir dan lidahku, mengobok-ngobok liang senggamanya. Kurahakan lidahku masuk lobang kewanitaannya sejauh mungkin, kuselingin dengan cucupan dan jilatan lidahku di klitorisnya. Kudengar desahannya semakin menjadi-jadi.

 

Kulanjutkan permainan lidahku, kurasakan genggaman tangannya di kepalaku semakin menguat, desahannya mulai terdengar tidak teraturr.. “ahhhh.. mmmhhh.. aduhhh.. ahhhhh.. huhuhuuu… emmpphh” suara desahannya mengisi ruangan hotel ini. Kurasakan gapitan kedua pahanya mulai menguat di kepalaku, aku semakin bersemangat memainkan bibir dan lidahku di lobang kewanitaannya. “Cppphh.. cphhh.. cuppphh..” aku mendengar suara cucupanku sendiri di vaginanya. Tiba-tiba.. “ahhh… ahhhhh… huhuhuuuuuu” Bu Christin melenguh panjang diikuti dengan suara mirip tangisan. Tubuhnya bergetar, gelombang kenikmatan menghantamnya berkali-kali hingga akhirnya kedua pahanya lunglai ke samping.

 

Spontan aku langsung keluar dari selimut, menindihnya, menghadapkan wajahku tepat di depan wajahnya. Kuperhatikan matanya yang terpejam dan nafasnya yang tersengal-sengal. Lalu perlahan matanya mulai ia buka, nafasnya mulai lebih teratur. Kusambut dengan senyuman manis “Gimana tante, tante suka?” senyumku menggoda. Terlihat mata Bu Christin berbinar-binar, senyumnya merekah. Lalu ia menganggukan kepalanya. Perlahan kudekatkan wajahku, kuraih bibirnya dengan bibirku, kucium lembut Wanita tua ini. Ia menyambut ciumanku dengan khidmat.