Menikmati Brondong

Kehidupan di kota sangatlah membosankan. Setidaknya itu yang aku rasakan di masa pensiunku. Aku bersyukur memiliki dua anak yang sudah mapan. Keduanya sudah menikah dan tinggal di luar kota. Suamiku sendiri sudah tutup usia sejak 8 tahun yang lalu.

Anakku yang pertama sudah tinggal ikut suaminya di Kota S. Sedangkan anakku yang kedua baru saja menikah dan memutuskan untuk tinggal bersama istrinya di kota J. Aku sendiri beruntung, sepeninggal suamiku, hidupku berkecukupan berkat asuransi yang ditinggalkan, cukup untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari dari bunga deposito. Hidupku berkecukupan.

Perkenalkan namaku Aminah, tetangga-tetanggaku sering menyapa akrab dengan panggilan Ibu Ami. Saat ini usiaku sudah kepala 5 dengan wajah dan perawakan biasa khas orang Sunda. Harus kuakui, rambut panjang dan bodiku yang bahenol kadang masih bisa membuat mata lelaki jelalatan. Tetapi, semenjak suamiku sakit-sakitan 12 tahun yang lalu, kehidupan seksualku sudah tidak aktif. Dari sejak saat itu, aku hanya berpacaran dengan 2 orang saja seusiaku. Aku putuskan karena aku merasa di usiaku yang sudah menjelang tua ini, aku membutuhkan pasangan yang serius. Satu diantaranya bahkan mengaku duda. Lelaki jaman sekarang memang susah dipercaya. Dari mereka aku mendapatkan kebutuhan biologisku selama ini. Sekarang sudah 1 tahun lebih sejak terakhir aku merasakan sentuhan lelaki.

Dan entah kenapa, Hasrat seksualku tidak padam juga padahal pola menstruasiku sudah jarang-jarang. Hasrat ini membuatku banyak penasaran kepada lelaki terutama yang masih muda. Disini aku akan menceritakan pengalaman nakalku dengan lelaki-lelaki muda yang pernah menjadi pemuas Hasrat di ranjang rumahku.

Kenakalan ini dimulai ketika ada seorang tukang AC yang rutin melalukan perawatan datang ke rumahku 3 bulan sekali. Pemuda ini Bernama Gilang, dari ceritanya ia berusia 22 tahun dan sudah 3 tahun melakoni pekerjaan ini sejak lulus STM. Gilan memiliki tubuh yang kurus namun berotot, wajahnya manis dengan kulit sawo matang. Kedatangannya yang rutin membuatku dekat dengannya karena sering mengobrol.

Darinya aku tahu bahwa saat ini dia sedang berusaha menyelesaikan kuliahnya dengan biaya sendiri. Dia juga menanggung beban kedua adiknya yang sekolah karena orang tua mereka kurang mampu. “Hebat sekali anak ini” pikirku. Dari banyak obrolan tersebut, aku mulai merasakan kedakatan dan menaruh perasaan padanya.

Aku mulai memperhatikan bahwa lelaki muda ini sangatlah manis dan gagah. Dengan kumis tipisnya dan badan yang kurus namun berotot, aku bisa membayangkan Rudal Gilang pasti panjang dan tentunya masih kuat karena dia masih muda. Pikiranku panas membayangkannya.

Hingga suatu pagi

Mungkin karena aku sudah lama tidak disentuh, aku mimpi bersetubuh dengan seseorang yang aku tidak lihat jelas mukanya, tetapi memiliki perawakan seperti Gilang. Namun mimpi tersebut tidak hingga klimaks, membuatku bangun pagi dengan perasaan kecewa. Gairahku membuat kepalaku pusing pagi itu.

Aku beranjak dari tempat tidurku dan berniat memasak sesuatu untuk makanku hari ini. Hari itu adalah hari minggu dimana Yani pembantuku libur dan tidak datang ke rumah. Tiba-tiba notifikasi di whatsappku berbunyi “Ting”. “Bu Ami, sudah saatnya untuk service AC. Apa Bu Ami ada di rumah?”. Pesan tersebut berasal dari Gilang, akupun merasa kegirangan.

 

Entah setan darimana, saat itu aku merasa harus mencari akal agar Gilang bisa aku jebak untuk memenuhi hasratku. Sesaat kemudian aku balas “Sekarang aja ya Nak, Ibu lagi di rumah gak kemana-mana hari ini”. Ya, aku memanggilnya “Nak” karena kedekatan kami dan aku sudah menganggapnya seperti anakku sendiri. Namun hari ini aku mempunyai niat yang bisa jadi merusak kedekatan kami”¦ atau malah membuat kami semakin dekat.

Tidak lama dari chat whatsapp tersebut, aku mendengar suara Motor Gilang diparkir di halaman rumahku. Rencana birahiku pun dimulai. Aku akan berpura-pura akan mandi. Bergegas aku melucuti seluruh pakainku tanpa tersisa dan membalut tubuhku hanya dengan handuk saja dan menggulung rambutku.

Usiaku mungkin sudah menginjak kepala 5, tetapi aku rajin merawat diri. Aku rajin Zumba setiap minggu untuk menjaga bentuk tubuhku. Tubuhku tidak bisa dibilang langsing, tetapi lebih ke bahenol khas wanita setengah baya. Aku memiliki kulit putih, membantuku terlihat lebih muda dari usiaku. Walaupun sudah kendor disana-sini, aku yakin penampakanku akan masih membuat Gilang menelan ludah. Aku segera lari membukakan pintu.

“Tok tok tok” “Permisi Bu” Seru Gilang dari balik pintu rumah. Aku segera bergegas membukakan pintu dengan hanya berbalut handuk berukuran minim

“Nak Gilang apakabar? Ayo masuk sayang” Ujarku. Aku menyaksikan wajah polosnya yang kaget melihat penampakanku yang hanya berbalut handuk minim. “Maaf Ibu barusan baru mau mandi” Ujarku.

“ehh.. iya.. gak apa2 bu..” Jawabnya canggung. “Ayo masuk aja. Nak. Kamu masuk langsung saja ke kamar. Ibu mandi dulu ya, belum mandi dari pagi”. Jawabku. Aku melihat gerak geriknya canggung, namun aku bisa melihat juga pandangan matanya yang menyapu seluruh tubuhku. Lelaki tidak yang muda tidak yang tua emang sama saja, ujarku dalam hati.

Aku bergegas Kembali ke kamar mandi. Aku sengaja mandi dan bersiap di kamar mandi agar aroma wangi tubuhku setelah mandi mengundang birahi Gilang. Aku juga menggunakan sabun kewanitaan, agar selain wangi, lubang kewanitaanku juga menjadi lebih rapat untuk menyambut batang muda Gilang. Ahhhh! aku siap dibor oleh lelaki muda itu, membayangkannya saja aku merinding..

Selesai mandi aku menuju kamar, terlihat Gilang masih sibuk men-service AC kamarku. Kebetulan di rumahku hanya ada 1 AC di kamar. “Nak GIlang, lanjut saja. Gak usah ngerasa keganggu sama Ibu ya” Ujarku sambil menutup pintu kamar. “Iya bu..” senyumnya.

Aku langsung menuju lemari pakaian. Aku sengaja berganti pakaian di balik pintu lemari. Dengan posisi ini, Gilang bisa melihat bagian belakang tubuhku. Aku rasa itu akan membuat dia semakin penasaran hihihi

Aku mulai menjatuhkan handukku duluan. Aku sengaja mencari baju dasterku dalam keadaan telanjang. Aku tidak mendengar apa-apa, Gilang hanya diam. Aku langsung menggunakan daster tipis you can see ku tanpa bh dan cd. Agar nanti mudah dieksekusi, pikirku.

Saat aku membalik badanku, aku melihay sekilas Gilang memalingkan wajahnya dari posisiku. Berarti tadi dia melihat semuanya. Rencanaku sepertinya akan berjalan mulus. “Nak Gilang, nanti jangan langsung pulang ya, Ibu bikinin kamu kopi dulu. Nanti kalo mau makan dulu, kamu makan juga ya, Ibu tadi pagi masak lumayan banyak” Ujarku. “Iya bu” Jawabnya serak. Aku yakin pikiran Gilang sudah dipenuhi birahi.

 

Kopi sudah tersedia di meja tamu. Aku sengaja pelan-pelan mengunci pintu depan dan mulai duduk di kursi ruang tamu. Sesaat kemudia Gilang keluar dari kamarku. “Ayo sini duduk dulu sayang, diminum dulu kopinya” ujarku. “Iya baik, bu. Saya izin ke toilet dulu ya bu” jawabnya

Setelah dia Kembali dari toilet dan duduk, seperti bias akita berbincang-bincang. Hanya kali ini aku akan mengarahkan perbincangan ini untuk kepentinganku.

“Nak Gilang gimana kuliahnya lancar?” tanyaku

“Lancar bu, cuman emang agak repot kuliah sambil kerja, agak keteteran bu”. Jawabnya masih canggung. Kecanggungannya berlanjut, terlihat dia menatapku agak berbeda, selain karena daster tipis yang aku kenakan, aku yakin dia berpikir macam-macam saat aku berganti pakaian tadi.

“Adik-adikmu gimana sekolahnya?” tanyaku lanjut

“Lancar juga bu, Cuma sekarang lagi butuh biaya lumayan karena mau tahun ajaran baru untuk beli buku dan seragam baru, jadi saya sambil kerja yang lain juga” jawabnya lesu

“Oh kamu sambil kerja apa, nak?” tanyaku

“Kerja di kedai kopi, bu. Lumayan, kerjanya gak terikat. Saya dibayar perjam”. Jawabnya

Akal bulus langsung terlintas di otakku

“Nak Gilang, Ibu sebenernya pengen bantu Nak Gilang biar beban Nak Gilang berkurang. Tapi Nak Gilang juga harus mau bantu Ibu ya?” Jelasku

“Bantu apa bu?” tanyanya lagi dengan suara agak terbata-bata

“Tapi Nak Gilang jangan bilang siapa-siapa, janji?” tanyaku

“Bantu apa bu.. iya janji bu” jawabnya

“Bener nih Nak Gilang jangan bocor, kalo Nak Gilang gak mau juga gak apa2, tapi kalo Nak Gilang mau bantu Ibu, Ibu akan senang sekali bantu kebutuhan Nak Gilang” jelasku

Aku melihat dia menggigit bibirnya, aku rasa dia sudah tau apa yang akan kukatakan

Aku melanjutkan.. “Ibu kan sudah lama tinggal sendiri Nak, Ibu sering banget ngerasa kesepian” jedaku

“Kesepian gimana bu?” tanyanya polos

“Kamu kan udah gede, kalo udah dewasa kan kita semua butuh yang Namanya disentuh nak. Sejak Iibu tinggal sendiri, Ibu kesepian. Kamu mau ya bantu Ibu?” tanyaku meyakinkan

“Bantunya gimana bu?” tanya dia sambil menunduk

“Kamu bantu puasin Ibu, Nak. Mau ya nak?”

“Sekarang bu?” tanyanya gagap

“Iya nak, kamu sudah punya pacar belum?” tanyaku

“Lagi jumbo sekarang bu hehe” tawanya canggung

“Kamu pernah gituan sama cewe belum?” tanyaku lembut

“Belum bu..” “Baru pernah liat di bokep-bokep aja”

Hatiku tersenyum mendengar aku akan jadi pengalaman pertamanya. Sigap aku langsung memegang pahanya. “Jadi mau ya bantu Ibu Nak?” aku menatap matanya

“Mau bu. Tapi mulainya gimana?” tanyanya polos

Aku langsung tersenyum, lalu mulai meremas batangnya dari luar jeans yang dikenakannya “Wah udah keras ya, Nak” senyumku

“Aku deg-degan Bu” jawabnya sambil menatapku dengan polos

“Wajar, kan baru pertama kali” Ucapku. Sigap langsung aku merapatkan tubuhku dan melumat bibirnya. Awalnya, dia pasif namun lama-lama ia membalas ciumanku. Perlahan kupegang tangannya, lalu kuarahkan tangan kekarnya ke buah dadaku.. remasannya lembut, mungkin karena dia masih takut-takut.

Bisa kubayangkan perasaannya, wanita setengah baya yang biasa dia panggil Ibu, dan mungkin sudah dianggap Ibunya, kini harus dia hadapi sebagai wanita yang haus akan sentuhan lelaki.

Tanganku lanjut meremas kejantanannya dari luar celana yang dikenakannya. Perlahan kubuka kancing baju kemaja seragamnya satu persatu. Masih dengan posisi berciuman, kulepaskan kemejanya hingga dia bertelanjang dada. Posisi dasterku sudah tak karuan, kurasakan tangan Gilang menggerayang masuk ke dalam rok dasterku dan mencoba mengelus kewanitaanku. Diselingi dengan bunyi desahan kami berciuman..

“Mmpfh”¦ udah basah bu” bisiknya

Ciumannya benar-benar liar, aku kewalahan. Dia memang berbakat. Dia tidak hanya mencium bibirku, dagukupun dijilatnya, leherku dicumbunya, dan Kembali dengan panas melumat bibirku.. ahhh aku tidak tahan..

 

“Sayang.. mmpfh.. ayo pindah ke kamar” ajakku, menghentikan kepanasan kami di sofa ruang tamu. Lalu aku berdiri, menggandeng tangannya mengikutiku ke kamar. Dia seperti anak kerbau yang dicocok hidungnya, menurut kepadaku....

Sesampainya di kamar, dengan posisi berdiri aku langsung melepaskan dasterku. Gilang terbelalak. Kulihat dia menelan ludah. Secara perlahan kubuka kancing celana jeansnya, lalu kuturunkan retsletingnya, dan kulucuti celana dan cdnya.

 

Kulihat batang kejantanannya memang panjang dan tegak. Aku kegirangan membayangkan batang muda ini membelah gua kenikmatanku. Dengan sigap langsung kulahap habis batang kejantanannya. Kujilat dari bawah buah zakarnya hingga ke ujung kepalanya, kuulang-ulang.

 

 

“Ahhhh.. “ Desah Gilang merasa kenikmatan. Tangannya secara otomatis memegangi kepalaku yang maju mundur, mulutku keluar masuk.. keluar masuk.. memberikan kenikmatan tiada tara bagi lelaki muda di depanku yang usianya pantas menjadi anakku”¦

 

“Bu.. mau keluar bu.. Ssshhh” Rintihnya.. sigap langsung kuhentikan kulumanku di batang kejantanannya. Aku langsung berdiri menatap matanya. “Ayo kita mulai sekarang sayang” senyumku

 

“Iya bu” senyumnya. Kulihat dia sudah tidak canggung lagi. Walaupun masih berusia 22, Gilang memiliki tinggi 176 cm. Sangat tinggi dibandingkan aku yang hanya 160 cm ini. Anak-anak jaman sekarang emang tinggi-tinggi, membuat mereka terlihat lebih dewasa dari usia sebenarnya. Walaupun Gilang terlihat dewasa, ternyata dia belum benar-benar dewasa, dan aku sangat senang menjadi wanita yang membuatnya menjadi pria dewasa seutuhnya..

 

Aku mulai telentang di ranjangku. Tanpa komando, Gilang langsung menindihku. Mendaratkan ciuman di dahiku.. “Terima kasih ya bu, udah jadi wanita pertama buat Gilang, Gilang sayang sama Ibu” senyumnya

 

Mendengar perkataan itu, entah kenapa tiba-tiba hatiku tersentuh. Aku melihat lelaki muda yang sedang berada di atas tubuhku ini menjadi berbeda. Ternyata dia bisa bersikap dewasa.

 

Dengan senyumnya yang manis, dia berkata “Gilang masukin sekarang ya, sayang”

 

Kubalas dengan anggukan dan senyuman

 

Gilang mulai memegang batangnya dan menempelkannya di bagian luar kewanitaanku. Ia agak kesulitan mencari lubang kenikmatanku. Gesekan kepala kontolnya di area sensitifku, mencari lubang kewanitaanku, membuatku gila dan makin terangsang.

 

“Sini Ibu bantu” senyumku. Kuraih batang coklatnya, lalu kutuntun masuk ke dalam gua gerbaku. Kurasakan inci demi inci kepala kontolnya meruak masuk.. ahhh ini gila..

 

“Ssshhhh”¦” kudengar ia mendesis kenikmatan. Blessss.. akhirnya seluruh batangnya amblas ke dalam lubang kewanitaanku. “ahhhh..” pekiknya

 

“Jangan digoyang dulu ya sayang, nikmatin dulu” ucapku sambil tanganku mengusap wajahnya. Ia tersenyum manis dan menjawab “iya sayang..” lalu melumat bibirku. Kubalas ciumannya dengan panas. Ini merupakan posisi favoritku, nikmatnya batang yang mengganjal diselingi ciuman panas. Jantungku berdebar kencang tak karuan.

 

Lalu secara perlahan Gilang mulai menggenjotku. Aku sangat merindukan perasaan ini. Batang kejantanan Gilang yang keluar masuk membuatku sangat gila. Aku merasakan kenikmatan luar biasa. Tiba-tiba Gilang mempercepat genjotannya.. dan”ahhhh aku keluar bu!” pekiknya. crott. Crott crottt.. kurasakan spermanya menyiram dinding rahimku berulang kali.

 

Kumaklumi karena dia masih baru.. sesaat kemudian tubuhnya ambruk di tubuhku. Nafasnya memburu. Sesaat kemudian dia langsung menciumku hangat di bibir.. “Maaf bu baru pertama kali jadi cepet keluar.. gak kuat” ujarnya

 

Aku tersenyum “Iya gkp2 sayang.. Ibu maklum kok” dia balas senyumanku dan Kembali mendaratkan ciuman mesra di bibirku. Ohh.. aku suka sekali posisi ini. Kami masih dengan posisi yang sama, kurasakan cairan sperma Gilang yang hangat dan kental mengalir keluar dari memekku perlahan. Batangnya masih tertancap di lubang kenikmatanku.

 

“Makasih ya Bu, ternyata aslinya lebih enak daripada liat di bokep hehehe” tawanya renyah. Langsung kucubit hidungnya dengan tatapan genit “iya, tapi janji kamu jangan bilang-bilang siapa-siapa dan kita jangan sampai ketahuan ya, sayang” ucapku sambil mengusap dahi dan rambutnya yang berkeringat. Dia tertawa dan langsung mendaratkan ciuman di dahiku. “Aku sayang sama Ibu” tatapnya mesra. “aku juga sayang sama kamu Gilang” balasku. Dia langsung memelukku dengan posisi yang masih belum beranjak, lalu kuciumi lagi lehernya dan kulumat bibirnya.

 

Tiba-tiba sesuai dugaanku, batang yang masih berada di gua gerbaku mengeras. Aku tersenyum girang. Gilang mulai menggenjot ringan diriku sambil melumati bibirku. Suasana mulai panas Kembali”¦

 

“Mppfhh.. sayang.. sebentar.. lap dulu ya basah” ucapku terengah-engah..

 

Gilang menghentikan lumatannya di bibirku dan langsung mencabut batang tegaknya. “pakai daster ibu saja sayang tolong elapin..” ujarku sambil menunjuk area kewanitaanku yang sudah basah tidak karuan oleh sperma Gilang yang meleber kemana-mana.

 

“Gak usah bu, gini aja” jawabnya. Dengan cepat tiba-tiba dia menjilat area luar kewanitaanku. Aku kaget “Gilang.. sayang.. jangan.. ahhh”¦ jijik.. mmpphh” ucapku terbata-bata. Dia malah semakin gila mencucup dan menjilati sisa cairan kami di area sensitifku.. aku merasa gila kelojotan”¦ cmmpphh.. mmppph”¦ mmmmhh.. terdengar suara cucupan dan jilitannya.. lalu dia tiba-tiba menyudahi dan langsung menindihku lagi.. “aku bersihin kyk di bokep-bokep sayang.. enak gak?” senyumnya lebar. Kulihat ada sisa-sisa cairan kami mengkilat di bibirnya. Dengan sigap dia melumat bibirku.. dapat kurasakan rasa getir cairan kami yang tersisa dibibirnya ikut tercampur ke dalam permainan panas bibir kami.

 

“Anak ini ternyata gila juga, belajarnya cepat” pikiranku berkelana sambil menikmati lumatan lelaki muda di hadapanku ini.

 

Tiba-tiba dia menghentikan ciumanku, lalu dia telentang. Dengan senyum nakal dan tatapan sayunya dia berkata “ Sayang.. ayo dudukin sekarang” dengan cupit kucubit pipinya dengan gemas “Anak Ibu cepat ya belajarnya” “Siapa dulu donk yang ajarin” kedipnya genit.

 

Tak menunggu lama aku langsung mengangkangi batang kejantanannya yang berdiri tegak. Tanganku bertumpu di dadanya. Tangannya membantuku mengarahkan batangnya ke dalam gua gerbaku. Dan blesss”¦ “ahhhh” kami berdua memekik bersama merasakan kenikmatan yang sama untuk kedua kalinya. Kulihat Gilang memposisian tangannya di belakang kepalanya dengan santai sambil tersenyum nakal dan menatap manja. Kulihat anak ini walaupun masih polos ternyata ada jiwa nakalnya juga, dengan posisi ini dia terlihat nakal dan dewasa. pikirku dalam hati.

 

Aku mulai menggenjot dia dengan posisi ini. Kuputar, kuulek, kuangkat keluar masuk.. kulakukan segala cara untuk mencapai puncak kenikmatan.. ahhh.. sudah lama aku tidak merasakan ini. Dan tak kusangka kepuasan ini kudapatkan dari lelaki muda yang kuanggap anak selama ini..

 

Kupilin-pilin sendiri putingku sambil melakukan genjotan, kulihat sekilas Gilang memejamkan matanya kenikmatan. Kupegang dan kuarahkan keduan tangannya untuk meremas tetekku. Ahhh.. perasaan yang tak terlukiskan.. seperti dibawa ke langit ke tujuh.. putar.. putar.. kiri kanan.. atas bawah.. keluar masuk”¦ Mulai kurasakan gelombang kenikmatin menghampiri tubuhku.. “Sayang aku ahh.. mau keluar.. ahhh” ucapku cepat. Kupercepat genjotanku.. dan tiba-tiba dunia terasa gelap, otakku berhenti sepersekian detik, aku telah mencapai puncak kenikmatanku”¦ “arghhhhhhhhhhhhh” pekikku. Tubuhku langsung ambruk di dada GIlang..

 

Dengan sigap, Gilang langsung membalik badanku, sekejap dia langsung berada di atasku.. Dia langsung menggenjot cepat lubang kewanitaanku, dibor dengan kecepatan tinggi, terasa perih, tapi kutahan, “ahhh.. ahh.. ahhhh enak bu.. ahhh..” Desahnya dengan nafas yang memburu.. tidak lama kurasakan genjotannya semakin cepat, tubuhnya mengeras, dan kurasakan beberapa semprotan peju di dinding rahimku untuk yang kedua kalinya.. “erghhh.. erghhh.. ahhh” pekiknya rendah. Tubuh kami berdua bercucuran peluh, dinginnya AC tidak bisa menandingin panasnya permainan ini. lalu tubuh Gilang ambruk di badanku. Dia masih tersengal-sengal. Menatapku dengan senyuman bangga. Aku yang seharusnya bangga karena sudah memperjakainya, pikirku. Kami berdua tersenyum hangat. Lalu dia mengecup bibirku dengan penuh perasaan. Ahhh.. hati ini menjadi tidak karuan. Kenapa tiba-tiba aku memiliki perasaan ini terhadap Gilang?

 

“Aku sayang banget sama Ibu” Ucapnya dengan lembut sambil menatapku serius. Kubalas dengan senyuman. Dengan masih berada di posisi bersetubuh, Gilang melanjutkan ucapannya “Kita pacaran aja ya bu, aku suka banget sama Ibu, Ibu jangan sama siapa-siapa lagi, punya aku seorang aja pokoknya” ucapnya manja.

 

Aku tertawa tipis “Kamu mau pacaran sama Ibu-ibu gini? Emang gak malu?” tanyaku. “Aku gak peduli, pokoknya aku mau bikin ibu gak ngerasa kesepian” ucapnya meyakinkanku.

 

“Kita jalanin aja dulu.. kamu kan masih muda sayang.. masa depan kamu masih panjang..” ucapku lembut. Lalu kukecup bibirnya. “Yaudah yuk kita mandi, memek Ibu udah belepotan sama sperma kamu nih” Ucapku. “Mau dibersihin kayak tadi lagi nggak?” Godanya sambil mengedipkan mata. Kucubit pipinya dengan gemas “Jangan ahhh.. jorok kamu sayang..” ujarku. “Tapi suka kan?” Godanya. Kami berdua tertawa. Dia mengecupku mesra sekali lagi. Lalu dia menuntunku ke kamar mandi.

 

Layaknya Ibu dan anak kecil, kami mandi dan aku membersihkan dan menyabuninya layaknya seperti ke anak balita. Dia terlihat sangat senang. Setelah mandi, kami lanjutkan makan siang bersama sambil mengobrol ringan seperti obrolan rutin sebelumnya.

 

Sejak saat itu, Gilang sering mendatangiku setidaknya seminggu tiga kali. Untuk “malam minggu” bilangnya. Bagaimanapun Gilang masih muda dan memang sedang masanya berapi-api dalam bercinta.

 

Untuk menghindari kecurigaan banyak orang di sekitar kami, kami merencanakan untuk agar seolah-olah aku menjadi orang tua asuh Gilang. Aku mendatangi kedua orang tuanya untuk menyampaikan niatan tersebut dan diterima dengan sangat baik. Begitu juga kepada anak-anakku, aku menyampaikan bahwa aku iba kepada Gilang dengan biaya kuliahnya. Sejak aku menjadi “Orang tua asuh” Gilang, dia tinggal di rumah karena kebetulan tempat kuliahnya lebih dekat dengan rumahku.

 

Selain membiayai kuliahnya, aku juga membelikan dia motor. Anak-anakku tidak merasa curiga dengan kedekatan kami, karena mereka merasa aku hanya kesepian saja dan butuh teman. Bukan teman di ranjang. Aku juga tidak memperkerjakan ART lagi untuk menghindari bocornya hubungan kami.

 

Semenjak Gilang tinggal di rumah, aku merasa muda lagi, merasa seperti pengantin baru. Kami melakukan persetubuhan setiap ada kesempatan. Aku terlihat menjadi lebih ceria. Mungkin itu yang terlihat oleh anak-anaku. Di benak mereka mungkin mereka menganggap aku hanya membutuhkan anak lagi.

 

Sekarang sudah 5 tahun Gilang bersamaku. Hubungan kami tetap hangat. Kami sering melakukan liburan ke luar kota. Gilang saat ini sudah bekerja dan membiayai keluarganya dengan layak. Iapun kadang memberikanku uang sebagai tanda terima kasih karena telah membiayainya. Aku tidak tahu mau dibawa kemana hubungan ini, tetapi aku akan Ikhlas apabila suatu saat Gilang menikah dengan wanita pilihannya.