Balas Dendam Naya

 

Aku Naya umurku kini 23 tahun bekerja di salah satu perusahaan besar di kota Kembang. Banyak yang bilang aku ini cantik, ya relatif sih. Kulitku terbilang putih, bersih dan mulus. Aku memang rajin merawat kulitku, karna kupikir ini adalah asetku jadi aku harus merawatnya dengan baik. Rambutku panjang, hitam lurus terurai. Payudaraku, cukuplah untuk digenggam. Sementara pantatku lumayan juga, sedikit curvy.

Aku memiliki seorang pacar umurnya 2 tahun dibawahku, ya aku lebih tua darinya. Aku mengenalnya dari rekan kerja ku sendiri, beliau memberi tahuku jika ada seorang pria yang selalu memperhatikanku. Ia selalu melihatku setiap saat, entah ketika berpapasan, ketika miting bahkan ketika ia mengunjungi ruang kerjaku.

Aku dan dia memang berbeda divisi. Aku bekerja di divisi pemasaran sementara dia ada di divisi IT. Dari kerjaannya itu lah dia bisa leluasa masuk ke dalam ruang kerja timku. Dia bekerja tentang seluk beluk IT, mulai dari membetulkan komputer, internet dan jaringan, aplikasi internal perusahaan dan masih banyak lagi.

Setiap kali dia ada panggilan untuk memperbaiki sesuatu di ruang kerjaku dia pasti akan mencariku. Tidak secara langsung tentunya, dia hanya melihat dari kejauhan memastikan bahwa aku ada. Begitu terus sampai akhirnya aku menyadari itu. Rekan kerja yang duduk disampingku juga berpikiran sama denganku, sebut saja dia Mita. Mita menyadari kalau orang itu tertarik padaku.

Mita menyarankanku untuk menanggapi dia, mencoba untuk dekat dengannya. Sekedar mengobrol atau makan bersama saat jam makan siang tiba, mencari tahu tentang kebenarannya. Namun aku tak seberani itu, aku adalah seorang wanita yang tidak bisa berbasa basi, tidak sanggup untuk memulai sebuah percakapan. Aku terlalu introvert untuk melakukan itu.

Hal itulah yang membuatku sampai sekarang belum mempunyai pasangan. Aku terlalu malu untuk menjalaninya, bahkan untuk memulainya pun aku serasa tak sanggup. Apalagi untuk menyampaikan sebuah rasa, rasa suka sayang juga cinta. Aku mungkin akan menyerah duluan bahkan sebelum aku mencoba memulainya.

Sekilas tentang diriku, dari sejak sekolah menengah pertama aku belum pernah mencoba apa itu sebuah hubungan. Aku terlalu kaku untuk bidang percintaan, aku lebih menyukai belajar dan menjadi pintar. Baru ditingkat selanjutnya aku tersadar, jika sebagian temanku telah memiliki pasangan. Dan mereka menikmati itu, bukan tentang nikmat dalam arti kata serius. Tapi sekedar duduk berdua dikelas, saling mengobrol satu sama lain, ataupun jajan bareng dikantin.

Aku terenyuh akan hal itu, dan merasakan sebuah perubahan. Rasa yang muncul tiba tiba namun perlahan tumbuh, rasa suka akan lawan jenisku. Aku mulai tertarik dengan seorang pria di satu kelasku. Dia bernama Ari, pintar tentunya dengan tubuh terbilang tinggi dibandingkan dengan teman temannya. Perlahan aku mulai menyukainya, tapi itu tidak mudah. Tidak benar benar mudah, ada dua hal yang aku garis bawahi tentang rasa ini. Pertama pada diriku sendiri, dan yang kedua Ari adalah salah satu siswa yang cukup terdengar dikelasku. Mungkin saja tidak hanya aku yang menyukainya, dan perkiraanku benar. Ada dua temanku juga yang suka pada Ari, jadi aku mempunyai dua saingan untuk mendapatkan hatinya.

Bagaimana mungkin aku mengalahkan mereka, dengan segala keterbatasanku itu sungguh menyulitkan. Tapi aku tidak menyerah begitu saja, teman sebangku ku ikut memperjuangkan cintaku. Dia membantuku untuk sekedar menyampaikannya pada Ari, karna seperti yang kalian ketahui diawal tadi, aku terlalu malu jika harus menyampaikannya sendiri.

Ari mengetahui rasa sukaku padanya. Dia mendekatiku untuk menanyakan kebenarannya. Dan itu memang benar, rasa sukaku aku ungkapkan padanya. Namun dua orang teman cewekku menjadi penghalang, mereka yang membuat Ari sementara berpikir. Tak langsung menerima cintaku, ia ingin membandingkan antara aku dan dua lainnya.

Aku menerima itu, karna memang saat aku menyukai nya ada dua peserta lain yang sama juga denganku. Aku kini seakan berkompetisi dalam sebuah hubungan. Saat rasa sukaku benar benar memuncak untuknya, Ari telah memilih, satu diantara tiga. Dan Ari memilih temanku, Ari tak memilihku. Aku di campakan olehnya.

Sedih rasanya, saat aku mulai mencoba untuk yang pertama kalinya aku malah gagal mendapatkannya. Aku kecewa pada diriku, kenapa aku menyukainya, kenapa aku menyukai seseorang yang tidak akan menyukaiku. Tapi rasa tidak bisa dibohongi, karna memang kenyataannya aku menyukai dia. Meski pada akhirnya aku tak mendapatkannya.

Karna penolakan itu lah aku sedikit merasa trauma akan sebuah hubungan, trauma akan percintaan. Sampai sampai aku tidak ingin merasakannya pada masa kuliahku. Ya itu benar, aku tidak berpacaran di kala itu. Meski beberapa pria mengajukan rasa sukanya padaku tapi aku mencoba menolaknya secara halus. Aku tidak ingin menjalin hubungan, aku ingin berfokus pada pelajaranku, nilai mata kuliahku dan masa depanku.

Dan itu berhasil, aku fokus belajar di masa kuliahku. Aku lulus dengan nilai yang lumayan tinggi, dari kerja keras itulah aku berhasil masuk didunia kerja yang aku impikan. Di perusahan besar dan ternama, disinilah aku sekarang. Mengabdi dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Kembali pada cerita awalku tadi, Mita membantuku untuk dekat dengannya seorang pria yang ahli IT yang diam diam tertarik padaku. Mita terus memberi kode padanya memberi tahu bahwa aku pun merasakan hal yang sama, tertarik padanya. Sampai pada satu hari, komputer kerjaku mendapat masalah. Layarnya tiba tiba blank dan aku tidak bisa menggunakannya, dan pria itu ditugaskan untuk memperbaikinya.

Disitulah rasa itu dimulai, ia mulai memperbaiki komputer kerjaku dan menganalisisnya. Ternyata ada satu part yang rusak dan harus diganti, dia menjelaskan itu padaku. Aku iyakan saja karna akupun tak paham juga.

"Mbak, ini ada satu part yang rusak dan harus diganti!" Ucapnya menjelaskan padaku.

Itulah kalimat pertama yang ia ucapkan padaku, suara yang tegas yang membuatku bahagia. Akhirnya aku bisa mendengarnya, dia bicara padaku.

"Iya mas...."

  "Aku Rama mbak, panggil saja aku Rama!" Ucapnya dengan cepat membalas ucapanku.  

Dia memperkenalkan diri padaku, tangannya menjulur ke depan bermaksud untuk berkenalan denganku. Aku sempat ragu, tapi tetap ku lakukan. Aku menjabat tangannya, itu sentuhan pertama diantara kita.

"Aku Naya mas." Ucapku seraya tersenyum sambil memandangnya.

"Sebentar ya mbak Naya, aku ambilkan dulu part yang baru!" Ucapnya sambil pergi meninggalkan ruang kerjaku.

"Iya mas Rama silahkan!" Bibirku terasa gemetar mengucapkan itu.

Aku tersenyum pada Mita disebelahku, ia membalasnya dengan senyuman juga.

"Lanjut Nay!"

"Iya Mit, dukung aku ya!"

"Pastilah Nay, semangat." Mita memberikan semangat padaku, aku jadi semakin tertantang karenanya.

Tak lama mas Rama datang kembali. Dia segera memperbaiki komputer kerjaku, mengganti part yang rusak dengan part yang baru. Akhirnya komputerku menyala kembali seperti semula.

"Sudah nyala lagi mbak Naya!" Ia memberitahuku jika komputerku sudah menyala kembali dan bisa ku gunakan lagi.

"Iya mas Rama makasih banyak ya sudah bantu Naya." Aku memberikan rasa terimakasihku padanya yang sudah memperbaiki komputer kerjaku.

"Iya sama sama mbak Naya senang bisa membantu. Ehhh.. Sebentar mbak!" Rama mengambil pulpen di mejaku dan sebuah kertas note yang aku simpan di bawah layar monitorku. Dia menuliskan sesuatu, lalu menyerahkannya padaku.

"Ini nomorku ya mbak, kalau mbak Naya butuh sesuatu atau mau bertanya tentang masalah komputer kerja mbak, mbak bisa hubungi aku ya!"

Aku menerima kertas itu lalu melihatnya. Sebuah nomer HP tertulis diatasnya. Aku tahu maksud Rama, ini bukan hanya tentang pekerjaan ini lebih ke arah pendekatan. Karena aku tahu jika masalah komputer aku hanya perlu memberitahukannya pada divisi IT, dan dia akan datang menghampiri. Tak perlu menghubunginya secara pribadi.

"Iya mas Rama, pasti aku hubungi."

"Kalau begitu aku pamit ya mbak, mari!"

"Iya mas, silahkan."

Rama pergi meninggalkanku untuk kembali ke ruangannya.

Mita yang duduk disebelahku langsung mengambil kertas tadi, ia melihatnya dan seketika berkata.

"Cie cie baru ngobrol sebentar aja, udah langsung dapet nomor nya nih." Mita menggodaku.

"Apa sih Mit, ini kan buat kerjaan juga." Aku malu kala itu, bingung mau berkata apa pada Mita.

"Kerjaan atau pendekatan nih, Nay?" Mita terus saja menggodaku dengan pertanyaannya.

"Kerjaan Mita, kerjaan!" Aku tetap teguh dengan pendirianku, meski akupun tahu tujuan sebenarnya bukan itu.

"Iya deh iya, Nay. Kerjaan memperbaiki hati kan?" Lagi lagi pertanyaan Mita membuatku terkejut. Wajahku sampai merah dibuatnya, aku malu.

"Ihhh Mita mah, gatau ah bete!" Aku salah tingkah jadinya, tak tahu harus berbuat apa.

"Ada yang salah tingkah nih! Cewek yang bentar lagi punya pacar baru. Hihi."

"Apaan sih Mit, kan belum."

"Tapi nanti pasti bakal pacaran kan kalian?" Mita terus menekanku dengan pertanyaannya.

"Ya doain aja Mit, semoga sampai ketahap sana!"

"Amin Nay, yang terbaik deh buat kamu."

"Makasih ya, Mit"

"Iya sama sama Nay."

Aku sangat bahagia ketika itu, aku yang selama kuliah tidak merasakan apa itu pacaran kini pintu itu terbuka. Kesempatan itu nyata adanya.

Sampai sampai aku pernah mencoba keseriusannya. Aku sengaja menghubunginya untuk datang ke ruang kerjaku, memintanya untuk memperbaiki komputerku kembali. Tepatnya hanya menghidupkannya saja, aku hanya mematikan komputerku dan mas Rama yang akan menghidupkannya. Itu skenario ku.

Aku mengirim pesan chat kepadanya, kira kira seperti ini isi chat kami.

"Mas Rama, komputerku mati bisa tolong bantuin?"

"Iya mbak Naya, aku segera kesana!"

Dengan cepat dan tanggap dia sudah berada diruang kerja timku dan segera menghampiri meja kerjaku.

"Rusak lagi ya mbak?" Mas Rama bertanya padaku.

"Iya mas, tadi aku matikan!" Aku memberi tahunya.

"Heemmm, lampunya merah mbak! Coba aku tekan dulu." Ia menekan tombol power di CPU komputerku dan tak berapa lama layar monitor menyala.

Mas Rama sedikit terheran dengan kejadian itu, mungkin ia berpikir bahwa tidak ada yang rusak dikomputer ini, monitornya menyala seperti seharusnya.

"Ini nyala seperti biasa kok mbak, tidak ada yang rusak!"

"Gitu ya mas? Makasih ya mas Rama udah nyalain komputerku." Aku memberikan senyuman terbaikku padanya, rasa rasanya aku belum pernah tersenyum seperti ini sebelumnya. Dan senyuman ini aku berikan khusus untuknya.

"Ohhhh." Kata itu pelan keluar dari mulutnya, kepalanya pun mengangguk ngangguk. Sepertinya ia pun tahu dan menyadari itu. Sadar akan permintaanku padanya yang tidak untuk pekerjaan sebenarnya. Ini hanya untuk menguji kesungguhannya.

Ia pun tersenyum padaku, senyum yang begitu tulus yang berhasil menusuk relung hatiku. Aku semakin jatuh cinta dibuatnya.

"Sudahkan mbak, tidak ada lagi yang lain?"

"Iya mas, itu aja kok. Aku cuma butuh itu tadi!"

"Yaudah kalau gitu, aku pamit ya mbak Naya!"

"Iya mas silahkan, dadah mas Rama."

Aku sedikit melambaikan tanganku kepadanya, ia pun menoleh sebentar ke arahku. Namun ia tak membalasnya dengan lambaian tangannya, tak apa mungkin ia sedikit malu akan hal itu.

Dari situlah, kisah percintaan kami dimulai. Mas Rama jadi sering menghubungiku lewat chat, awalnya memang berbasa basi sampai akhirnya percakapan kita menjadi sebuah keharusan. Setiap hari dia mengechat ku, dan setiap hari itu pula aku membalas chatnya. Aku jadi semakin menikmati kisahku ini, mungkin mas Rama juga.

Sampai akhirnya, ia memberanikan diri untuk mengajakku makan siang ditempat makan dekat kantor aku bekerja. Tanpa pikir panjang aku langsung menerima ajakannya. Kami makan siang disalah satu restoran yang aku dan Mita sering mengunjunginya. Disini nyaman pikirku, masakannya juga enak.

Itu adalah pertama kalinya aku makan bersama seorang pria, dan disitulah mas Rama menyatakan cintanya padaku. Aku belum siap sebenarnya, tapi karna akupun mencintainya jadi ya pasti ku terima. Aku menerima cintanya, dan status kami pacaran saat ini. Aku merasa bahagia, begitupun dengan mas Rama.

"Mbak Naya, sebenarnya dari dulu aku sudah suka sama mbak. Dari pertama aku kerja di perusahaan ini, aku sudah tertarik sama mbak. Bahkan ketika aku masuk ruangan kerja mbak untuk yang pertama kalinya, mataku langsung tertuju pada wajah mbak. Mbak cantik dimataku, sangat sangat cantik. Dan disaat itu aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan sampai sekarang waktunya telah tiba, aku suka sama mbak, aku cinta sama mbak, mbak Naya mau jadi pacarku?" Mas Rama mengungkapkan isi hatinya padaku.

"Aku juga sebenarnya sudah suka sama mas Rama sejak lama. Sejak mas masuk diruang kerjaku, dan sering melihatku. Aku jadi tertarik padamu mas. Dan sekarang waktu aku juga sudah tiba mas, aku mau jadi pacarnya Mas Rama." Ucapku menerima perasaannya menerima cintanya.

Sejak saat itu kami resmi berpacaran, Mita memberi selamat kepadaku. Dan aku berterimakasih padanya karna atas bantuannya juga aku kini bisa mendapatkan mas Rama.

Hari hari berlalu, rasanya hidupku semakin bahagia sejak kedatangan mas Rama. Aku jadi semakin semangat bekerja, dan semakin bersemangat bertemu dengannya, tentunya.

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan telah kami lalui bersama. Makan bersama, nonton bioskop bersama, hingga healing pun kita bersama. Telah banyak kejadian yang aku lalui bersama dengan mas Rama. Hingga dihari ini adalah tepat satu tahun kita menjalin hubungan, tepat di hari Sabtu.

Mas Rama mengajakku untuk jalan jalan, ia bilang untuk merayakan anniversary hubungan kita. Ia mengajakku untuk staycation di salah satu penginapan di daerah Bandung Utara. Aku menyetujuinya, rencana kita sudah pikirkan matang matang. Mulai dari persiapan apa saja yang harus dibawa dan booking tempat penginapannya pastinya.

Kami berdua pergi memakai mobil, mobil miliku lebih tepatnya. Mobil yang kubeli dari tabungan hasil kerjaku selama ini, meski bukan mobil yang benar benar baru. Mobil second yang masih sangat layak untuk kumiliki, aku memilih Brio dari sekian banyak pilihan yang di tawarkan padaku. Entah, aku suka desainnya saja jadi kupilih saja itu.

Aku juga sudah memiliki rumah sendiri, itu hadiah kelulusan dari kedua orang tuaku. Mereka tidak ingin aku tinggal di kost, kasihan katanya. Jadi dengan uang milik mereka aku dibelikannya rumah. Di sebuah cluster sederhana yang tak terlalu mewah. Itu sudah cukup bagiku, karna akupun tinggal sendiri tak perlu rumah besar dan mewah menurutku.

Dalam waktu sekitar dua jam kami sudah sampai di penginapannya. Tempat yang nyaman dengan view pegunungan yang memanjakan mata. Kami berdua sangat menikmati waktu ini, kami jadi semakin dekat satu sama lain. Menceritakan hal hal yang belum sempat kami ceritakan. Dari bercanda hingga gelak tawa.

Sampai akhirnya, mas Rama mengungkapkan keseriusannya padaku. Ia ingin menikahiku, tapi tidak dalam waktu dekat ini. Ia menyuruhku menunggu sampai tabungan nya cukup untuk mengesahkan ku menjadi pasangan hidupnya, ya menjadi istrinya. Tak apa bagiku, sekarang atau nanti pun sama saja. Yang penting mas Rama lah yang menjadi suamiku.

"Dek, mas mau ngomong sesuatu sama kamu!"

"Mas mau ngomong apa emang?"

"Mas mau nikahin kamu dek!"

"Hahhh, yang bener mas?

"Iya dek mas serius, tapi mas minta waktu dulu ya tabungan mas belum cukup untuk meminang adek."

"Iya mas, adek gapapa kok. Adek bakal tunggu sampai mas Rama siap."

"Makasih ya dek."

"Iya mas sama sama."

Mas Rama mengecup keningku kala itu, sebuah adegan romantis yang membuatku semakin jatuh cinta kepadanya. Apalagi setelah mendengar ketulusan darinya untuk berniat menikahiku. Membuatku tak sabar menunggu waktunya tiba.

Sore harinya kita berjalan jalan di sekitar penginapan, kebun teh yang terhampar luas membuat mood ku semakin baik. Aku bahagia melewati semua ini bersama pasangan ku, mas Rama.

Malam pun tiba, aku dan mas Rama sudah ada di dalam kamar. Berbaring bersama di atas kasur yang akan menjadi saksi tentang kita.

"Dek, mas boleh....?"

"Boleh kok mas, tubuhku sekarang milik mas Rama!"

Aku mempersilahkan mas Rama untuk menikmati tubuhku. Ini akan menjadi pengalaman perdana bagiku "bercinta" dengan seorang pria. Aku memasrahkan semua padanya, meski aku belum benar benar sah menjadi milik mas Rama sepenuhnya. Aku hanya berpikir bahwa mas Rama akan menikahiku, jadi sekarang atau nanti ujungnya bakal sama. Mas Rama akan menikmati tubuhku, jadi aku berikan saja sekarang.

Rasa penasaranku pun memuncak, aku ingin juga merasakan itu. Rasa yang orang bilang adalah surga dunia. Yang orang lain bilang akan ketagihan jika sekali saja mencobanya. Aku penasaran untuk itu.

Mas Rama mulai mencumbui tubuhku, dimulai dari wajahku. Ia kecup keningku, kedua pipiku sampai bibirku. Aku sedikit bergetar dengan pengalaman baruku ini, dicumbui oleh kekasihku sendiri.

"Cupppp..."

Kepalanya kini bergerak ke bawah, tepatnya berhenti di leherku. Bibirnya mengendus, mengecup bahkan kulit leherku ia jilati dengan lidahnya. Rasa yang baru kali ini aku rasakan, geli tapi membawa kenikmatan.

"Aaahhhh.... Mas Rama..."

Aku mendesah akan rasa nikmat yang melandaku. Aku tahu ini masih permulaan, hidangan utamanya masih akan lama terhidang.

Ia melanjutkannya, kini kedua tangannya mencoba membuka cardiganku. Jari jarinya dengan lihai membuka kancing dan terbukalah. Tangannya hinggap di kedua payudaraku dan meremasnya.

"Aaahhhhh.... Masssss...." Aku semakin mendesah.

Tanktop putihku kini disingkapnya, ia menurunkannya kebawah bersamaan dengan bra ku. Payudaraku mencuat dihadapannya dengan ukuran 34B, dengan puting kecilnya yang menantang. Meski tak terlalu besar, tak juga kecil. Cukuplah untuk telapak tangannya merasakan keseluruhan bentuknya.

Payudaraku diremasnya, kedua tangannya menari nari dengan lincah. Tak ada kaku dan keraguan, jarinya lues menekan nekan, memijat sampai mencubit kedua putingku. Menimbulkan rasa nikmat yang semakin dalam.

"Aaahhh mas Rama, enak....."

"Adek suka?"

"Iya mas, adek suka, suka banget malah. Terusin mas!"

Mas Rama lama bermain dipayudaraku, sampai akhirnya ia berpindah ke perutku. Tangannya mengelus elus perutku, mulutnya menciumi kulitnya. Bahkan sampai pusarku ikut dijilatinya, aku sampai merasa kegelian dibuatnya.

"Mas suka perut adek yang rata ini, gak ada lemaknya."

'Cuuuppppp....'

Lagi lagi ciuman mendarat di kulit perutku. Mas Rama betul betul menikmatinya, ia sangat mengagumi perutku.

"Mas boleh buka dek?"

"Boleh mas, dibuka saja. Semua itu milik mas sekarang, aku berikan semuanya padamu mas!"

Tangannya membuka kancing celana jeansku, menurunkan resletingnya dan menariknya sampai terlepas dari kakiku. Selanjutnya celana dalamku, ditariknya sampai lepas dari kakiku. Ia sempat terperangah melihat vaginaku, matanya tertuju pada satu titik itu.

"Dek vagina adek indah banget, mas belum pernah lihat yang sebagus ini sebelumnya!"

"Makasih mas, berarti mas pernah lihat yang lain dong sebelum lihat punyaku ini?"

Aku menodongkan pertanyaan yang sulit untuk ia jawab. Gesturnya seakan bingung, apakah ini perlu dijawab?

"Emmmph...."

Mas Rama sempat berpikir sejenak, sebelum benar benar berani untuk menjawabnya.

"Tidak apa-apa mas, mas jujur saja sama aku. Aku sudah siap menerima jawabannya kok dan aku sudah tahu juga jawaban mas."

"Iya dek mas pernah lihat punya mantan mas dulu. Tapi sumpah dek mas jujur kalau punya adek memang lebih bagus dari mantan mas!"

"Iya mas, makasih ya atas pujiannya."

"Boleh mas cium nggak dek?"

"Seperti yang udah aku bilang, lakukan aja yang mas mau pada tubuhku. Semua ini punya mas sekarang!"

Muuuaachhh.... Cuuuppp...

Mas Rama mencium vaginaku, mengendusnya sampai nafas terdalamnya.

"Vagina adek wangi, mas suka."

"Iya mas itu adek rawat hanya untuk mas Rama!"

"Makasih ya dek."

"Iya mas."

Pahaku dilebarkan olehnya, aku kini mengangkang. Kepala mas Rama semakin tenggelam didalam selangkanganku. Mulut dan hidungnya bergantian menempel di vaginaku. Sampai akhirnya sesuatu yang lembut dan basah menyentuh bibir vaginaku. Lidah mas Rama menjilat vaginaku, ia jilati dari bawah ke atas lalu berhenti tepat di klitorisku. Lidah nya bermain disana, ia kecup ia sedot sampai aku mendesah nikmat.

"Aaahhhhh... Mas enak banget mas. Vaginaku kamu apain mas bisa enak gini. Terus mas, jilatin terus vaginaku....."

Aku meracau merasakan kenikmatan di vaginaku, ternyata hanya dijilat saja bisa membuatku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Apa ini yang orang orang bilang tentang surga dunia. Mungkin saja, tapi ku yakin ini masih permulaan karna yang pasti kenikmatan sesungguhnya adalah ketika lubang vaginaku dimasuki miliknya mas Rama. Ya vaginaku yang dimasuki penisnya dan kami bersenggama.

Mas Rama terus menjilati vaginaku, kini kedua tangannya ikut bermain disana. Membuka lebar bibir vaginaku, memperlihatkan lubang sempit yang selanjutnya mungkin akan diterobos masuk oleh penis miliknya. Lidahnya terus menjilati, daging merah muda yang begitu mempesona.

Jari tangannya tak tinggal diam, ibu jarinya menekan nekan klitorisku. Sebuah tonjolan yang tak lebih besar dari biji jagung, namun ketika disentuh dan dimainkan rasanya bisa melebihi apapun. Rasa geli bercampur nikmat kurasakan saat jari mas Rama bergerilya diatasnya menimbulkan sebuah getaran rasa yang membuat tubuhku seakan tersengat.

Tubuhku semakin menggelinjang kesana kemari, merasakan kenikmatan yang tiada duanya ini. Sampai sampai aku merasakan gejolak orgasmeku kian memuncak. Menekan keluar dari tempat persembunyiannya, tempat dimana seonggok daging tanpa tulang sedang bermain disana. Bermain tepat dilubang tempatnya akan keluar.

"Mas, aku gak tahan mas. Aku ingin keluar... Sudah diujung mas."

Mas Rama sempat menoleh ke arahku, lalu berkata.

"Keluarkan saja dek, ayo keluarkan!"

Kini hanya tinggal tangannya yang ada di vaginaku. Tetap bermain disana menstimulasi syaraf syaraf di vaginaku. Tangannya bergerak cepat mengelus bibir vaginaku, ke atas ke bawah dan kadang tak tentu arah. Sampai akhirnya pertahananku jebol juga, aku menyerah akan keahlian mas Rama.

"Aaaaahhhhhhh mas Rama, aku keluar masssss......"

Tubuhku mengejang, sedikit terangkat keatas dan vaginaku menyemburkan cairannya. Otot-otot nya berkontraksi menekan cairan didalamnya agar keluar dengan daya dorong yang tinggi. Ya semburannya memang sangat kencang, seperti aku yang sedang pipis saja tapi ini enak.

Tubuhku masih bergoyang ke kanan dan ke kiri, merasakan kenikmatan yang belum pernah aku rasakan dalam hidupku. Sampai akhirnya aku merasa lelah tubuhku serasa rileks setelahnya, namun nafasku berat. Dadaku naik turun, seperti habis olahraga saja pikirku. Aku diam tak berkata, mencoba merasapi apa yang sedang terjadi.

"Capek ya dek? Adek hebat bisa squirt gitu mas gak nyangka dek, vagina adek bisa muncrat muncrat gitu."

"Iya mas, mas lebih hebat loh bisa bikin aku klimaks cuma pakai lidah dan jari mas Rama. Mas udah pengalaman ya soal yang beginian?"

"Ehhhh...." Mas Rama tampak bingung menjawab pertanyaanku.

"Sama mantannya mas kan?"

"Hhe, iya dek."

"Adek gapapa kok mas, itu kan masa lalu mas Rama. Adek gak berhak marah dengan apa yang dulu mas lakukan, karna ya itu kan sudah terjadi. Gak ada yang bisa merubahnya sekarang. Adek nerima mas apa adanya, selama mas jujur adek bakal menghargai itu."

"Iya dek, mas pasti jujur sama adek. Mas gak akan tutupi masa lalu mas ke adek. Kalau adek pengen tahu pun mas akan kasih tahu adek."

"Janji ya mas!"

"Iya dek, mas janji."

"Ohhh iya mas, mas belum keluar kan? Ajari adek dong mas, ajari adek biar bisa jadi calon istri yang baik! Tapi adek belum pernah ngelakuin ini sebelumnya, adek sama sekali gak punya pengalaman mas. Tapi adek pengen ngelakuin yang terbaik buat mas Rama, adek pengen muasin mas Rama juga. Ajarin ya mas!"

"Iya dek pasti mas ajarin."

"Mas tiduran ya! Sekarang giliran adek buat muasin mas."

Mas Rama kini berbaring, bergantian denganku. Aku melepas celana jeansnya berbarengan dengan celana dalamnya. Kutarik kebawah lalu 'tuuuing' tongkat sakti miliknya muncul dan sudah tegak berdiri. Aku berhenti sejenak mengamati bentuk dan ukurannya. Benda yang baru pertama kali kulihat langsung ini terlihat lucu dimataku. Ada sebuah helm di ujungnya, mungkin untuk keselamatan hihi.

Aku lanjutkan membukanya sampai terlepas dari kedua kakinya. Tubuhku kini berada di depan penis mas Rama, di antara kedua kakinya.

"Pegang saja dek gak usah takut! Dia baik kok gak gigit." Mas Rama mengetahui keraguanku.

Aku mencoba memegangnya, ukuran batangnya pas digenggaman tanganku.

"Besar ya mas?"

"Standar kok dek, ukuran kebanyakan lelaki."

"Emang masuk ya mas, lubang vaginaku kan kecil?"

"Masuk lah dek. Anak mu nanti kan keluar dari lubang itu juga. Besar mana sama punya mas?"

"Iya sih mas, besar calon anak kita hihi."

"Mas mau coba masukin?"

"Mas gak akan pernah masukin penis mas ke dalam vagina adek sampai waktunya tiba. Mas janji sama diri mas sendiri kalau mau ngelakuin itu saat kita sudah menikah nanti. Mas pengen waktu kita honeymoon nanti adalah waktu dimana keperawanan adek mas ambil. Dan adek seutuhnya jadi milik mas. Mas juga janji buat nikahin adek secepatnya, secepat yang mas bisa. Mas janji dek!"

Aku terenyuh mendengar itu, aku tak pernah tahu kalau ada lelaki yang begitu gentle mengungkapkan ini. Mungkin beberapa lelaki tidak tahan ketika diberi, mungkin sebagian lainnya malah memaksa untuk diberi. Tapi mas Rama begitu berbeda, meski sudah aku beri tapi ia menahannya sampai waktunya tiba.

"Iya mas, mas Rama keren deh!"

"Biasa aja kok dek, kan memang seharusnya seperti itu."

"Jadi apa yang aku bisa lakukan sekarang biar mas Rama terpuaskan juga?"

"Adek jilatin penis mas aja, terus masukin ke mulut adek sedikit demi sedikit. Untuk permulaan gak harus masuk seluruhnya, mungkin cuma kepalanya dulu aja dek. Tapi adek coba dulu aja, siapa tahu adek gak suka kan!"

"Iya mas, adek coba ya."

"Iya dek."

Aku turunkan kepalaku mencoba menjilat batang penis mas Rama. Mungkin sedikit aneh bagiku, mungkin juga karena belum terbiasa. Tapi tetap harus kulakukan sebisaku. Mas Rama saja tadi bisa menjilati vaginaku sampai aku merasakan kenikmatan, masa aku gak bisa. Ayo Nay kamu bisa kok, buat mas Rama puas sama seperti kamu tadi.

Aku bertekad dalam hatiku, meski ini yang pertama bagiku tapi aku yakin bisa langsung melakukannya dan membuat mas Rama puas.

Aku mulai menjilatinya, ku mulai dari menjilat kepala penisnya. Kulakukan seperti menjilat permen lolipop, persis seperti itu.

"Batangnya juga dek, dari bawah ke atas!"

"Iya mas."

Aku melakukan apa yang mas Rama perintahkan, menjilati batang penisnya dari pangkal sampai diujung kepalanya.

"Uuuuuhhhhhh.. iya dek kaya gitu. Terus dek, enak."

Aku terus menjilatinya berulang ulang. Sampai mas Rama memintaku berhenti sebentar.

"Bentar dek enak banget jilatanmu dek, mas gak tahan. Bentar lagi keluar kayanya ini dek!"

Mendengar pujian itu aku merasa bangga, ini memang pengalaman perdana bagiku tapi aku berhasil melakukannya.

"Sekarang coba dimasukin ya dek, adek buka mulut yang lebar terus coba masukin. Pelan pelan aja dek, biar adek terbiasa. Sama sebisa mungkin jangan kena gigi ya dek linu soalnya. Emmmmphh.. tapi gapapa deh dek untuk yang pertama mas bakal tahan kok. Yang penting adek coba dulu aja!"

Mas Rama memberikanku arahan untuk aku mencobanya.

"Iya mas, siap. Adek bakal lakuin yang adek bisa buat mas Rama."

Aku memulainya, ku masukan perlahan ke dalam mulutku. Mulutku ku buka lebar lebar, kepalanya sudah masuk. Aku mengemutnya, lalu ku masukan lebih dalam lagi. Tidak sampai seluruhnya karna mungkin ukuran penis mas Rama memang lebih panjang dari ruang mulutku. Aku memaju mundurkan kepalaku, yang aku tahu gerakannya memang seperti itu insting ku juga berkata demikian.

"Aaaahhhh dek, kamu jago ternyata. Penis mas enak gini dikulum mulut kamu. Terus dek terusin, bentar lagi mas keluar... Kalau bisa di cepetin dek.. mas gak tahan ini!"

"Iya mas, aku coba cepetin."

Aku mempercepat gerakanku, ku maju mundurkan kepalaku dengan lebih intens."

"Orrrghhhhh... Oorrgghhhh... Hhoookkssss... Ahhhh."

"Aaaahhh dek enak banget dekkkkk.... Mas gak kuat dek... Mas keluaaarrrrrrrrr....."

Mas Rama dengan cepat melepaskan penisnya dari mulutku, ia berdiri di depanku dan mengocok penisnya sejenak mengarah ke wajahku. Lalu....

"Keluarrrrr dek......."

Ccrroottt... Ccrrrrooottttt... Crrroooottttt....

Semburan spermanya muncrat di wajahku, aku tentu tidak siap. Tapi apapun yang dilakukan mas Rama aku harus menerimanya. Seluruh wajahku terlumuri sperma kentalnya, banyak sekali kurasa.

"Haaaahhhhhh... Hhhaaahhh... Enak banget dek, mas sampai lemes gini."

Mas Rama terduduk dikasur, punggungnya ia senderkan ke dinding. Nafasnya berat juga sama sepertiku tadi. Aku langsung berdiri, mengambil tisu untuk mengelap sperma mas Rama di wajahku.

"Maaf ya dek, mas gak tahan abisnya. Buangnya malah di muka adek. Maaf ya mas muncrat di muka cantiknya adek."

"Gapapa kok mas, kan tinggal di lap aja juga hilang. Dan muka adek kan tetep cantik, hihi."

"Gak ikut luntur ya dek?"

"Iya dong mas, tetep cantik."

Itulah kisah pertama kalinya aku berhubungan badan dengan mas Rama, meski tak sampai penetrasi tapi kami berdua saling terpuaskan hanya dengan petting.

Hari, minggu hingga bulan telah kami lalui, hampir setiap minggu kami bersetubuh tapi tetap tidak sampai penetrasi. Mas Rama memegang teguh akan janjinya. Kami lakukan itu dirumahku tentunya, kadang mas Rama juga menginap dan tidur bersamaku. Aku bahkan sudah dikenalkan pada kedua orang tuanya dan sudah bertemu langsung juga dengan mereka.

Mereka menerimaku dengan hangat, aku sudah mereka anggap sebagai bagian dari keluarganya. Mereka juga sudah menanyakan kesiapanku akan pernikahan kita. Aku sih sudah siap ya, aku kemukakan itu pada mereka, tapi mas Rama meminta waktu.

"Ayo Ram, mbak Naya kan sudah siap. Kamu nunggu apa lagi?" Ayahnya bertanya itu pada mas Rama.

"Tabunganku belum cukup yah, aku masih perlu waktu." Mas Rama menjawabnya.

"Mau nabung sampai kapan kamu Ram, keburu sama orang loh mbak Naya ini?" Ibu mas Rama menambahkan.

"Ibu ini ahh, ya Naya bakal nunggu aku kok bu. Sampai tabunganku cukup."

"Iya bu, ibu gak usah khawatir aku bakal nunggu mas Rama sampai siap kok!"

"Tapi kan sabar itu ada batasnya loh, mbak!"

"Iya bu, aku tahu itu. Aku bakal sabar menunggu kok, buat mas Rama."

"Tuh bu, dengerin Naya aja sabar nunggu aku. Kok ibu malah yang gak sabar."

"Yaudah Ram, terserah kamu lah. Ibu sama bapak doain yang terbaik aja buat kalian."

"Nah gitu dong bu, aku bakal lakuin yang terbaik kok buat Naya. Jadi ibu dan bapak tenang aja!"

Aku merasa bahagia akan kehadiran mas Rama dihidupku. Aku tak sabar menanti waktu itu tiba, menjadi seorang istri mas Rama.

Tapi lagi lagi, dipuncak rasa cintaku aku mendapatkan lagi sebuah cobaan. Aku melihat perubahan di sikap mas Rama terhadapku. Kini ia tak seceria dulu ketika bersamaku, tak seterbuka dulu saat bercerita kepadaku. Seperti ada yang ditutupi olehnya.

Kini sudah tiga bulan setelah kejadian dipenginapan, sikap mas Rama kian berubah. Kini ia tak lagi ramah, terkesan sering emosi bila berdua denganku. Ada saja masalah yang membuat kita bertengkar, bahkan masalah kecil saja membuatnya marah. Aku tak tahu apa yang terjadi padanya. Yang aku tahu ia jadi sering bermain hp dan aku tidak boleh mengetahuinya.

Apa mas Rama selingkuh? Apa dia bermain dibelakangku? Apa dia sudah mempunyai pasangan baru? Atau bisa jadi masa lalu nya yang datang kembali! Karena pernah satu hari ia tidak menghubungiku, ia tidak membalas chatku juga, menolak panggilan telponku dan menonaktifkan hp nya. Itu ku tahu karna telponnya tak dapat aku hubungi.

Mas Rama jadi setertutup itu padaku. Aku sedang bersamanya tapi tidak kurasakan dia ada didekatku. Ini aneh pikirku, selama dia berhubungan denganku baru kali ini terjadi. Dan aku bisa merasakan perubahannya. Aku mencoba bertanya kepadanya apa yang sebenarnya terjadi, tapi itu malah membuatnya emosi. Dia marah marah tak jelas kepadaku tanpa aku tahu alasannya apa.

Aku meyakini jika mantan pacarnya dulu lah yang kini hadir kembali dalam kehidupannya. Dan firasatku benar, pernah sekali aku membaca percakapan antara mas Rama dengan mantannya yang bernama Ayu. Inti dari permasalahannya adalah Ayu hamil. Ya Tuhan kenapa ini bisa terjadi?

Aku memang belum pasti siapa yang menghamili Ayu, mungkin pasangannya Ayu atau mungkin mas Rama itu sendiri. Aku harus menyelidiki ini, tapi otakku berpikir keras tentang itu. Bagaimana mungkin mas Rama bisa berubah jika yang menghamili Ayu adalah kekasihnya. Biarkan saja seharusnya, toh kekasihnya Ayu yang akan bertanggung jawab bukan mas Rama.

Tapi otak pintarku bekerja, berarti mas Rama yang menghamili Ayu. Ya Tuhan, aku tidak menyangka ini bakal terjadi kepadaku. Meski ini baru dugaanku saja, tapi aku meyakini kalau ini lah yang benar benar terjadi.

Aku menyimpan rasa curigaku, tak pernah aku mencoba menanyakannya pada mas Rama. Sampai akhirnya ia mengakuinya sendiri. Dan seperti inilah awal mulanya.

Di hari Minggu yang sangat cerah seperti biasa mas Rama berkunjung ke rumahku. Tidak lain dan tidak bukan tujuannya adalah berhubungan badan denganku, meski masih dengan tanpa penetrasi di vaginaku. Tapi kami tetap menikmati itu.

Saat kami berdua sedang bermesraan suara dering hp mas Rama berbunyi. Tapi ia abaikan karna aku sedang mengoral penisnya. Sampai ia merasa ejakulasi, penisnya sudah memuncratkan spermanya. Gantian aku sekarang yang dipuaskan mas Rama, vaginaku ia mainkan seperti biasa. Ia jilat ia elus elus. Saat aku sedang merasa horni karna jilatannya, kini suara notifikasi pesan masuk terdengar di hp mas Rama.

Itu membuatnya berhenti menjilati vaginaku. Mas Rama lalu melihat layar hp nya dan membaca isi chat tersebut. Aku tak menanyakan chat itu padanya, biarlah. Mas Rama memulai kembali, ia menjilati vaginaku lagi. Kali ini dering telepon masuk menggema di kamarku. Membuatku merasa gedeg akan suara berisik itu.

Mas Rama mengambil kembali hpnya, kini ia mengubahnya menjadi mode getar saja. Mas Rama kembali menjilati vaginaku, lebih intens dari sebelumnya. Akupun sudah merasakan orgasmeku akan segera terjadi, sebentar lagi aku akan keluar.

Tapi kini getaran di hp nya yang mengganggu aktivitas kami, terus bergetar tanpa henti.

Mas Rama mengambilnya kembali, lalu menjawab panggilan itu.

"Iya bentar lagi aku kesitu, tunggu!"

Itu yang kudengar dari percakapannya di telepon, memang singkat dan terkesan buru buru.

"Mas Rama mau kemana?"

"Aku harus pergi dek, ada sesuatu yang penting yang harus kutemui!"

"Ayu mas?"

"Haaaahhhh?"

Raut mukanya terkejut mendengar perkataanku. Ia menatapku tajam seolah aku ini mangsanya. Seolah aku ini pahlawan yang mengetahui akal busuknya.

"Aku sudah tahu mas, mas menghamili Ayu?"

"Aku tidak tahu dek, Ayu hanya memberi tahuku kalau dia positif hamil."

"Kalau dia hamil sama orang lain, kenapa mas yang sibuk? Biarkan saja pasangan Ayu yang bertanggung jawab. Kenapa harus mas Rama yang berusaha menolongnya, mas Rama kan sudah punya pacar. Aku loh mas pacarmu, kenapa mas malah peduli dengan mantan mas? Apa firasatku benar, mas Rama yang menghamili Ayu?"

"Tidak dek aku tidak melakukan itu!"

"Apa jangan jangan hari Minggu itu, yang mas Rama tidak membalas chatku, tidak bisa aku hubungi adalah hari dimana mas Rama berhubungan badan dengan Ayu? Kenapa tidak dikeluarkan diluar sih mas kenapa juga tidak pakai kondom saja? Mas bodoh tau nggak?"

"I iii iitu, mass masss... eeuuuhh... mas..."

"Jujur saja mas, akui saja kalau itu anaknya mas!"

"Haaahhh... Iya dek itu karna kelakuan mas. Ayu hamil anaknya mas dek!"

"Tuhkan, akhirnya jujur juga mas Rama. Kenapa bisa sih mas aku kurang apa sama mas Rama. Apa aku kurang cantik, apa aku kurang seksi, apa aku kurang memberikan kepuasan sama mas jadi mas masih butuh ngewe sama cewek lain. Ini loh mas aku udah ngasih memek aku buat mas Rama, tapi kenapa mas Rama gak mau?"

"Kok, jadi vulgar gitu sih dek ngomongnya gak kaya biasanya?"

"Biar mas Rama tahu kalau aku juga bisa sekotor ini dibanding dengan si lonte, Ayu!"

"Heyyy, dek jangan sebut dia lonte. Dia cewek biasa sama seperti kamu!"

"Lalu apa, pelakor mas? Cewek yang sudah merebut pasangan orang tuh harus aku sebut apa mas?"

"Aaarrrgghhhh stop dek, jangan tambah masalah mas dong. Kamu jangan buat mas jadi tambah riweuh gini dek!"

"Terus aku harus apa mas, menerima keadaan gitu aja? Menerima Ayu dalam kehidupanku, menerima dia yang sudah merebut kembali pacarku. Mas sudah berhubungan dengan Ayu dulu mas, sekarang giliran aku yang masuk di kehidupan mas. Kenapa mas malah menerima dia lagi, kenapa mas?"

Mas itu bodoh, manusia bodoh! Mas gak pinter berselingkuh, mas Rama malah ninggalin jejak. Mas kan tahu kalau keluar didalem itu resikonya besar. Kenapa mas ngelakuin itu, ada kondom mas didunia ini! Bodoh!"

"Ayu yang maksa buat keluarin di dalem dek, bukan mas yang minta. Mas udah berusaha buat keluar diluar vaginanya. Tapi dia yang maksa buat tetep keluarin di dalem, dia bilang pengen ngerasain sperma mas lagi di dalem lubang vaginanya. Jadi Ayu nahan pinggang mas, dan sperma mas keluar di dalem. Ayu juga bilang kalau hari itu bukan masa suburnya, jadi ya mas gabisa berbuat apa apa waktu itu dek."

"Bukan masa subur kan bukan berarti jaminan bakal gak hamil mas! Akhhhhh kalian berdua memang bodoh!"

Saat sedang asik asiknya berdebat, hp mas Rama kembali bergetar. Ia dengan cepat mengambilnya, itu panggilan telpon lagi rupanya. Mas Rama menjawabnya.

"Iya iya, bentar lagi aku sampai kesitu ke rumah kamu. Kamu sabar dulu aku lagi dijalan ini!

Hahhh kamu mual muntah muntah terus? Lemes...?

Iya iya aku bentar lagi sampe, tunggu ya sabar dulu."

"Ayu butuh pertolongan ku dek, aku takut dia kenapa napa!"

Kenapa mas Rama sangat peduli dengan Ayu, kan aku yang jadi pacarnya, gimana sih mas Rama?

"Aku juga butuh bantuan mas loh, aku butuh dipuasin mas bentar lagi aku keluar tadi!"

"Kamu kan bisa keluar sendiri dek, disana ada yang lebih urgent dari sekedar orgasmemu dek. Tolong kamu ngerti keadaan mas sekarang!"

"Buat apa, mas aja gak ngerti keadaanku sekarang!"

"Ayolah dek kamu jangan buat aku emosi!"

"Aku loh mas yang seharusnya emosi dengan kelakuanmu!"

"Sudah sudah aku pergi dulu! Ayu sudah menunggu!"

"Mas, mas Rama jangan pergi mas! Mas pilih puasin aku atau pilih Ayu? Inget mas kita udah mau menikah mas!"

"Justru itu dek mas mau selesain masalah mas sama Ayu. Mas mau gugurin kandungan Ayu, biar mas tetep bisa nikah sama kamu dek!"

"Hah gila apa mas? Semudah itu mas lakuin itu."

"Gak ada pilihan lain dek, mas harus lakuin itu!"

"Nggak mas nggak, aku gak terima. Mas tinggalin aja Ayu gak usah berhubungan lagi sama dia. Kan beres mas!"

"Gak bisa dek mas harus tolongin dia dulu. Aakkkkhhh kamu bikin lama aja, kasihan Ayu sudah menunggu."

"Mas pilih puasin aku sekarang atau milih Ayu?"

"Mas tolongin dia dulu dek, terus lanjut muasin kamu kan bisa gitu dek."

"Ngga ngga, aku gak mau mas milih keduanya. Mas harus milih salah satu, puasin aku atau milih Ayu?"

"Aaaarrrgggkkhhhhh.... Ribet kamu dek!"

"Mas, mas Rama tunggu. Mas jangan pergi...... Mas jangan pergi mas, aku butuh mas disini, kenapa mas pergi dan milih Ayu sih mas? Kenapa gitu massssss...

Hiksss... Hikkkssss.. hikssss..."

Aku menangis sejadi jadinya, meratapi nasib buruk yang kini menimpaku. Ayu, mantan mas Rama kini mengambil pujaan hatiku. Kenapa disaat hatiku sudah tenggelam dalam rasa cinta yang begitu menggebu, pasanganku malah membakarnya menjadi abu. Membinasakannya didalam hatiku, hatiku remuk, perasaanku hancur. Pasanganku kini telah pergi bersama mantannya.

Apa aku sanggup menerimanya? Tentu tidak, aku bukan wanita yang bisa menerima. Aku harus mencoba untuk melupakannya juga. Mas Rama pikir dia siapa? Dia bukan atasanku, aku tidak berhak diatur olehnya. Rasa benci kini datang menghinggapi hati. Aku juga bisa berbuat seperti dirinya. Aku bisa membuatnya merasakan apa yang sekarang aku rasakan. Aku bisa mas Rama, aku akan balas dendam akan kelakuanmu padaku. Tunggu saja!

Aku merasa dibohongi, aku merasa dipermainkan. Aku harus membalasnya, membalas kelakuan mas Rama.

Aku kembali memakai pakaianku, pakaian seksi yang aku punya dilemariku. Aku memilih tanktop ketat dengan belahan dada rendah sehingga nanti belahan payudaraku bisa terlihat jelas. Tanktop berwarna putih pendek yang tidak menutupi perutku. Dipadukan dengan rok mini model mengembang, panjangnya sedikit dibawah pantatku. Aku tak memakai dalaman, bra dan cd aku tinggalkan. Aku ingin merasa bebas, sebebas bebasnya.

Aku memakainya dan bercermin, uhhhh seksi sekali aku ini. Sebagian paha ku terekspos memperlihatkan kulit putihnya yang mulus. Kulihat dadaku, belahannya sangat menggoda bagi orang orang yang melihatnya. Perutku juga terlihat jelas dengan pusar yang menambah keseksiannya. Kulihat juga puting payudaraku menonjol dibaliknya, kulihat samar samar areola payudara ku juga sedikit nampak di balik kain putih tanktopku.

Apa ini terlalu berlebihan? Aku malu juga kalau langsung ku perlihatkan seperti ini. Aku lalu mengambil cardiganku, cardigan dengan model crop top yang tetap memperlihatkan perutku. Kulihat diriku dicermin, sangat seksi. Sangat sangat seksi pikirku perpaduan antara rok mini hitam dan cardigan merah muda serta tanktop putih dengan belahan dada rendah didalamnya.

Tapi aku mau kemana? Tak ada tujuan yang pasti, kalau aku makan dicafe pasti aku sendiri. Gak asik dong. Kalau belanja di mall juga, mau belanja apa? Atau jalan jalan saja berkeliling mall memperlihatkan keseksian tubuhku ini. Gak ah malah dapet capeknya doang nanti, sementara balas dendamku tak tersalurkan. Percuma dong.

Gimana ya caranya, aku harus punya partner jika ingin membalaskan dendamku. Tapi siapa? Masa teman kerjaku. Gak mungkin ah, masa tiba tiba ngajak gitu aja. Ihh malu dong, jangan! jangan Nay, jangan sama orang yang kamu kenal. Siapa dong? Orang asing, pengamen? Tukang sapu jalan? Penjual batagor? Atau satpam komplek?

Aaarrghhhhhh... Pusing banget milihnya. Gila aja kalau sama mereka, mulainya gimana? Kan harus ada ngobrolnya dulu, basa basi gitu.

Ahhhh... Ojol! Ya, mamang ojol Nay. Ide yang tepat, bukan orang yang aku kenal bisa juga aku ajak ngobrol dulu sambil basa basi ngutarain tujuanku yang sebenarnya. Pinter emang kamu Nay.

Aku lalu membuka salah satu aplikasi ojek online di hp ku, inisial 'I' tentunya. Di aplikasi ini aku bisa memilih drivernya, tidak ditentukan oleh sistem.

Oke deh, aku mencoba membuat orderan. Tujuanku Mall JVP, salah satu mall besar dikotaku. Titik penjemputanku ya di cluster ini, Cluster Melati Wangi. Aku tekan tombol order, klik. Semoga ada yang sesuai dengan keinginanku.

Tujuh driver muncul di layar hp ku, ku perhatikan satu satu dari atas sampai bawah. Kok bapak bapak semua sih, nggak deh nyari yang lebih mudaan ah.

Coba lagi deh! Aku mencobanya kembali, ku tekan tombol order, klikkkk. Semoga, semoga kali ini.

Kembali tujuh driver muncul dilayar, ku lihat dari atas sampai bawah. Keperhatikan, dan.....

Nah ini, kelihatan masih muda tapi ngga muda banget, rating bagus, ulasannya juga bagus. Fiks aku pilih dia aja! Klik, aku memilihnya. Namanya Yayad, motor yamaha, plat D 6969 XXX, rating 5. Oke, aku tunggu kehadiranmu mas Yayad.

Aku mengechatnya, memberi tahukan alamat jelas rumahku.

"Mas, nanti masuk Cluster Melati Wangi ya sesuai diaplikasi. Rumah saya di blok A no 44 yang dekat taman. Nanti minta di arahin sama satpam yang jaga didepan saja ya mas, terimakasih."

"Iya mbak, mohon ditunggu ya. Saya dalam perjalanan."

"Iya mas saya tunggu. Hati hati."

"Iya mbak, siap."

Aku menunggu kedatangannya dengan sangat antusias. Semoga saja orangnya sesuai dengan yang aku inginkan. Kalau diaplikasi sih wajahnya lumayan, tidak benar benar ganteng dan tidak jelek juga. Lagian aku kan gak bisa cari yang ganteng dalam tujuh pilihan tadi. Aku juga cuma cari pelampiasan bukan cari pasangan hidup. Yang penting nanti semoga aja enak buat diajak curhat.

Lima menit aku menunggunya, aku sudah berdiri didepan rumahku. Dan akhirnya dia datang juga, berhenti tepat di depanku. Ia langsung melongo saat sepasang matanya memandangiku.

"Mas Yayad yah? Mas, mas hallo, mas Yayad..."

"Ehh ehh iya mbak, iya iya bener saya Yayad mbak."

"Liatin apaan sih mas? Gitu banget liat aku nya!"

"Hhe maaf mbak, kaget barusan. Baju mbak seksi banget abisnya."

"Iya mas gapapa."

"Yaudah mbak, ayo silahkan naik!"

"Aku naik ya mas."

"Iya mbak."

Aku menaiki motornya, mas Yayad langsung melajukan motornya keluar dari cluster perumahanku.

"Ke mall JVP ya mbak?"

"Iya mas, ke JVP."

"Mau belanja kah mbak?"

"Hemmm nggak sih mas. Cuma mau liat liat aja sebenernya. Ga ada tujuan yang pasti sih, pengen keluar rumah aja. Dirumah bosen, pengen curhat aku mas!"

"Ohhh cuci mata ya mbak. Pasti curhat tentang asmara ya mbak?"

"Haaahhh? Kok mas tahu sih?"

"Ya cewek mah gak jauh jauh mbak kalau curhat pasti tentang itu. Udah beberapa penumpang cewek yang curhat sama saya mbak, dan yang dicurhatinnya pasti tentang percintaannya mbak."

"Ohhh, gitu ya mas. Kalau aku sekarang yang curhat sama mas boleh?"

"Ya boleh dong mbak. Boleh banget malah! Tapi maaf maaf nih mbak saya gak bisa ngasih solusi soalnya percintaan saya juga kurang pengalaman. Hehe."

"Heemmm gapapa kok mas aku cuma butuh didengerin aja, biar plong rasanya."

"Mas gak bosen kan denger curhatan tentang percintaan lagi?"

"Nggak mbak, seru tahu! Bisa tahu kisah kisah cinta orang lain."

"Seru ya mas? Emang yang lain curhat apa sih mas?"

"Banyak mbak, ada yang curhat tentang pacarnya yang tiba tiba ngilang, di ghosting gitu mbak. Terus yang kesel sama tetangganya ada mbak, dia ditanyain terus sama tetangga kapan nikah. Kan bete ya, yang mau nikah dia yang penasaran tetangganya. Lagian tetangganya kan gak ikut modalin nikahannya ya, kok malah ikut campur."

"Iya ya mas, kok tetangga malah ikut campur? Terus terus mas?"

"Ada curhat tentang mantannya mbak, mantannya ngajak balikan lagi terus dia bingung mau nerima lagi atau nggak. Ada lagi yang curhat pacarnya selingkuh mbak, bajingan emang udah dikasih pasangan malah membelot ke yang lain."

"Ahahaha bajingan ya mas?"

"Iya mbak, saya paling gak suka sama cowok yang selingkuh. Gak bersyukur mbak, menurut saya itu kejahatan terencana yang paling kejam mbak, kriminal. Saya paling benci sama cowok yang suka selingkuh, haram buat saya mbak."

"Gitu ya mas?"

"Iya mbak, paling itu aja sih yang utamanya sisanya sih yang receh receh aja mbak. Kurang menarik."

Kami berhenti di perempatan jalan raya, lampu merah menyala di jalur kami. Hampir semua mata lelaki yang berhenti didekat kami melihat ke arahku. Melihat keseksian tubuhku.

"Mbak pada ngeliatin tuh!"

"Iya mas aku tahu."

Lampu kembali hijau, mas Yayad kembali melajukan motornya. Ia membawa motornya secara perlahan, tidak mungkin ngebut karena aku dengannya terlibat obrolan yang menarik. Mungkin takut tidak fokus kalau kencang kencang.

"Enak ya mbak mereka?"

"Mereka, siapa mas?"

"Itu yang liatin mbak dilampu merah!"

"Ohhhh... Enak kenapa mas?"

"Bisa leluasa lihatin mbak, lihatin paha mbak, dada mbak gitu. Sedangkan saya yang bawa mbak gak kebagian, mbak kan dibelakang saya gak keliatan, ehehe."

"Kirain kenapa ihh mas, dasar...."

Aku mencubit pinggangnya.

"Ehhh ehh mbak, sakit tahu mbak!"

"Abisnya kirain apaan, mas kan udah liat aku waktu jemput aku tadi. Sampe bengong gitu liatinnya."

"Ehhh iya deng mbak."

"Lagian mas yang lebih beruntung tahu, yang lain mah cuma bisa liat sedangkan mas Yayad bisa boncengin aku. Mas bangga harusnya."

"Bener juga mbak, gak kepikiran saya. Maaf deh mbak."

"Apasih mas, gausah minta maaf kali. Orang mas gak salah juga."

"Saya mah gak salah juga minta maaf mbak, gentle"

"Idiihhh, yakin mas?"

"Yoi mbak."

Aku merasa mas Yayad ini cukup menarik dimata ku. Orang nya supel, enak buat diajak ngobrol dan baik sih tentunya. Apa mas Yayad ini orang yang tepat buat aku balas dendam sama mas Rama? Hemm masih terlalu dini untuk membuat keputusan. Tunggu saja dulu.

"Mas aku boleh tanya tanya tentang kehidupan mas?"

"Boleh mbak, tanya aja. Kalau pertanyaannya susah ngga bakal saya jawab, males mikir mbak hhe."

Oh iya satu lagi dia humoris. Aku suka dengan cowok humoris, pasti bakal ketawa mulu kalau dekat dengannya.

"Dikira aku bakal nanyain soal ujian kali, yang aku tanyain kan tentang kehidupan mas. Bukan rumus volume bangun ruang!"

"Iya mbak iya, sok atuh mau nanya apa?"

"Mas Yayad umur berapa sih?"

"Tahun ini 30 mbak."

"Udah berkeluarga?"

"Belum mbak saya belum nikah?"

"Udah punya pasangan?"

"Emm, pacar?"

"Heem."

"Belum mbak jomblo saya."

"Ohhh... Oke oke mas."

"Ukuran baju saya L mbak, kalau ukuran sepatu 42, warna kesukaan biru tua mbak sama hobi, bermain sepak bola mbak."

"Ahaha nggak sedetail itu juga sih mas, gak penting juga buat aku."

"Yah kirain mau tahu ukuran sepatu saya mbak, kali aja mau ngebeliin gitu, hehe."

"Mau banget emang dibeliin?"

"Nggak kok mbak bercanda tadi. Jangan dianggap serius, dalam sebuah obrolan itu harus ada kekocakan mbak. Biar ngobrolnya seru. Itu sih hhe."

"Ntar dibeliin deh sama aku."

"Haaahhh, orang cuma bercanda mbak. Gausah!"

"Ya orang mbak juga cuma bercanda kok. Ahahaha."

"Anjirrrr, serangan balik. Oke kalau cara mainnya gitu mah mbak. Tak cubit paha mbak... Emmpphhh rasain."

"Ehhh.. aduh. Kok paha aku dicubit sih mas!"

"Pembalasan yang tadi mbak, ehehehe."

"Awas ya, rasain seranganku!"

Aku mencubit pinggangnya mas Yayad kiri dan kanan sampai ia mengerang kesakitan.

"Adduhhh duhh duh, mbak sakit mbak ampun. Udah mbak udah pinggang saya sakit mbak. Ampun, maafkan saya nyonya."

"Nyerahkan! Jangan macem macem deh sama aku mas."

"Iya mbak, hamba mengaku kalah, tolong ampuni kesalahan hamba."

"Ahahahaha, lucu deh mas nya."

"Orang lagi kesakitan di bilang lucu, mbak psikopat nih!"

"Enak aja, nggak yah! Cubit lagi nih pinggang mas."

"Ehhh jangan jangan, hamba mengakui kesalahan lagi nyonya mohon ampuni hamba!"

"Iya nyonya bakal ampuni kamu, asal kamu nurut sama nyonya!"

"Weeiitss, itu barusan bercanda atau beneran mbak?"

"Maunya sih beneran mas!"

"Waduhhhhh....."

Ahahahahahaha.

Ahahahhahahahahaaa.......

Sepertinya aku makin bertambah nyaman mengobrol dengan mas Yayad ini, orang nya kocak bikin aku bahagia. Fiks aku pilih mas Yayad untuk skenarioku balas dendam pada mas Rama. Tunggu itu mas Rama, kamu akan merasakannya.

"Mas Yayad jomblo udah lama? Gak cari pasangan gitu, umur mas udah mateng loh buat menikah."

"Lumayan sih mbak terakhir pacaran waktu awal awal kerja dulu."

"Wah lama juga ya ternyata."

"Iya mbak, kalau soal cari pasangan sih ya ini juga sambil nyari kok mbak. Cuma belum dapet aja. Saya nunggu keajaiban juga, siapa tahu penumpang saya mau jadi pasangan saya. Cuma keajaibannya belum terjadi sampai saat ini. Agak konyol sih, nunggu keajaiban yang belum tentu terjadi atau mungkin gak bakal terjadi, gak tau juga mbak. Tapi sih saya yakin Tuhan kan maha baik ya mbak, jadi suatu hari nanti keajaiban itu bakal terwujud meski saya pun gak tahu waktunya kapan. Ya cuma bisa menunggu sama terus berdoa tentunya. Gitu sih mbak!"

"Eeeeemmmmmm... Aku terharu loh mas."

"Kenapa? Terharu apa kasian nih mbak? Beda tipis loh itu."

"Iiiiiihhhhh, apa apa dibercandain. Terharu beneran mas. Mas nya sabar banget, aku suka loh sama orang yang penyabar."

"Semua orang suka mbak sama orang yang penyabar."

"Aaakkhhhhhh..."

"Kenapa sih mbak?"

"Beneran suka"

Aku merasakan hal aneh dalam pertemuanku dengan mas Yayad ini, entah perasaanku lain dari biasanya. Ternyata cowok yang humoris itu bisa buat kita bahagia dan nyaman tentunya. Apa aku menyukai mas Yayad ini?

"Ya suka suka mbak ajah!"

"Iiihhh, tau ah mas."

"Mbak, bentar lagi sampe nih!"

"Iya mas, aku tahu. Tuh mall nya udah didepan mata."

"Yah, padahal mbak Naya belum curhat loh sama saya. Malah saya yang curhat sama mbak nya."

"Ehhh iya ya mas, aku kan belum curhat sama mas Yayad. Mas temenin aku muter muter di mall nya deh, mau nggak?"

"Saya mbak?"

"Iya, siapa lagi mas. Kan aku ngajak mas Yayad. Masa yang nemenin akunya bapak security itu, gak mungkin lah. Mau nggak?"

"Ya mau dong mbak, jarang jarang nih saya masuk mall gede gini di temenin cewek cantik lagi, bak model internasional."

"Alaaahhhh, gombal."

"Hehe."

Mas Yayad mengarahkan motornya menuju parkiran, parkiran khusus motor pastinya.

"Mas jaketnya?"

"Ehh iya, saya pake kemeja flanel kok mbak. Aman. Nih...."

Mas Yayad membuka jaket ojolnya dan memperlihatkan kemejanya padaku.

"Gak malu maluinkan mbak?"

"Wiiihhhhh, ganteng juga mas Yayad ini kalau pake kemeja."

"Alaaahhhh, gombal. Hehehe maaf mbak, maaf bercanda doang."

"Iiiihhhhh awas ya, liat aja nanti."

Aku semakin merasa nyaman dekat dengan mas Yayad ini, apa aku jatuh cinta? Masa sih secepat ini, gak deh kayanya. Aku hanya kagum terhadapnya.

Aku berjalan berdua bersama mas Yayad, mengitari seluk beluk salah satu mall terbesar dikota ini. Banyak pandangan mata yang tertuju pada tubuhku, terutama dadaku dan pahaku. Dua bagian itulah yang menjadi sorotan mereka, aku berhasil rupanya.

Sampai akhirnya aku merasa lapar, dan berhenti di salah satu restoran cepat saji untuk kami berdua makan. Ini saatnya juga untuk aku curhat ke mas Yayad. Karna tadi disepanjang jalan belum sempat tersampaikan.

"Mas Yayad mau pesen apa?"

Ia melihat menu, memperhatikannya satu persatu.

"Gak ada yang murah ya mbak? Mahal mahal semua."

"Hihi ya namanya juga resto dalem mall mas, mereka juga bayar pajaknya gede. Jadi ya wajar kalau mahal mas."

"Ohh gitu ya mbak. Hhe kebiasaan makan diwarteg, lima belas rebu juga kenyang mbak."

"Mas Yayad yang traktir ya!"

"Buseetttt!!! Tega bener mbak. Baru dapet lima orderan doang tadi, disuruh nraktir mah nombok yang ada mbak."

"Ahahaha gitu banget kagetnya mas. Iya iya aku yang traktir kok."

"Aahhhhh aman, gitu dong mbak. Wihhhh makan gratis... Makasih ya mbak."

"Iya sama sama. Aku sambil curhat ya mas, gapapa kan?"

"Gapapa mbak aman aja, curhat sambil makan enak kok mbak lebih santai, lebih child. Hehe."

"Uuhhhh gayanya. Baru diajak makan fried chicken doang udah berubah gitu mas?"

"Hehe, ya menyesuaikan kan mbak."

"Iya deh iya, terserah mas Yayad. Aku pesenin dulu ya mas, mau disamain aja menunya?"

"Emm, boleh deh mbak."

"Bentar ya."

Aku memesan pesanan kami, ku pilih dua ayam goreng, kentang juga dua cola. Aku kembali ke meja.

"Mbak mau curhat apa emangnya?"

"Pacar aku selingkuh mas!"

"Wwwooowww.. mbak punya pacar badjingan? Hhe, maap!"

"Iya mas, dia bajingan. Dia selingkuhin aku, dia ada hubungan lagi dengan mantannya. Sampai mantannya itu hamil anak dia mas."

"Uuuhhhh, pelik ini mbak. Sabar ya mbak."

"Iya mas, padahal aku udah ada rencana mau nikah sama dia. Dia malah pilih mantannya. Sedih deh mas kalau jadi aku."

"Adduhhhh, gak tega saya mbak. Makanya saya benci sama cowok yang suka selingkuh mbak, dampaknya emang semengerikan ini."

"Yang sabar ya mbak, nanti dia juga dapet balasannya. Tuhan kan nggak tidur mbak, percaya aja sama yang diatas. Saya mah gak bisa bantu banyak, cuma bisa doain yang terbaik aja mbak. Maaf ya."

"Heeemmmm, iya mas gapapa. Aku ditemenin mas Yayad aja udah seneng. Seneng banget malah, mas udah bisa hibur aku yang lagi sedih ini. Mas emang cowok penghibur yang terbaik deh."

"Cowok penghibur? Badut mbak?"

"Aaahhhhh, bukan dong. Kok badut sih aneh deh."

"Ya yang suka ngehibur kan badut mbak."

"Pelawak juga suka ngehibur kali, bukan badut aja."

"Lah iya juga ya, kok gak kepikiran hehe."

"Udah ah malah bahas badut."

"Hhe."

Pesanan atas nama Kak Naya!

"Ehhh udah jadi, bentar mas aku ambil dulu!"

"Sama saya aja mbak!"

"Gausah, mas duduk aja biar aku yang ambil."

"Iya."

Aku mengambil pesanan makananku. Membawanya ke meja tempat kami duduk. Aku dan mas Rama mulai menyantapnya.

"Terus langkah mbak selanjutnya apa, mau nerima gitu aja?"

"Belum tahu aku mas, aku masih shock sekarang. Menurut mas gimana?"

"Kalau menurut saya sih, balas dendam mbak! Ehhh...boleh nggak sih kaya gitu?"

"Iihhh, kita sepemikiran mas. Boleh lah mas."

"Mbak pengen balas dendam juga?"

"Iya mas, aku pengen balas dendam juga sama dia. Biar dia ngerasain apa yang aku rasain sekarang."

"Setuju saya mbak, biar kita berantas para bajingan bajingan itu, hehe."

"Iya mas, kita musnahkan dari kehidupan ini. Terutama mas Rama calon suami aku."

"Tuhkan mbak, mbak udah mulai kaya psikopat loh mbak!"

"Hhaaaahhhh.. iya kah mas?"

"Hampir sih mbak, hhe."

"Biarinlah mas aku gak peduli, yang penting tujuan aku tercapai nanti."

"Oke deh mbak, caranya gimana mbak?"

"Emmmph, aku udah nyiapin rencananya sih mas. Tapi aku butuh bantuan mas, mas mau bantu aku?"

"Yahhh pake ditanya, ayolah mbak! Kapan eksekusinya mbak?"

"Sekarang kalau perlu."

"Lahhh, langsung mbak?"

"Iya, gak usah dinanti nanti mas. Langsung aja eksekusi."

"Mbak kasih tahu saya biar saya paham juga!"

"Mas ikutin cara main aku aja ya, aku juga susah jelasinnya. Pokoknya mas nurut aja sama aku, oke!"

"Siap mbak, laksanakan!"

"Mas mau nambah lagi?"

"Gak usah mbak, udah kenyang kok."

"Kita pemanasan dulu yuk mas! Biar nanti lancar waktu eksekusinya."

"Pemanasan, kita mau olahraga mbak?"

"Iiihhh bukan dong mas, pemanasan yang itu mas!"

"Apa sih mbak gak paham saya?"

"Heemmm, nanti juga paham sendiri mas, hhe."

"Gak jelas deh."

"Mas seandainya keajaiban yang mas tunggu tunggu itu terjadi hari ini, gimana?"

"Ya gak mungkin lah mbak!"

"Kalau itu mungkin?"

"Ya saya bakal seneng mbak, kan itu yang saya tunggu tunggu dihidup ini."

"Emmm.. oke deh mas."

"Laahhhh gitu doang ternyata."

"Hehe. Ehh masih ada yang mau aku tanyain deng mas!"

"Tanya aja mbak."

"Mas kalau lagi pengen, ngapain mas?"

"Haaahhh, pertanyaan macam apa itu mbak?"

"Hihi, aku kan pengen tahu mas. Bolehkan?"

"Boleh sih, tapi.... Ah malu mbak."

"Yahhh mas mah, ayolah mas kasih tahu."

"Coli sih mbak, hhe."

"Ohhh sudah ku duga! Coli itu ngocok kan mas?"

"Iya mbak, main sama tangan sendiri."

"Nggak coba BO mas? Atau udah pernah?"

"Belum pernah mbak, gak berani saya takut juga sih. Sama ya sayang aja duitnya mbak, mending ditabung. Atau beliin kuota internet aja terus nonton bokep deh sepuasnya ehehe."

"Iya ya mas, resikonya gede kalau jajan yang begituan.

"Heeh, bener mbak. Makanya saya gak mau deh sampai sekarang. Pernah sih pengen nyoba kan hasrat birahi susah buat ditahan ya mbak hhe. Tapi ya gak sampai kejadian, lagi lagi coli jadi jalan keluarnya mbak."

"Enak banget ya mas coli itu?"

"Ya enak sih mbak, kadang enak doang kadang enak banget kadang nyesel juga, ahahaha."

"Kok nyesel sih mas?"

"Gatau mbak kadang nyesel aja, kenapa coli lagi sih! Terus aja gitu berulang ulang mbak hehe."

"Mas sering nonton bokep emang?"

"Dulu sih sering mbak, sekarang ya masih sering juga hehe."

"Yeeee sama aja dong kalo gitu mah."

"Susah mbak buat berhentinya, bikin ketagihan. Apalagi kan saya jomblo kalau udah sange kan, ya nonton bokep terus coli deh mbak."

"Punya pacar maka nya, jadi ada penyalur nya mas."

"Lahhh dikira gampang apa nyari pacar mbak, susah tahu."

"Iya iya, aku paham kok. Genre favorit mas apa kalau nonton bokep?"

"Apa ya, threesome mungkin mbak."

"Haaahhhhh threesome mas?"

"Sssssttttttt... Bisa pelan pelan gak ngomongnya, kedengeran yang lain ntar mbak."

"Hhe iya maaf, abisnya kaget. Kok bisa bisanya sih mas suka sama yang main bertiga?"

"Gatau mbak, mungkin karna saya suka juga sama genre double penetration kali ya."

"Ohhh mas sukanya satu cewek yang lubangnya dimasukin dua cowok, gitu ya?"

"Betul itu mbak, seratus buat mbak Naya."

"Ngeri ihh mas fantasinya, kasian ceweknya tau!"

"Ya saya sih suka liatnya aja mbak, kalau saya sendiri diposisi itu ya gatau juga bakal nyaman atau nggak. Apalagi dengan pasangan saya sendiri gitu, dan satu cowok lagi entah siapa. Ihhh gak kebayang mbak."

"Yaudah jangan dibayangin mas, mas harus ngerti perasaan si ceweknya juga kan."

"Ya siapa tahu malah si ceweknya yang menikmati mbak, ditusuk dua lubang sekaligus beeuhhhh.. nikmatnya dua kali lipat. Bisa aja kan mbak?"

"Gatau akhhh mas, ngeri ngebayanginnya juga. Kalau posisinya mas, apa yang paling mas suka?"

"Posisi ya mbak, ini sih terkaan doang ya mbak. Kan saya juga belum pernah coba, tapi menurut saya sih gaya WOT mbak, hehe."

"Iiihhh pengen dilayanin gak seru."

"Hehe, seru lah. Gak usah banyak effort tinggal dilayanin aja sama diulek ulek gitu mbak. Uuuhhhh, udah kebayang ini dipikiran saya mbak. Duhhh gawat mbak."

"Ahahaha tahan dong mas, baru mikirin gitu doang udah gak tahan payah nih."

"Iya deh iya, kan cuma ngebayangin doang gak lebih."

"Kalau di kasih lebih, emang mau?"

"Ya mau dong mbak, kalau ada yang ngasih mah."

"Oke aku bakal kasih mas Yayad."

"Ngasih apa sih mbak?"

"Ngasih kehangatan!"

"Haaahhhhh, gak paham aku mbak."

"Iya, aku bakal ngewujudin keajaiban yang mas Yayad tunggu tunggu selama ini."

"Haaahhh, penyataan macam apa itu mbak? Saya loh gak ngerti ini!"

"Sini aku bisikin! Kita... Bakal NGEWE......!!!"

"Weeiittssss,, NGEWE......"

"Iiihhhh mulutnya, jangan keras keras kenapa sih? Tadi nyuruh aku pelan pelan, sekarang malah mas sendiri yang hampir teriak."

"Kaget aku mbak. Itu bercanda kan mbak?"

"Serius dong mas Yayad, masa bercanda. Itu rencana yang mau aku lakuin nanti buat bales dendam sama mas Rama. Dia kan udah ngewe juga sama si Ayu, ya aku harus gitu juga kan mas?"

"Ii iiya mbak."

"Kok gugup gitu sih mas, ini kesempatan emas loh buat mas Yayad kapan lagi coba. Mas Yayad bisa nyobain semua posisi yang udah pernah mas liat di vidio bokep, gimana tertarik?"

"Banget mbak! Tapi ini bukan mimpi kan mbak?"

"Nah gitu dong mas. Bukan mimpi kok ini nyata mas Yayad, bener bener nyata. Bentar lagi mas Yayad bisa wujudin fantasi mas ke aku, tubuh aku milik mas Yayad bukan lagi milik mas Rama bajingan itu. Mas Yayad mau bantu aku kan?"

"Iii iiya iya mbak sa saya pasti bakalll bantu mbak Naya dengan senang hati. Tapi ini dengkul saya gemeter mbak, hhe."

"Ahahaha,, aakhhh emang payah mas Yayad mah. Kalau gitu gimana kalau kita pemanasan dulu mas!"

"Pemanasan? Ngapain itu mbak?"

"Ikut aku deh mas, kita nyari lorong yang sepi!"

"Mau ngapain mbak?"

"Ya pemanasan mas! Udah ayo ikut!"

Aku dan mas Yayad pergi meninggalkan resto cepat saji tersebut. Berkeliling melihat situasi dan kondisi. Kami berjalan mengitari lorong lorong toko dan outlet pakaian. Cafe dan toko elektronik kami lewati.

"Rame ya mas?"

"Iya mbak, kan weekend juga sekarang pasti rame."

"Maju lagi deh mas, semoga disana sepi!"

"Yaudah mbak ayo."

Kami berjalan lagi mengitari lorong lorong mall, menyusuri setiap lantainya. Sampai akhirnya ada satu lorong yang kebetulan sepi, beberapa toko dilorong ini tertutup.

"Mas sini! sepi disini."

"Mau ngapain sih mbak, malah ngajak ke tempat sepi gini?"

"Mau wujudin keajaiban yang mas Yayad pengen! Tapi ini baru pemanasan ya."

"Kita ngumpet di pot bunga ini aja mas."

"Lah malah main petak umpet mbak."

"Diem ih, cerewet!"

Aku menarik tangan mas Yayad memposisikan tubuhnya di belakang pot bunga yang berukuran besar, setinggi aku kira kira. Cukuplah untuk menutupi tubuh kami dari depan, sementara dari belakang tak terhalang apapun. Tapi memang lumayan jauh jarak kami ke persimpangan lorong jadi mungkin seseorang yang lewat akan samar samar saja melihat kelakuan kami nanti.

Aku kemudian berjongkok didepannya, melonggarkan ikat pinggangnya membuka kancing celana jeansnya lalu menurunkan resleting celananya. Ku sibakkan ke bawah celana dalam mas Yayad, lalu menarik keluar penisnya.

"Ehhh eehh mbak kok... Mbak ngapain mbak? Kok dikeluarin mbak?"

"Udah diem mas, jangan berisik. Nurut aja napa? Ssssttttt...."

"Iii iiiyyaa mbak."

Aku lalu menggenggam batang penis mas Yayad, yang dari awal menciut kini tegak menegang dengan urat urat yang keluar di sekeliling batangnya. Ukuran nya standar saja sedikit lebih besar dibanding milik mas Rama, tapi ya itu uratnya bikin aku sange. Kepala penisnya juga besar mengkilat lagi, uuhhhhh.

Ku kocok perlahan dengan tangan kananku, memberikan rangsangan kepada penis mas Yayad yang ku yakin sudah ereksi secara maksimal. Ku ralat sedikit pernyataanku tadi, ternyata semakin kesini ukurannya berubah kian membesar dan memanjang. Hebat mas Yayad ini, aku tergocek oleh juniornya. Ehhh apa ini udah senior ya, besar soalnya hihi.

"Enak kan mas?"

"Enak banget mbak."

"Enak mana sama tangan mas sendiri atau sama aku?"

"Enakan sama tangan mbak lah, kulitnya halus mbak. Aaahhhh."

"Ini apa sih mas namanya, burung kan?"

"Jangan panggil dia burung mbak, panggil dia kontol!"

"Uuhhhh, kontol ya mas? Kontol mas gede banget tau, ganteng lagi banyak uratnya."

"Mbak Naya suka?"

"Suka banget mas, bikin aku sange!"

"Kalau mbak suka ambil aja buat mbak Naya, aaahhh."

"Bener ya mas, kontol ini punyaku sekarang?"

"Iya mbak, kontol aku punya mbak Naya sekarang. Kencengin lagi mbak! Enak... Aahh."

"Aku kasih yang lebih enak ya mas."

Mas Yayad hanya diam menatapku, aku mendekatkan bibirku lalu mengecup kepala kontol mas Yayad.

"Cccuuppppp...."

Mataku lalu memandang ke wajahnya, mas Yayad menutup mata menghayati kenikmatan yang terus ia rasakan. Ku ciumi berulang dikepalanya ku jilat lubang kencingnya seperti menjilat eskrim.

"Aaaarrrgggkhhhhh.... Mbak enak mbak geliiii..."

"Iya mas, nikmatin aja!"

Lidah ku terus bermain di kontol besarnya, kini aku mulai menjilati keseluruhan batangnya. Dari pangkal sampai ujungnya tak ada bagian yang kulewati, lidahku merasakan urat urat yang membentang nyata di sekujur batang kontol mas Yayad. Aku dibuat sange oleh kontolnya. Cairan kewanitaanku ku rasakan mulai merembes keluar. Vaginaku mulai basah, aku horni karna kontol mas Yayad.

Mulutku aku buka, perlahan menelan masuk kontol mas Yayad, kepalanya sudah tenggelam di mulutku menyusul batangnya yang lumayan panjang. Tak sampai masuk seluruhnya, ini baru permulaan. Aku belum terbiasa. Kutarik lagi mulutku kebelakang lalu ku majukan kembali kedepan, begitu seterusnya.

"Hhhmmmpphhh... Eemmhhhhh... Hhmmmpphh..."

"Ssluurrrppp... Sslluuuurrpppp...."

"Aaaahhhhh...."

"Enak mbak.... Kontol saya enak banget disepong mbak Naya."

"Kontol mas juga enak banget, beda sama punya mas Rama. Aku suka kontol mas Yayad."

"Hhhmmmppphh.. aaahhhh..."

"Hhookkkksss.... Hoookkkssss..."

"Aaakkkkkkkkhhhhh."

"Sssllrrupppp... Sluurrpppp...."

Sedang enak enaknya menikmati kontol mas Yayad, ia melihat dua orang berbelok di persimpangan lorong berjalan ke arah kita.

"Mbak, mbak... Stop mbak! Udah mbak ada yang jalan kesini."

"Ehhh mana mas?"

"Itu di belakang mbak, dua orang."

Aku menoleh kebelakang melihatnya, benar saja sepasang manusia mungkin sepasang kekasih berjalan mendekat ke arah kami. Masih cukup jauh sih, tapi ini membuat permainan kami berakhir. Aku berdiri mencoba menghalangi mas Yayad yang kontolnya masih tegak mengacung diluar celananya.

"Mas masukin dulu itu kontolnya!"

"Susah mbak, masih keras gini dimasukin. Gak bisa ditekuk, sakit mbak!"

"Yah gimana dong? Tutupin pake baju mas aja, tarik kebawah!"

"Ii iya mbak."

Mas Yayad lalu menarik ujung bajunya menutupi kontol panjangnya yang masih tegak mengacung.

Aku mengambil hp dari tas kecilku, berpura pura memainkannya. Mas Yayad juga demikian.

Dua orang itu melewati kami, melihat kesamping ke tempat kami berdiam diri. Aku dan mas Yayad melihat mereka juga, kami berempat saling bertatapan saling melempar senyuman. Senyuman canggung seperti orang salah tingkah. Tapi mataku kemudian melihat mata mereka yang menurunkan pandangannya, tepat ke arah selangkangan mas Yayad.

Aaakkhhh shittttt, mereka menyadari itu rupanya kepala gesper yang masih menjuntai, resleting yang masih membuka serta baju yang menonjol ke depan menutupi sesuatu. Pasti terlihat jelas oleh mereka. Untungnya mereka tidak menggubris kami, mereka terus melangkahkan kakinya. Tapi yang kulihat mereka berdua saling berbisik dan kemudian tertawa. Aku yakin mereka membahas kami, duh malu rasanya ketahuan seperti ini. Meski mereka tak melihat secara langsung ketika kami melakukan itu.

"Mas, mereka tahu deh kayanya!"

"Iya mbak, mereka sadar ternyata!"

"Ya gimana nggak mas, mereka lihatin itu tuh! Masih ngacung nantangin gitu, hihi."

"Hehe, susah mbak masukinnya, sakit kalau dipaksa. Deg degan tau mbak!"

"Iya mas sama aku juga, untungnya mereka cuma liatin doang."

"Ya mereka kan masih remaja mbak, gak berani deh kayanya sama kita. Beda cerita kalau yang mergoki kita orang tua, habislah kita mbak diceramahi."

"Iya ya mas, syukur deh kalau gitu."

"Terus ini kontolku gimana mbak nasibnya?"

"Kuat banget sih mas, hampir ketahuan kok masih tegang aja."

"Hhe, iya nih mbak gatau saya juga makin tertantang malah makin tegang."

"Harus dikeluarin ya mas?"

"Kayanya sih gitu mbak."

"Mau lanjut aja? Tapi gak nyaman mas, ntar ketahuan lagi malah kehambat lagi. Terus aja gitu! Emang mas udah kerasa mau keluar?"

"Masih lama sih mbak kayanya, belum ada tanda tanda soalnya hhe."

"Uuhhhh, perkasa deh kontol mas Yayad." Sambil tanganku menoel kepala kontolnya.

"Yaahhh mbak malah ditoel, makin bangun jadinya mbak!"

"Yyaaaahhhhh, kok gitu sih mas hihi. Lucu deh. Lanjut dirumah aku aja deh mas, biar all out. Disini kan nanggung sayang si Yayad junior ini kalau ngga memperlihatkan kemampuan terbaiknya."

"Yaudah deh mbak, ayo aja saya mah ngikutin apa kata majikan."

"Iiihhhh apa sih mas kok majikan, bukan itu tapi calon istri!"

"Calon istri???"

Raut wajah mas Yayad seakan tak percaya mendengar apa yang aku katakan. Alis nya mengkerut matanya seakan heran dengan kata 'calon istri'. Aku hanya tersenyum padanya.

"Udah ah mas, ayo pulang aja!"

"Ehh bentar dulu mbak, tak masukin dulu ini kontol saya. Aaarrrggghhhh.... Ngilu mbak lagi tegang tegangnya dimasukin ke celana."

"Hihi kasian, sabar ya nanti dirumah kamu bakal terbebas sebebas bebasnya. Memek sama bool mbak, mbak kasih buat kamu Yayad junior!"

"Emmmmpphhhh???????"

Lagi lagi raut wajahnya penuh dengan tanda tanya, mas Yayad mas Yayad lucu deh, aku jadi makin suka.

"Udah ayo mas!"

"Iya mbak, disletingin dulu ini. Kan kalau terbang bahaya, bakal kabur gak ada lagi saya, hhe."

Aku hanya tersenyum mendengarnya. Kini aku semakin tertarik pada sifat humorisnya yang sejenak melupakanku pada masalah yang saat ini tengah ku alami. Kami berjalan menuju parkiran motor. Mas Yayad mengendarainya keluar dari mall ini.

"Udah gelap aja nih langit mbak!"

"Iya mas gak kerasa ya."

"Kita pulang ke rumah mbak aja?"

"Iya mas, kita balas dendam dirumahku aja."

"Oke mbak, siap."

Kami melajukan kembali motor yang kami kendarai. Tak sengaja aku melihat kata hotel yang terpampang di pinggir jalan, ku lihat bangunannya yang tinggi menjulang dengan balkon yang terbuka. Terpikir sebuah ide cemerlang di otakku.

"Mas mas mas, berhenti sebentar mas!"

"Kenapa mbak?"

Mas Yayad pun menepikan motornya ke pinggir jalan, kami berhenti sejenak.

"Kita check-in di hotel aja ya mas, aku baru kepikiran kalau kita ngelakuinnya dirumah takutnya mas Rama nanti malah datang ngelabrak kita. Kan malah bahaya."

"Lahhh iya bener juga mbak. Ntar pas lagi enak enaknya nggeeewwee, malah kedatangan dia."

"Kok bilang ngewenya pelan gitu sih mas?"

"Hhe malu mbak."

"Apa sih mas, masih malu aja. Liatin kontolnya ke aku aja gak malu, masa bilang ngewe malu malu gitu?"

"Hehe, emang kita beneran mau ngewe mbak? Saya deg degan loh ini mbak gak percaya."

"Beneran dong mas, kan udah aku bilang satu satunya cara balas dendam terbaik ya. Aku selingkuh juga terus ngewe deh sama selingkuhan aku, yaitu mas Yayad."

"Wwwaaahhhh, aku gak nyangka mbak padahal kita baru ketemu tadi terus bakal dikasih yang enak dari mbak. Makasih ya mbak! Mbak baik orangnya."

"Hhheeemmm, jadi terharu. Iya sama sama mas, pokoknya aku milik mas sekarang, dan mas milik aku juga. Aku mau buktiin ke mas Rama kalau aku juga bisa."

"Iya mbak."

"Ehhh bentar deh, aku belum tahu mas Yayad tinggal dimana?"

"Saya ngekost mbak di daerah pinggiran kota ini, bareng temen saya berdua."

"Ohhh ngekos toh, kirain tinggal dirumah. Apa kita eksekusinya di kosan mas Yayad aja?"

"Ja ja jangan dong mbak, bisa geger nanti satu kosan saya kalau saya bawa mbak terus ngewe disana. Nggak deh mbak bukan ide yang bagus itu!"

"Yeeee justru bagus kalau bikin geger mas, siapa tau viral nanti hihi!"

"Iya kalau viral doang, kalau akhirnya sampai diarak keliling kampung sama warga sambil telanjang kan... Ahhh gak kebayang deh mbak, jangan deh mbak jangan disana!"

"Iya deh iya, tapi nanti kapan kapan aku main kesana ya mas. Kenalin aku sama temen mas itu, siapa tau bisa jadi partner kita buat threesome. Ya kan?"

"Udah gila mbak Naya ini! Speechless saya mbak. Kita pikirin nanti deh mbak soal itu. Saya pengen nikmatin tubuh mbak sendiri dulu, boleh kan?"

"Waahhhh, gitu dong mas. Itu yang aku tunggu dari tadi loh, boleh dong boleh banget mas Yayad!"

"Hhe, mau di hotel mana emang mbak?"

"Heeemmphh, dimana ya? Yang diseberang itu bagus sih mas ada balkon terbukanya kita pilih lantai yang atas. Terus nanti ngewe di balkonnya mas hehe.

"Busettt dah, yakin mbak! Mbak doyan eksib ya?"

"Yakin dong mas, biar seru aja! Kayanya semenjak bareng mas Yayad jiwa eksibku muncul deh mas."

"Wiiihhh keren mbak Naya, cewek eksib juga ternyata."

"Mas suka sama cewek yang suka eksib?"

"Emmm gimana ya jelasinnya, kalau liat bokep sih salah satunya itu yang saya cari mbak, cewek eksib."

"Aaaahhhhh, beneran cocok deh kayanya kita mas. Coba yuk mas! Kita muter muter dulu keliling jalan ini. Kita coba eksib mas!"

"Mbak mau ngapain emang?"

"Kocokin kontol mas sambil motornya jalan, gimana?"

"Boleh deh mbak, kita coba saya juga penasaran."

"Ayo mas, let's go......"

"Gaskennnn mbak."

Mas Yayad melajukan motornya kembali, ia menyetujui ide ku untuk mengocok kontolnya sambil mengendarai motor. Hari sudah gelap, semoga saja ideku ini berjalan lancar toh tidak akan terlalu terlihat oleh pengendara lainnya. Jalanan pun tidak seramai tadi sore, malam ini sudah terpantau lengang sepengelihatanku.

Tanganku melonggarkan ikat pinggangnya, membuka kancing, lalu menurunkan resletingnya. Menarik keluar kontol mas Yayad yang sudah tegang saja tapi belum sempurna tentunya. Tubuhku semakin dekat dengan tubuhnya, bahkan kini payudaraku menempel di punggungnya. Dan daguku ku senderkan di bahu kanannya, mesra deh pokoknya hihi. Dengan perlahan motor yang kami kendarai melaju di lajur paling kiri. Beberapa motor mendahului dan tak ada yang peduli dengan kelakuan kami, aman!"

"Uuukkhhhh... Enak mbak, deg degan tapi. Kalau ada yang liat buru buru tutupin ya mbak!"

"Iya mas aman. Mas aku mau nanya sesuatu!"

"Apaan mbak?"

"Mas rela nggak sih kalau pasangannya dipakai juga sama orang lain? Sebatas main aja gak pakai hati."

"Emmphhh, gimana ya mbak jawabnya. Saya belum kepikiran sampai sejauh itu mbak. Ini aja saya belum ngerasain gimana rasanya ngewe. Belum ngerasain nikah, belum ngerasain berumah tangga, belum ngerasain hidup berdua sama pasangan saya. Belum kepikiran deh mbak kalau kearah sana."

"Oke deh mas kalau gitu!"

"Sempet kepikiran sih buat cuckold kalau udah nikah nanti hehe pengaruh bokep mbak, tapi ya itu kuncinya kan ada di istri saya. Kalau dia mau ya berarti bakal terlaksana keinginan saya mbak! Mbak tahu arti cuckold kan?"

"Waaaahhhhh, emang semesta bener bener ngedukung kita mas. Aku jadi ada kesempatan buat jadi cewek yang lebih eksibisionis lagi. Tahu dong mas, kan yang aku inginin juga itu maksudku juga kesitu. Bantu aku wujudin ya mas, nanti!"

"Iya mbak, saya ada buat mbak kok sekarang."

"Aaahhhhh, makasih mas Yayad."

"Aakkhhhh... Di remes gitu palkon nya, kasian Yayad junior kesakitan mbak."

"Abisnya gemes deh sama palanya si Yayad junior ini, bikin aku sange mas!"

"Mas mau megang susu aku nggak?"

"Hahhhhh? Gimana caranya mbak?"

"Tangan kiri mas kebelakangin coba, terus remes susu aku mas!"

Mas Yayad kemudian melakukannya, ia menarik tangan kirinya kebelakang lalu hinggap di payudara kiriku. Tangannya mulai meremas dengan perlahan, konsentrasinya masih tetap terjaga. Antara mengendarai motor, kocokanku dikontolnya juga remasan tangannya di payudaraku.

"Uuuhhhh mbak kenyal banget susu mbak."

"Aaaahhhhh, iya mas terus remesin susu aku!"

"Tapi kaya gak ada penahannya mbak ini."

"Iya gitu mas? Coba cek sendiri deh mas, aku lupa pakai atau nggak, hihi."

Lalu tangan mas Yayad mencoba masuk ke dalam tanktopku, dan berhasil menyentuh kulit payudaraku secara langsung untuk yang pertama kali. Jarinya menyentuh putingku.

"Aaahhhh mbak ini ya bener bener deh, saya gak nyangka loh mbak gak pakai bh. Nggak ngeh dari tadi."

"Hehehe, remes terus mas susu aku!"

"Aaaahhhhh... Enak masssss...."

"Mas?"

"Hahhh? Apa mbak?"

"Ada lagi loh yang bakal bikin mas lebih gak nyangka!"

"Heeemmm???"

Tangan kiriku membimbing tangan mas Yayad turun ke bawah untuk menyentuh kulit vaginaku, dan........

"Astaga mbak, mbak gak pake celana dalem juga! Niat banget sih mbak, jalan jalan di mall tapi gak pake daleman. Pake rok sependek itu lagi, mbak cewek binal deh. Cewek binal yang suka eksib! Udah basah gini mbak, daritadi ya?"

"Hihihi iya mas dari pas nyepong kontol mas, udah mulai basah memek aku. Aku binal ya mas? Setelah benci sama mas Rama gatau kenapa sifat liarku muncul gitu aja mas."

"Ya mungkin udah waktunya aja mbak, dan benci sama mas Rama yang jadi pemicunya. Dan saya yang jadi partner eksibnya mbak. Ahahahahaha."

"Hihihi iya juga ya mas, jadi partner terbaik aku ya mas Yayad!"

"Pastinya mbak, apa sih yang nggak buat mbak Naya."

"Iiihhhh so sweet...."

Aku mencubit hidung mas Yayad, gemes dengan keromantisannya.

"Mas motor yang dibelakang kayanya curiga deh sama kita!"

"Iya kah mbak? Coba liat cewek atau cowok mbak!"

"Cewek mas, sendirian pakai hijab dia. Ukhti solehah kayanya mas. Mas pelanin motornya sebelahan sama dia!"

"Oke mbak."

Mas Yayad memelankan motornya hingga motor kami bersebelahan dengan motornya. Lalu aku dengan nekat.....

"Mbak mau nggak?"

Aku melirik ke arah pengendara cewek itu dan menawarkan kontolnya mas Yayad kepadanya. Cewek itu pun melihat ke arah kontol mas Yayad dan berkata.

"Astaghfirullah kalian, apa yang kalian lakukan. Udah gila apa ya, dasar!!!

Tapi matanya terus melihat ke arah kontol besar dan panjang milik mas Yayad sambil sesekali melihat lurus ke jalan. Aku tetap mengelus elus batangnya, sesekali ku gerakan ke atas dan ke bawah.

"Besar loh mbak, panjang lagi. Yakin gak mau? Gratis deh buat mbak mah!"

"Iiihhh dasar pasangan mesum gila! Kalian gila...."

Bbbreeemmmmm, ngggeeeennngggg.......

Cewek itu menarik gas motornya melaju lebih cepat meninggalkan motor kami berdua.

"Seru ya mbak ternyata."

"Iya mas, menantang adrenalin kita. Tadi liatkan mas matanya ngeliatin kontol mas terus, pengen deh dia kayanya, ahaha."

"Hehe iya mbak, tapi gak mungkin ah orang dia hijaban gitu pake gamis lagi. Pasti solehah orangnya yang ada malah jijik sama kelakuan kita tadi."

"Iya deng mas, mas mau lanjut atau kita langsung ke hotel aja?"

"Lanjutin bentaran deh mbak, mumpung sepi juga jalanannya."

"Oke deh mas, mas colmekin aku lagi dong udah sange ini!"

"Siap mbak, laksanakan."

Tangan kiri mas Yayad kembali menggerayangi vaginaku, di elus elusnya bibir vaginaku. Klitorisku di toel toel oleh jarinya.

"Hhhhmmmpppphhh.... Mas aaahhhh.... Sssttttt... Enak mas.... Jadi makin sange aku mas...."

"Nikmatin mbak, nikmatin aja...."

"Iya mas, aaaahhhhhhh...."

"Ehhh mbak, liat deh motor didepan! Motor cewek tadi kan?"

"Iya mas, iya cewek yang tadi itu. Kok ngelambat yah, ngeliatin spion terus ke belakang! Apa dia nungguin kita mas?"

"Bisa jadi sih mbak, kita deketin yah! Mbak goda terus siapa tahu emang beneran mau dia."

"Iya mas."

Mas Yayad menghampiri motor cewek itu, motor kami kini ada disebelah kanannya berdampingan dengan kecepatan pelan.

"Nungguin kami ya mbak?" Mas Yayad bertanya lebih dulu.

"Ehhhh, eeuuuhhh itu itu eeuhhhh. Nggak kok, ngga."

Lain dengan jawaban di mulutnya, matanya terus melihat ke arah kontol mas Yayad. Sepertinya dia memang tertarik.

"Jujur aja mbak, mbak mau ini kan?" Tanganku mengocok kontolnya mas Yayad dengan gerakan cepat.

"Aaahhhhhh.. kalau mbak mau saya kasih buat mbak!"

Dia tidak menjawab apapun, mungkin dia sedang berpikir. Lalu tiba tiba ia menepikan motor nya dan berhenti. Mas Yayad mengikutinya berhenti tepat disebelahnya tanpa jarak.

"Pegang aja mbak kalau mau, aku ijinin kok. Ayo mbak!"

"A a akk akuu, sebenarnya penasarannnnn. Bobboleh aku pegang?"

Dengan gugup dan terbata bata dia mengucapkan itu, terlihat dari wajahnya yang penasaran dan sebuah keinginannya untuk memegang kontol. Mungkin ini yang pertama baginya. Entahlah aku ya nebak nebak aja, hehe.

"Boleh dong mbak, pegang aja mbak aku ijinin kok."

"Iya mbak, sok aja di pegang kontol saya malah seneng kalau dipegang sama cewek cantik. Solehah lagi kaya mbak ini."

"Bisa aja mas Yayad ini, gombalin cewek lain didepan ceweknya sendiri."

Ku cubit lagi hidung mas Yayad, kali ini lebih kencang dari yang tadi. Lalu tangan kanan si cewek mulai mendekati kontol mas Yayad dan haaappp jarinya mulai menyentuh, telapak tangannya mencoba menggenggam. Tangannya yang mungil tidak cukup besar untuk menggenggam seluruhnya, tapi ia coba gerakan ke atas dan ke bawah mengocok kontol mas Yayad meski dengan gerakan perlahan.

Beberapa motor dan mobil melintas disebelah kami, jalanan yang luas dan dibatasi marka jalan ditengahnya menjadikan mereka tidak peduli dengan kami. Baguslah kami jadi leluasa melakukannya.

"Besar ya mas?"

"Mbak suka?"

"Ii iiya mas a aa akkuu sukkaaa..."

"Kalau mbak pengen lebih, boleh kok mbak. Mbak pengen nyepongin mungkin!" Aku menawarkannya.

"Apa boleh, apa aman juga mbak kalau disini?"

"Boleh dong mbak, kontol mas Yayad milik mbak juga sekarang. Kita pindah ke trotoar aja didepan yang ada pohon besar itu, ketutupan kan dari jalan. Aman kayanya deh."

"Ii ii ya mbak."

"Boleh tuh, ayo." Mas Yayad menyetujui.

Kami bertiga memajukan motor menaiki trotoar jalan. Memarkirkan nya di belakang pohon besar yang menutupi kami dari jalanan. Dengan keremangan lampu jalanan menambah suasana yang lebih intim. Aku kemudian menghampiri cewek itu lalu berkenalan.

"Kenalin aku Naya mbak, dan ini mas Yayad, pacarku."

"Aku Indah mbak, mas."

"Mbak Indah habis pulang kerja, kuliah atau main?"

"Tadi habis dari kajian mbak."

"Owwwhhhh, cewek muslimah ya mbak Indah ini?"

"Waaahhhh mas Yayad dapet ukhti alim nih!"

"Eemmm, aku gak sebaik itu kok. Aku ya punya sisi gelapnya juga mbak, mas!"

"Iya mbak aku paham kok sebagai sesama wanita."

Mas Yayad bersender di jok motor membelakangi jalan. Aku berdiri disebelah kirinya, sementara mbak Indah disebelah kanan mas Yayad berdiri disamping motornya.

"Ayo mbak, kocok lagi aja gak usah malu kontol saya punya mbak malam ini!"

"Iya mbak ayo, puasin kontolnya mas Yayad."

Mbak Indah ini malu malu tapi mau, gesturnya bagaikan akhwat alim yang sedang berbicara dengan ustadznya. Kepalanya menunduk taat, tapi tangannya tetap saja penasaran ingin memegang.

Mbak Indah bergerak merubah posisinya, kini ia berdiri di depan mas Yayad. Tubuhnya sedikit ia bungkukkan saat tangannya menggenggam kontol mas Yayad. Ia gerakan maju mundur dengan tempo cepat berbeda dari sebelumnya yang masih perlahan. Mungkin dia sudah belajar dan paham.

"Aaahhhh enak mbak kocokan mbak Indah, terus mbak lebih kenceng lagi mbak."

"Iii iiya mas, ini aku kencengin."

"Mbak Indah pengen nyepongin kontol mas Yayad gak?"

"Iya mbak Naya, se sebenernya aku juga penasaran mbak, temen temen ku sudah pernah mencobanya mbak."

"Nahhh kebetulan kan, sekarang waktunya mbak Indah buat coba."

"Tapi aku gak tau caranya mbak!"

"Tenang mbak Indah, biar mbak Naya yang ajarin caranya."

"Iya mbak, biar aku yang contohin. Mbak ikutin cara aku ya!"

"Iya mbak Naya."

Aku kemudian berjongkok, didepan mas Yayad. Mbak Indah disamping kiriku ikut berjongkok juga. Sementara mas Yayad melihat ke kiri dan kanan memastikan keadaan aman. Aku mulai memasukan kontol mas Yayad ke dalam mulutku, kepala kontolnya ku cium, kusedot seperti permen lolipop. Batangnya kujilati seperti eskrim. Selanjutnya ku masukan seluruh batangnya ke dalam mulutku hingga kulit kepala kontolnya menyentuh dinding terdalam ruang mulutku. Aku hampir muntah karenanya, tapi tidak itu mungkin hanya perasaanku saja karena belum terbiasa.

"Ayo mbak giliran mbak Indah!"

"Iya mbak Naya. Aku coba ya. Mas Yayad ijin ya!"

"Iya mbak Indah silahkan, gak harus sama kaya mbak Naya tadi mbak. Senyamannya mbak Indah aja."

"Iya mas."

Bibir mbak Indah mulai mengecup kepala kontol mas Yayad, dijilatinya lubang kencing mas Yayad. Lalu mulai mengulumnya perlahan.

Cuuuuuppppp.... Muuaaaccchhhhh.....

Ssllluuurppppp.....

Tangan kanannya aktif mengocok batang panjang kontol mas Yayad, sementara lidahnya menari nari di kepala kontolnya lalu dilanjutkan dengan menjilati batang kontol mas Yayad. Dimasukkannya lebih dalam ke dalam mulutnya, sampai wajahnya memerah ku lihat.

Aaarggghhhh.... Hhhhooookkkksss.... Hhhoookkss...

Mmmpppphhhhh.... Aarrghhh....

Dengan cukup intens mbak Indah melakukan itu, boleh boleh nih mbak Indah ini baru aja diajarin udah jago lagi aja bisa kalah nih aku. Mbak indah terus melakukannya ia seperti kesetanan, ia tak nampak seperti ukhti solehah yang telah mendengarkan kajian. Ia seperti wanita murahan yang haus akan kontol.

"Aaahhhh enak banget mbak sepongannya, mbak Indah udah jago aja. Kontol saya gak tahan mbak, udah pengen keluar ini, terus mbak terus yang cepet. Aaaahhhhhh...."

"Iya mas, sluurrrpppp... Sluuurrpppp... Hhookkksss.. aaarggghhhhh..... Aahhhh ..."

Bayangkan saja apa yang dirasakan oleh mas Yayad, ia pasti keenakan luar biasa. Dihadapannya tepat ada dua wanita yang penampilannya sangat jauh berbeda bagaikan langit dan bumi. Yang satu memperlihatkan pusar dan pahanya dan yang satu dengan hijab dan gamisnya. Sungguh kontras sekali.

Surga dunia yang sesungguhnya sedang dinikmati oleh mas Yayad, aku yakin itu!

"Mbak Indah, aaakkuuu kkkellluuarrrrrrr mbak!"

Cccrrroootttttt.... Cccrrtoooott... Cccrrrrrooootttt...

Mas Yayad mengarahkan kontolnya ke wajah mbak Indah, seketika itu juga kontolnya memuncratkan spermanya diatas wajah cantik nan agamis mbak Indah. Sperma kental putih bersih yang banyak sekali melumuri hampir seluruh wajah mbak Indah. Sampai sampai matanya sulit untuk membuka terkena lelehan sperma.

"Aaahhhh enak mbak...."

"Mas Yayad ini gimana sih muncratnya sembarang banget, main buang di muka aja. Liat tuh jadi berlumuran sperma mukanya mbak Indah!"

"Eehhh ehhh iya mbak Indah maaf mbak, abisnya gak tahan saya mbak. Hhe maaf ya mbak saya kelewatan."

"Iya mbak Indah, maafin mas Yayad ya. Sini aku bantu bersihin mbak pake tisu."

Aku mengambil tisu di tas kecilku, lalu membantu membersihkan sperma yang ada diwajah mbak Indah.

"Hihi iya gapapa kok mas Yayad, ini kan buat pengalaman aku juga mas."

"Hhe makasih ya mbak."

"Dasar mas Yayad ini, hhhuuuuuu."

"Apa sih mbak Naya ini, mbak Indah juga udah maafin kok."

"Iya mbak Naya, gapapa kok aku suka malahan."

"Tuh kan, mbak Indah aja suka. Hhhuuuuu."

"Iya deh iya, sudah bersih mbak Indah, sudah cantik lagi mukanya hihi."

"Makasih ya mbak Naya sudah bantu bersihkan."

"Iya mbak sama sama."

"Sudah malam ini, aku pamit pulang dulu ya! Makasih banyak buat kesempatannya, aku gak akan lupain ini. Makasih mbak Naya, mas Yayad, sekali lagi makasih."

"Iya mbak, ehhh bentar mbak. Mbak catat nomorku ya siapa tahu mau lebih lagi dari sekedar nyepongin kontol mas Yayad. Ini nomornya 0821 xxxx xnxx."

"Baik mbak Naya."

"Kita juga mau lanjut ke hotel mbak, aku udah sange ini pengen ngewe sama kontolnya mas Yayad hihi."

"Kalau mbak Indah ketagihan dengan kontol saya atau mau gabung mungkin, hubungi nomor yang tadi aja ya mbak!"

"Iya mas Yayad, nanti aku kabari. Kalau gitu aku pamit duluan ya mbak Naya, mas Yayad. Assalamualaikum..."

"Iya mbak Indah, waalaikumsalam hati hati dijalan ya mbak, selamat sampai rumah."

"Iya, dadah."

Mbak Indah pun pergi melajukan motornya meninggalkan kami. Meninggalkan juga pengalaman baru yang kami alami, sungguh luar biasa kejadiannya begitu cepat dan sangat mendadak. Tapi itu terasa nikmat!

"Beruntung kamu mas, udah dipuasin sama ukhti solehah yang binal."

"Hehehe jangan cemburu dong mbak, aku kan ga sengaja. Cepet banget kejadiannya, gak nyangka juga padahal tadi awalnya cuma iseng. Ehhh malah dicobain beneran hhe."

"Aku gak cemburu kok mas, malah ikut seneng liatnya. Seru tau liat cewek gamis berhijab, tapi nafsu birahinya tinggi ngalahin aku yang pakai baju seksi gini."

"Iya ya, kadang kita memang gak boleh nilai orang itu dari luarnya ajah. Penampilan kadang suka menipu."

"Udah ahhh udah sange aku mas, ke hotel aja yuk!"

"Ayo! Hotel yang tadi mbak?"

"Iya mas yang tadi aja, bagus sih kayanya."

"Oke deh."​ Kami berdua melajukan motor ke arah hotel yang kami lihat tadi. Sesampainya didepan, kami memarkirkan motor diparkiran hotel. Lalu berjalan ke lobby dan memesan ruangan di resepsionis untuk check-in selama satu malam. Aku yang mengurusnya, sementara mas Yayad duduk di ruang tunggu lobby hotel.

Setelah beres dengan pembayarannya, aku diberikan kunci berupa kartu akses. Kupilih ruangan di lantai sepuluh, cukup tinggi pikirku. Aku ada rencana untuk bermain di balkon hotel ini tentunya, jadi dilantai setinggi itu kurasa aman dan tidak diketahui oleh pengguna jalan yang lewat didepan hotel ini.

Kami berdua pergi menuju kamar, menaiki lift dan berhenti di lantai sepuluh. Kamar 619, ini dia. Aku membukanya lalu buru buru ku rebahkan tubuh ini diatas kasur, lelah rasanya menjalani hari ini. Mas Yayad menyusul berbaring disampingku.

"Cape ya mbak?"

"Iya mas lelah banget hari ini. Mas mau mandi? Aku mau mandi dulu soalnya gerah banget badan aku."

"Ada air anget nya gak sih mbak? Gak biasa saya mandi air dingin jam segini, ntar malah masuk angin lagi terus gak jadi ngewe. Yaaahhhh hhe."

"Aman mas, aku pilih yang Suite Room kok. Fasilitasnya lengkap!"

"Ohhh oke mbak, mbak duluan aja. Aku mau rebahan dulu hehe."

"Iya mas, aku mandi dulu ya!"

"Iya mbak."

Aku kemudian berjalan menuju kamar mandi, ku perhatikan interiornya. Bagus banget ku rasa, klasik modern jadi satu diruangan ini. Sesuailah dengan harganya, tapi gapapa sih toh gak tiap hari juga kan. Mahal dikit mah gak ngaruh, yang penting nanti ngewe dengan mas Yayad nya nyaman.

Ku buka cardigan dan tanktopku serta rok miniku, kulipat dan kutaruh di atas box meja penyimpanan. Aku harus merapihkannya karna aku tak membawa baju ganti. Ini bakal ku pakai lagi waktu pulang nanti.

Ku nyalakan shower, air hangat mengucur dari sana.

Segar rasanya, badanku serasa rileks diterpa bulir bulir air hangat yang jatuh dari kepala shower. Sedikit lama aku lakukan itu, berdiam diri merenungi akan kelakuanku tadi. Seru rasanya aku kini menjadi cewek eksibisionis, tak malu lagi melakukan hal tabu di tempat umum. Apalagi partnerku mas Yayad juga orangnya asik banget, ia mendukung sifat anehku ini. Bener bener klop kita berdua ini, memiliki pemikiran yang sama tentang seks. Tentang sebuah kenikmatan dalam sebuah tantangan, ya eksib ditempat umum. Mungkin kita berdua akan melakukan hal yang lebih ekstrim lagi dikemudian hari. Ya kita tunggu saja bersama.

Aku kini menyabuni tubuhku, aroma jeruk menghiasi indera penciumanku. Aku suka, rasanya begitu segar di hidungku. Seluruh tubuhku aku sabuni tak ada yang terlewat satu inci pun, vaginaku ku pastikan bersih dan harum. Ini adalah hidangan utama yang akan aku persembahkan untuk mas Yayad. Perawanku akan ku berikan padanya. Aku tak peduli, tubuhku kini milik mas Yayad sepenuhnya bukan lagi milik mas Rama calon suamiku yang nanti akan aku putuskan untuk mengakhiri hubungan bersamanya.

Rambutku juga ku baluri sampo lidah buaya yang begitu wangi dihidungku. Aku berpikir bahwa setiap inci kulit tubuhku harus wangi, aku ingin mempersembahkan yang terbaik untuk mas Yayad di hubungan badan perdanaku dengannya. Kurasa cukup, kubilas semua sabun yang menempel di tubuhku hingga bersih. Heemmm lupa kan, aku menyikat gigiku dulu sebelum keluar dari kamar mandi. Kupastikan nafasku juga wangi dan segar. Ini semuanya buat kamu mas Yayad.

Ku ambil handuk untuk mengeringkan badanku. Lalu ku simpan lagi setelahnya di gantungan. Aku tak memakainya, kini aku bertelanjang bulat di kamar hotel. Biarlah toh nanti juga waktu ngewe kan pasti telanjang juga, mas Yayad pasti akan melihatnya.

Aku menghampiri mas Yayad yang masih terbaring diatas kasur.

"Yaahhh malah ketiduran kan! Gak jadi ngewe dong."

"Mas, mas Yayad.... Bangun mas!"

"Mas, kok malah tidur sih? Aku udah siap ini...."

Tanganku menggoyang goyangkan tubuhnya, berharap ia bangun dengan goncangan yang aku berikan.

"Heyyyy mas Yayad... Banguuunnnnn!"

Aku sedikit berteriak memanggil namanya, dan berhasil. Ia bangun juga akhirnya.

"Hooooaaammmpppphhh..... Maaf mbak ngantuk. Ehhhh udah wangi aja badan mbak. Seksi banget mbak kaya model tau nggak. Udah mah cantik kulitnya mulus putih, susunya mengkel kenyal gitu, memek mbak juga mulus gak ada bulunya. Coba balik badan sebentar mbak! Uuuhhhh pantat mbak juga bahenol gitu mbak, kaya bidadari tahu nggak mbak. Nanti saya tampar pantat mbak yah, hehe."

"Iiiihhhh apaan sih mas bangun tidur malah ngegombal, udah mandi sana! Kita mulai eksekusinya, kita akan balas dendam sama mas Rama! Sana, ayo!"

"Oke mbak. Tunggu ya, mandi saya mah gak lama."

"Yang bersih loh!"

"Iiyyyyaaaaa...."

Aku menunggu mas Yayad mandi, kupikirkan rencanaku untuk eksekusi nanti. Aku akan memfoto dan memvideokan aksiku bersama mas Yayad dan mengirimnya ke mas Rama. Aku penasaran bagaimana reaksinya, apa ia akan marah padaku? Yang jelas aku membencinya saat ini, mungkin untuk selamanya.

Aku mencoba mengirim pesan WA kepada mas Rama.

"Mas Rama dimana lagi ngapain mas?"

Kirim..... Aku kini tinggal menunggu balasan darinya.

Mas Yayad telah selesai dengan mandinya, kini ia bertelanjang juga sama sepertiku. Aku terpaku akan tubuhnya, ternyata tubuhnya bagus tak ku kira diperutnya ada bentuk kotak kotak enam buah yang tampak jelas, perut mas Yayad sixpack rupanya. Otot dadanya, otot lengannya, otot pahanya begitu terlihat di pandangan mataku. Meski tubuhnya tidak besar tapi kekar menurutku, aku suka, aku sangat menyukainya.

"Gitu banget liatnya mbak, aneh kah?"

"Bagus banget mas badan mas, suka olahraga ya mas?"

"Iya mbak lumayan, workout aja dikosan pakai barbel. Kadang jogging juga keliling komplek atau dilapangan. Mbak suka?"

"Suka banget iiihhhh mas, aku gak nyangka mas Yayad punya badan sebagus ini. Eemmm... Ini buat aku kan mas?"

"Iya mbak, badan saya kan sekarang milik mbak Naya."

"Eeeemmmm.. makasih....."

Aku terharu dengan sikap baiknya itu, kami saling memuji akan tubuh indah kami masing masing.

"Langsung aja yuk mas, udah gak tahan. Aku udah sange berat ini!"

"Iya mbak ayo!"

"Kita foreplay dulu ya mas, mas Yayad cumbu aku. Kasih liat ke aku kalau mas jago dengan pengalaman nontonin bokep sejak dini itu."

"Owwwhhh nantangin nih mbak Naya, oke siapa takut. Kita buktikan aja!"

Aku berbaring di atas kasur, mas Yayad menindih tubuhku. Hal pertama yang ia lakukan adalah mengecup bibirku.

Ccuuuupppss... Cupppss.. ccuuppss...

Kini ia bergerak ke bawah dileherku, di kecup juga leherku diendusnya dengan tarikan nafas yang dalam. Bagian kiri dan kanan ia lakukan secara bergantian. Lidahnya keluar menjilat telingaku, aku merinding merasakan itu. Sungguh rasa yang melebihi saat aku dicumbu oleh mas Rama dulu.

Leherku juga sama, ia jilati sampai aku merasa kegelian. Tubuhku meresponnya dengan gerakan ke kiri dan ke kanan, mas Yayad tak peduli ia terus menjilati leherku. Sekarang bahuku yang mendapat giliran ia mengecup menjilati sampai air liurnya membekas di kulitku. Bergerak kesamping tepatnya di ketiakku. Tangannya mengangkat lenganku ke atas, hidungnya kini ia tempelkan di ketiakku mengendusnya dalam dalam lalu mulai menjilatinya.

Tak pernah kurasakan ini sebelumnya, geli bercampur nikmat terasa di kulit ketiakku. Mas Yayad melakukan itu di keduanya, kiri dan kanan. Puas dengan ketiakku kini ia berpindah ke payudaraku, dengan ganas ia sedot putingnya. Tangannya meremas seperti sedang membuat adonan bolu.

"Aaaakkhhhhh.... Mas...."

Putingku dipelintir oleh jari telunjuk dan jempolnya. Disedot sedot payudaraku hingga menimbulkan bercak kemerahan dikulitku. Kini kepalanya turun ke perutku, lidahnya langsung menjilati pusarku. Geli rasanya. Sampai pada hidangan utamanya, yaitu vaginaku. Ia meregangkan pahaku lebar-lebar, kini vaginaku sudah terpampang dengan jelas dihadapannya. Ia sempat berhenti sejenak, melihatnya dalam dalam penuh penghayatan. Mungkin ia kagum akan bentuknya.

Tangannya mengelus elus bibir vaginaku, jarinya bergerak menekan klitorisnya.

"Ssssssttttttthhh.... Eeemmmpphhhh.... Aahhhh.."

Aku mendesah menahan nikmat yang kurasa. Kini lidahnya tak tinggal diam, ia menjilati vaginaku seperti sedang memakan es krim. Dari bawah ke atas ia jilati kulit vaginaku, kadang lidahnya ditekan mencoba masuk di lubangnya sambil ia gerakan memutar ke kanan dan ke kiri.

"Aaaahhhhhh mas enak banget memekku mas.... Terusin mas aku gak tahan.... Mas enak banget...."

Aku mendesah dengan keras menikmatinya. Mas Yayad terus saja menjilati lubangnya, daging merah muda yang segar itu membuatnya bernafsu. Kini tangan kanannya ikut bermain, ibu jarinya kurasakan mengelus elus lubang pantatku menambah kenikmatan dalam diriku. Sementara tangan kirinya sudah bermain di biji klitorisku sejak tadi.

Sungguh nikmat yang luar biasa kurasakan, padahal ini baru awal permainan. Ini baru foreplay saja, bagaimana dengan nanti ketika penetrasi mungkin aku akan kelelahan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Mas Yayad memang jago menurutku, sangat sangat jago. Ia bisa mengkombinasikan titik titik syaraf yang membuat libidoku semakin memuncak.

Seperti sekarang ini, aku sudah tak tahan lagi. Orgasmeku akan datang, aku sudah tidak kuat menahannya.

"Ooouughhhh... Mas Yayad aku udah gak tahannnn mas... Aku mau keluarrrrrr ghhhh.... Masss aaakkku kkkeelllluuuuaaaarrrr......."

Mas Yayad mengangkat kepalanya dan berhenti menjilati vaginaku, sementara tangan kirinya terus mengelus elus klitorisku dan tangan kanan nya membuka lubang vaginaku.

Cccrrrttttttt.... Cccrrtttttt.... Cccrrrtttttt.... Ssrrrrrrr..

Cairanku menyembur dengan derasnya berkali kali. Ini sungguh luar biasa, tubuhku mengejang. Pinggulku bergerak liar tak mampu kutahan. Kepalaku menoleh ke kanan dan ke kiri merasakan kenikmatan. Aku lelah setelahnya, aku terbaring lemas tak berdaya, nafasku berat dadaku naik turun. Rambutku acak acakan tak berbentuk.

Mas Yayad kemudian menjilati sisa sisa cairan orgasme di vaginaku.

"Eeemmmmpphh.. enak mbak gurih hehe."

Aku tersenyum mendengarnya. Ia kemudian bergeser di samping kiriku ikut merebahkan tubuhnya dengan posisi miring menghadapku. Bibirku dikecup olehnya.

Muuuaaachhhh.....

"Enak ya mbak?"

"Enak banget mas, mas jago banget tau aku gak nyangka loh."

"Yyeeee, pecinta bokep sejak dini kok masih diragukan. Gimana sih, udah jelas jago lah ahahaha."

"Iya deh iya, aku akui mas jago. Jago banget malah. Makasih ya mas."

"Iya mbak."

"Aku capek mas, istirahat bentar ya gapapa kan mas nunggu?"

"Gapapa dong, santai aja mbak waktu masih panjang juga."

Sebenarnya aku merasa tak enak pada mas Yayad, tapi mau gimana lagi badan ini terasa sangat lelah. Aku lemas selemas lemasnya, sampai aku merasa ngantuk dan mulai tertidur.

Aku terbangun dan melihat jam dinding, sudah jam tiga pagi ternyata. Bodoh kenapa aku sampai ketiduran. Aku melihat mas Yayad tidur terlentang disampingku, nafasnya teratur. Nyenyak pasti.

Aku turun dari kasur, aku merasa haus lalu mengambil air dan meminumnya. Tak lama kurasakan air seniku ingin keluar, aku kencing dulu dikamar mandi dan kembali lagi ke kasur.

Kalau nunggu pagi gak bisa ngewe di balkon dong nanti keburu terang. Kuputuskan untuk melakukannya sekarang di dini hari ini. Aku tak membangunkan langsung mas Yayad. Aku ingin bermain main dulu dengan kontolnya yang besar dan panjang itu.

Aku berbaring telungkup di antara kaki mas Yayad, tepat didepanku terpampang kontolnya. Aku mulai mencumbuinya, menjilatinya, memasukannya kedalam mulutku dan sesekali aku mengocoknya.

"Enak banget kontolmu mas, urat uratnya kerasa dilidahku. Ssslllrrrpppppp... Sslluuurrppp.... Aakhhhh."

Aku terus menjilatinya, aku menunggu sampai mas Yayad terbangun. Dan tak lama tubuhnya menggeliat dan ia menyapaku.

"Eeehhh, udah bangun mbak? Jam berapa sekarang? Hhhoooaammmmppp...."

"Jam tiga subuh mas!"

"Sepagi ini mbak?"

"Iya mas, hhe aku sange gak kuat pengen maen sama Yayad junior ini. Maaf ya mas semalem aku ketiduran."

"Iya mbak gapapa kok, santai aja."

"Aku ambilin minum ya mas, sebentar."

"Nih mas diminum dulu!"

"Makasih ya mbak."

"Iya. Kita mulai sekarang aja ya mas, aku udah gak tahan. Nanti kita sambil bikin bukti buat aku kirim ke mas Rama. Beberapa foto dan video, gapapa kan mas?"

"Iya, mbak atur aja biar rencananya berjalan mulus. Saya ngikut mbak Naya aja."

"Oke mas."

"Bentar ya mbak pengen kencing dulu sambil cuci muka."

"Iya mas."

Mas Yayad menuju kamar mandi sementara aku mengambil hp. Kulihat layarnya, ternyata ada balasan dari mas Rama.

"Aku masih dirumah Ayu dek, masih nemenin dia. Ayu muntah muntah terus harus aku temani dulu sampai dia sembuh dan baikan. Gapapa kan dek?"

Sukurin, aku gak peduli mas sama keadaan mantanmu itu. Aku juga udah gak peduli lagi sama kamu. Cowok sialan.....

Aku tak membalas pesannya, biarkan saja. Nanti akan ku kirim foto dan videoku yang akan membuatmu tercengang. Tunggu saja!

Mas Yayad sudah kembali dari kamar mandi, wajahnya terlihat lebih segar setelah ia mencuci mukanya.

"Udah siap mbak?"

"Siap banget dong mas, ayo!"

Ku baringkan tubuhku, mas Yayad bergerak ke samping ku dulu.

"Basahin dulu mbak!"

Aku langsung melahap kontolnya, memberikan air liurku keseluruh batangnya terutama ke kepala kontolnya.

"Cukup mbak, aku mulai ya!"

"Iya mas."

Mas Yayad berpindah lagi, kini ia posisikan tubuhnya didepan menindihku. Tangannya melebarkan pahaku hingga mengangkang. Ia memberikan air liurnya tepat ke lubang vaginaku. Kontolnya ia genggam dan diarahkan menembus lubang vaginaku. Kepalanya perlahan masuk, aku mendesis nikmat merasakannya.

"Aaakkhhhhh... Masss... Sssssttttthhhhh...ahhh pelan ya mas, sakit!"

"Tahan ya mbak, kontol saya emang gede tapi bisa masuk kok nanti. Kontol mas Rama kan udah sering masuk ke memek mbak. Mbak udah biasa kan harusnya? Tahan ya mbak! Bentar lagi masuk kok."

"Eehhhhh,, ii iiya mas iya aku bakal tahan kok. Mas dorong aja lebih keras mas biar masuk langsung semuanya!"

"Iya mbak, tahan ya mbak aku bakal dorong lebih keras, biar cepet masuk mbak!"

"Lakuin mas, lakuin sekarang!"

Mas Yayad menghentakkan pinggulnya, dengan seluruh tenaganya, sekali hentakan saja kontolnya berhasil masuk menembus lubang sempit vaginaku. Kira kira hanya tigaperempatnya saja yang saat ini masuk memenuhi ruang vaginaku. Aku merasakan selaput darahku robek, cairan darahnya mengalir didalam vaginaku menyelimuti batang kontol mas Yayad.

"Aaaaarrrrgggkkhhhhh masss... Sakitttttttt...."

Aku berteriak kencang, aku menutup mataku tanganku menggenggam keras sprei kasur menahan rasa sakit di lubang vaginaku. Mas Yayad berhenti sejenak membiarkan kontolnya terbiasa di dalam lubang sempit vaginaku, otot otot vaginaku meremas remas batang kontolnya. Aku membuka mata dan melihatnya, iya tersenyum padaku.

"Sakit banget ya mbak? Bukannya mbak udah biasa ngewe sama mas Rama? Kok teriak segitunya sih mbak?"

"Belum mas, aku belum pernah sama mas Rama!"

"Hhhaaaaahhhhh?"

"Mas liat aja kontol mas!"

Mas Yayad lalu menundukkan kepalanya untuk melihat kontolnya, ia tarik kontolnya perlahan. Terlihat jelas, batang kontolnya terlumuri darah segar perawanku. Ya kini aku sudah tidak perawan lagi, mas Yayad sudah berhasil mengambilnya. Matanya kini menatapku lagi dengan penuh keheranan.

"Mbak masih perawan mbak?"

Dengan gestur wajah yang shock dan seakan terkejut, mas Yayad mengatakan pertanyaan itu padaku.

"Tadi iya mas, tapi sekarang udah nggak lagi mas. Mas Yayad udah berhasil ngambil keperawananku. Selamat ya mas, mas Yayad jadi yang pertama! Yyeeee......"

"Hhhaaaaahhh??? Kok gak bilang sih mbak?"

"Hihi, biar surprise aja mas, berhasil kan?"

"Gapapa emang mbak saya yang ambil?"

"Justru memang aku mau kasih untuk mas. Untuk mas Yayad tersayang, kekasih aku!"

"Heeeemmm... Makasih ya mbak, jadi terharu...."

"Iya mas."

Mas Yayad lalu memelukku dengan erat, sementara kontolnya masih menancap di dalam vaginaku. Ia kemudian mengakhiri pelukannya, wajahnya begitu dekat denganku. Ia mencium bibirku!

Mmmuuuaacchhhh....

Sebuah ciuman tanda cinta yang ia persembahkan untukku.

"Saya gerakin ya mbak!"

"Iya mas. Ehhh tunggu dulu mas!"

Aku mengambil hp di sampingku, ku buka aplikasi kamera lalu memotretnya.

"Ayo mas lanjutin!"

Mas Yayad melanjutkan gerakannya, ia maju mundur kan kontolnya perlahan menggesek dinding vaginaku yang begitu sempit. Aku mengambil foto vaginaku dan kontolnya yang berlumuran darah perawanku. Tak lupa aku merekam videonya juga, ini sebagai bukti untuk aku perlihatkan pada mas Rama si badjingan itu.

"Aaahhhh masss enak mas terus mas, genjot terus memek aku mas.... Aaaaahhhhhh.... Aaahhhh....

Kencengin lagi mas terusssss....... Aaahhhh......."

"Iya mbak, kontol saya juga enak mbak.. aahhh... Memek mbak sempit banget mbak, kontol saya kaya disedot sedot mbak....aaaahhhhhhh...

Ppplookkkkkk.... Plllokkk... Ppppplllookkkk.....

"Aaaahhhh.. ahhhh.. sssttttthhhh... Aaahhhh..."

"Mbak ganti gaya ya! Mbak nungging. Mbak minta tisu ya biar saya lap dulu darahnya, ngeri liat yang merah merah gitu. Hhhiiiii...."

"Hihi iya mas, ambil aja di tas aku!"

Mas Yayad lalu turun dari kasur dan mengambil tisu tersebut, memberikannya beberapa helai padaku. Aku dan mas Yayad membersihkan organ intim kami masing masing dari darah perawanku. Melapnya sampai bersih kembali. Aku lalu menunggingkan tubuhku sesuai permintaan mas Yayad. Kakiku kini berdiri dilantai sementara badanku diatas kasur dengan tumpuan tanganku.

Mas Yayad dibelakangku mengarahkan kontolnya masuk ke lubang vaginaku. Dengan sekali hentakan dan sedikit paksaan kontolnya sudah berada didalam. Ia gerakan maju mundur, kadang cepat kadang juga perlahan. Kadang ia lakukan dengan satu dorongan saja yang membuat seluruh kontolnya masuk, badan ku sampai terdorong maju karna gerakannya itu.

"Aaakkkhhhhh.....mas enak."

"Aaaahhhhhh....."

"Aaaaarrrghhhhhhh...."

Ia lalu mempercepat gerakannya dengan irama yang konstan. Kedua tangannya meremas pantatku, sesekali ia menamparnya di kanan dan bergantian di kiri.

"Aaaahhhh enak mbak memek mbak legit banget... Sempit....."

"Terus mas, genjot terus memek aku.... Aahhhh."

"Pegel mbak ya lama lama!"

"Ihhh payah ahhh. Baru juga bentaran ini mas."

"Hhe faktor U mbak. Mbak yang diatas ya!"

"WOT mas? Oke....."

Mas Yayad berbaring terlentang kembali diatas kasur, aku menaikinya mengarahkan lubang vaginaku lalu memasukkan kontolnya. Aku gerakan naik dan turun pantatku, menggenjot kontolnya keatas dan kebawah. Ku putar pantatku, ku geol geolkan seperti sedang menari lalu ku hentakkan kebawah sampai kontolnya mas Yayad menyentuh rahimku.

"Aaaaahhhh mas, dalem banget.... Rahim aku kesundul sundul mas...."

"Iya mbak, terusin mbak. Kontol saya mentok di memek mbak.... Ahhhhh."

"Balik badan dong mbak, pengen liat pantat mbak ngegenjot kontol saya!"

"Oke mas!"

Aku memutar badanku tanpa melepaskan kontol mas Yayad, kini aku membelakanginya. Ku gerakan lagi pantatku ke atas dan ke bawah. Kali ini dengan gerakan yang lebih cepat.

"Aahhhh.. ahhhh..aaaahhh... Masss enak mas...."

"Mbak aku udah ngerasa mau keluar ini."

"Keluarin aja mas gapapa."

"Mbak belum mau keluar juga?"

"Belum mas belum kerasa, mas Yayad keluarin aja gak usah nunggu aku!"

"Iya mbak, gantian mbak. Mbak dibawah lagi ya!"

"Oke!"

Posisi kami kini berganti lagi, aku dibawah dan mas Yayad diatas menggenjotku.

"Mas nanti rekam ya waktu sperma mas keluar, terus arahin ke muka aku. Bentaran aja!"

"Oke, keluarinnya dimana? Di susu mbak atau di muka mbak kaya mbak Indah tadi malem?"

"Didalem memek aku aja mas.... Aaahhhh.."

"Haaahhh??? Didalem mbak? Yang bener aja, ntar hamil loh mbak!"

"Gapapa kok mas, aku rela kalau di hamilin mas Yayad!"

"Serius?"

"Iya."

Mas Yayad mengambil hpku, ia bersiap siap merekam saat saat penting dalam hidupnya dan hidupku juga sih. Ini yang pertama bagi kami berdua, mas Yayad pertama kali menumpahkan spermanya di dalam vagina wanita, sedangkan aku pertama kalinya merasakan sperma hangat pria tersembur ke dalam rahimku.

"Aaaahhhhh mbak, aku mmaamauuu kkeelluuaarrrr....."

"Iya mas, rekam sekarang!"

Kliiikkk, suara rekaman video dimulai terdengar.

Cccrrooottttt...cccrrrooottttt...cccrrrooottt...

"Aaaaahhhhh keluarrrr mbakkkk......haaaahh... Hhaahhh.. hhaahhhhh...."

Mas Yayad mendiamkannya sejenak sampai tetes terakhir spermanya keluar, lalu ia mencabut batang kontolnya. Ppploooppp... Ia mendekatkan hp ku ke arah memekku mengclose up nya sedekat mungkin memperlihatkan cairan sperma yang meleleh keluar dari lubang vaginaku. Lalu hp nya ia gerakan keatas menyorot wajahku.

"Hallo mas Rama!!!"

Aku tersenyum ke arah kamera, melambaikan kedua tanganku dan mengedipkan mata kananku dengan genit. Lalu mas Yayad menurunkan kembali hpku kini menyorot ke lubang vaginaku yang ia lebarkan dengan ibu jadi dan telunjuk tangan kirinya. Dan....

Klikkkkk.... Rekaman videonya ia matikan.

"Sempurna mbak!"

"Bagus ya mas?"

"Bagus banget mbak buat balas dendam ke mas Rama."

"Iya, biar tahu rasa dia. Enak aja main hamilin anak orang."

"Lahhhh, saya juga gitu dong mbak? Ini kalau hamil gimana mbak?"

"Ya kita nikah mas!"

"Hhhaaaahhh???"

"Mas mau kan jadi suami aku?"

"Mma mmamau mbakkk!"

"Yaudah mas gausah khawatir kalau gitu, aku kan pengen ngewujudin keajaiban yang mas inginkan."

"Makasih ya mbak Naya, saya gak nyangka bakal sejauh dan secepat ini kejadiannya. Padahal baru kemarin kita ketemu, sekarang kita udah ngewe aja."

"Iya mas Yayad sama sama, aku loh yang makasih ke mas Yayad udah bantuin aku balas dendam ke mas Rama. Udah mau nerima aku juga! Makasih ya mas."

"Iya mbak. Udah subuh lagi aja ya mbak!"

"Iya mas gak kerasa. Ehh mas masih kuat kan?"

"Masih mbak, nih masih tegak berdiri!"

"Wow keren deh emang Yayad junior bisa diandalkan, hhe. Aku pengen nyoba ngewe di balkon mas!"

"Wiiihhh outdoor nih mbak ceritanya?"

"Iya mas, kapan lagi coba. Mumpung masih gelap, jalanan juga masih sepi."

"Ayo deh mbak!"

"Yuk!"

Aku dan mas Yayad berjalan menuju balkon hotel. Ukurannya lumayan luas kira kira satu kali dua meteran lah, aku tak tahu pastinya. Sudah ada dua buah kursi dan satu meja kecil disana untuk sekedar nongkrong dan melihat pemandangan jalan. Mas Yayad berdiri di pinggir balkon memegang besi penghalang mengamati suasana sekitar.

"Ini kita keliatan jelas gak mbak dari jalan?"

"Harusnya kalau lampunya nyala, keliatan sih mas. Ya kalau orang itu bener bener liat kesini. Apa mau dimatiin lampunya mas?"

"Heeemmmm gak usah deh mbak, biarin lah keliatan juga kan emang tujuannya itu biar diliat orang, ahahaha iya kan?"

"Iya juga ya mas, biar lah gak usah peduli. Kalau keliatan juga ya rezeki mereka."

"Tapi dingin ya mbak?"

"Iya mas, tapi kan kita mau saling menghangatkan."

"Ayo deh, WOT lagi ya mbak, hhe."

"Iya, seneng banget sama gaya WOT."

"Biar bisa peluk cium mbak sambil digenjot."

Mas Yayad duduk di kursi, aku menaikinya. Posisiku berhadapan dengan nya. Kontolnya langsung ku arahkan masuk ke lubang vaginaku. Dan... Bleeesshhh.... Kini mudah saja bagi kontolnya untuk masuk. Aku mulai menggerakkan pinggulku turun naik menggenjot batang kontol mas Yayad yang besar dan juga panjang.

"Aaaahhhh mas, sensasinya bikin aku tambah sange."

"Iya mbak, deg degan juga rasanya. Adrenalin jadi terpacu."

"Aaaahhhhh... Kontol mas masih keras aja sih, padahal tadi udah keluar banyak di memek aku."

"Yeeee Yayad junior mah memang perkasa mbak, gak usah diragukan. Pasti bakal bikin mbak puas pokoknya."

"Aaahhhh..."

Ppplookkk.. pllokkkk... Pppoolllkkkk....

"Hhheemmmmpphh.. hhhmmmppphhhh...."

Aku memeluknya erat, erat sekali. Aku ingin berbagi kehangatan bersama mas Yayad di pagi buta yang dingin ini. Berulang kali bibirku menciumnya, dari yang hanya mengecup sampai French Kiss kami lakukan. Lidah kami saling bermain didalam mulut, air liur saling bertukar membasahi bibir.

"Eemmmpphhh... Ccchhuuupppp... Muuacchh..."

"Mbak?"

"Apa?"

"Aku boleh minta sesuatu nggak?"

"Apaan mas?"

"Aku pengen ngerasain lubang pantat mbak?"

"Oohhh bool aku mas?"

"Eeehhhh? Iya bool mbak hhe."

"Ya boleh dong mas, pokoknya mas Yayad pake aku sesuai keinginan mas aja jangan ditahan tahan. Aku bakal lakuin apapun buat mas Yayad."

"Tapi katanya sakit loh mbak, perih sama ngilu."

"Selama ujungnya aku bakal ngerasain nikmat, aku bakal tahan kok rasa sakit diawalnya mas. Buat mas Yayad! Mmmuuacchh...."

"Makasih ya. Tapi harus ada pelumasnya sih mbak, pake ludah sih gak cukup licin deh kayanya."

"Yah gak bisa sekarang dong. Aku ada sih tapi dirumah mas, gak dibawa."

"Ya gapapa sih mbak, lain kali kan bisa!"

"Iya mas, ehhhh kan bisa beli mas!"

"Jam segini, beli dimana mbak? Mager juga belinya."

"Iiihhh gimana sih mas, mas kan ojol. Tinggal manfaatin rekan kerja mas yang lain, beres deh."

"Lah iya juga ya, gak kepikiran saya mbak hehe."

"Hhhuuuu dasar...."

"Coba deh mbak siapa tau ada yang mau beliin!"

"Oke mas."

Aku mengambil hp ku yang ku taruh diatas meja kecil. Posisi kami masih sama seperti tadi, hanya saja aku sudah tidak bergerak menggenjot kontol mas Yayad, tapi kontolnya tetap masih didalam vaginaku. Ku buka aplikasi maps dan mencari mini market yang buka 24 jam. Setelah ku temui aku melihat jaraknya ke hotel tempat aku menginap, cukup dekat rupanya hanya sekitar 2 km an.

Ku buka aplikasi ojol 'I', aku memasukan destinasi titik jemput mini market dengan tujuan hotel ini. Setelah aku cek dan benar, aku coba pesan. Mas Yayad tidak mengetahui tujuan terselubungku, ia hanya tau kalau ojol nanti hanya membelikan pelumas saja. Biarlah, biar jadi kejutan.

Aku menekan tombol order, lalu terpampanglah tujuh orang driver di layar hp ku. Aku harus memilihnya dengan cepat karna waktu yang disediakan aplikasi hanya sebentar. Ku perhatikan jarak dan wajahnya. Ini aja deh, jaraknya cuma 200 m an bapak bapak dengan kumis tebal. Lucu pikirku, mungkin ia seumuran ayahku. 60 tahunan mungkin ya. Semoga langsung mau ya pak, biar gak ribet harus milih lagi.

Sebuah notif pesan muncul di hp ku.

"Mohon ditunggu ya Teh. Saya dalam perjalanan."

"Iya pak. Pak sebentar jangan berangkat dulu."

"Iya Teh kenapa ya?"

"Aku sebenarnya bukan mau dianterin pak, cuma mau dibelikan sesuatu di mini market. Bisa nggak pak? Bapak ada pegang uang lima puluh ribu nggak? Nanti saya bayar dua kali lipat deh pak, ehh tiga kali lipat pak."

"Oohhh gitu ya Teh, bisa sih Teh saya pegang uangnya kok. Tapi ini bukan penipuan kan Teh?"

"Bukan dong pak, ini asli kok. Aku lagi butuh banget barangnya sekarang!"

"Iya Teh, emang mau beli apa?"

"Minta tolong di beliin kondom sama pelumasnya pak sekalian."

"Duuuhhh beli yang gituan ternyata gening Teh."

"Iya pak, mau ya pak tolongin aku!"

"Yaudah deh Teh, nanti saya beliin!"

"Aakhhhhh. Makasih ya pak makasih banyak."

"Iya Teh, sama sama. Mohon ditunggu ya Teh."

"Iya pak, aku tunggu. Nanti minta ijin aja ke securitynya ya pak, bilang aja mau ketemu penghuni hotel di lobby mau nganterin paket. Bapak duduk aja tunggu dilobbynya, nanti saya turun ke bawah. Kabari aku ya pak kalau udah sampai."

"Siap Teh."

"Oke pak."

"Bisa nih mas, tinggal tunggu aja."

"Mana liat!"

"Nih."

Mas Yayad mengambil hp ku dan melihat isi percakapannya, membacanya dari awal sampai akhir.

"Beli kondom buat apa mbak? Kan cuma butuh pelumas."

"Heeemmm ada deh mas, lagian gak enak kalau cuma beli pelumasnya doang. Masa cuma beli satu."

"Yaudah."

"Aku siap siap dulu ya mas buat ngambil barangnya."

"Iya mbak, saya juga mau masuk. Dingin ah lama lama diluar."

Kami berdua masuk kembali ke kamar, mas Yayad rebahan di kasur sementara aku ke kamar mandi memakai handuk kimono yang disediakan hotel. Sepuluh menit kemudian sebuah pesan masuk di hp ku. Ku lihat Pak Imron mengechatku, ehh iya nama ojol tadi Pak Imron.

"Teh saya udah nunggu dilobby."

"Iya pak, sebentar ya aku turun dulu."

Aku keluar dari ruanganku, berjalan ke arah lift dan turun ke lantai bawah menuju lobby. Disana Pak Imron sudah duduk menunggu. Setelah aku mendekat Pak Imron lantas berdiri, wajahnya terlihat kaget melihat penampilanku. Wajar saja aku hanya memakai kimono saat ini, belahan dada dan pahaku bisa terlihat olehnya.

"Teh Naya ya, ini pesanannya Teh."

Pak Imron menyerahkan kantong kresek kepadaku. Aku mengambilnya.

"Iya pak, jadi berapa ini harganya pak?"

"Harga belanjaannya 48.300 Teh, sama ongkir 10.000 jadi 58.300."

Aku mengeluarkan uang pecahan seratus ribu sebanyak dua lembar, tapi sebelum memberikannya aku menawarkan sesuatu pada dia.

"Duduk dulu pak! Aku mau ngobrol sebentar sama bapak."

"Ehh, iya Teh."

Kami duduk di sofa lobby hotel bersebelahan, keadaannya sepi hanya ada kami berdua saja di ruangan ini. Mungkin beberapa resepsionis didepan sana.

"Pak, bapak mau ikut main juga gak? Ikut gabung sama aku pak. Itu juga kalau bapak mau sih hhe."

"Hhhaaahhh??? Sssaya Teh, diajak ikut gabung Teh?"

"Iya bapak, Pak Imron. Bapak ikut ngewe sama kita pak. Mau yah? Aku tambah selembar lagi deh pak, jadi tiga ratus ribu upah bapak. Plus ditambah memek aku ini pak."

Aku menyingkapkan ujung kimono ku sehingga gundukan vaginaku terlihat oleh Pak Imron.

"Hhhaaahhhh, ya yang benerr Teh, ini serius?"

"Beneran dong pak, aku serius. Kalau gak percaya bapak boleh pegang dulu memek aku sebagai tanda kalau aku serius. Sini tangannya pak!"

Aku meraih tangan Pak Imron yang gemetar, menempelkannya di atas memekku.

"Elus aja pak gapapa! Biar bapak tertarik."

Tangannya perlahan mulai mengelus elus bibir vaginaku, ibu jarinya menoel noel klitorisku.

"Aaahhh pak."

Aku mendesah keenakan, lalu tanganku mencoba menahannya untuk berhenti.

"Kalau mau lanjut bapak harus ikut aku ke atas! Mau kan?"

"Iii iiiyaa Teh, saya mau."

"Yyeee, nah gitu dong pak! Ini uang tiga ratus ribu buat bapak, semoga cukup ya."

"Alhamdulillah rezeki subuh subuh gini udah dapet segini banyak, ini mah lebih dari cukup Teh. Makasih banyak ya!"

"Yaudah ayo, ikut aku ya pak!"

"Iya Teh."

Aku dan Pak Imron berjalan menaiki lift menuju kamarku.

"Bapak udah siap?"

"Iiiiya Teh saya siap."

Aku membuka pintu kamarku, mengajak Pak Imron untuk masuk kedalamnya. Kami berjalan menghampiri mas Yayad yang masih tiduran diatas kasur.

"Siapa dia mbak?"

"Kenalin mas ini Pak Imron, ojol yang beliin barang yang aku pesen tadi."

"Kok ikut kesini mbak?"

"Iya mas, katanya tadi pengen ikut gabung bareng kita!"

"Ikut gabung? Beneran pak, bapak yang minta?"

"Eehhh kokkk, nggak kang tadi malah saya yang ditawarin sama tetehnya. Bu bukan saya yang minta. Jangan salah sangka kang!"

"Hhe iya mas, aku yang ngajak."

"Kok gak bilang bilang saya dulu mbak? Ohhh jadi beli kondom itu buatttt...."

"Hehe, iya mas. Boleh ya kali ini aja deh, kasian Pak Imron mas udah capek capek jalan kesini. Masa harus turun lagi dengan tangan hampa. Please!"

Aku berjalan mendekati mas Yayad. Aku mengiba kepadanya agar ia mengijinkan.

"Ya mas ya, kali ini aja!"

"Eemphh saya pulang aja deh kalau gitu Teh!"

"Eehh jangan pak jangan dulu pulang, tunggu sebentar ya. Mas ayolah mas kasian Pak Imron tau! Kita latihan buat double penetration mas. Mas mau itu kan? Ya mas ya, bolehkan?"

"Heemm bisa aja ngerayunya, yaudah boleh!"

"Yyeeee makasih mas Yayad. Muuuaccchhh..."

"Sini pak, kata mas Yayad boleh kok. Bapak boleh ikut gabung!"

"Be bebeneran kang?"

"Iya pak, pake aja mbak Naya nya sepuas bapak. Saya tadi udah kok pak, sekarang giliran bapak!"

"Aaahhh makasih ya kang, makasih banyak udah ijinin bapak nyicipin memek Teh Naya."

"Iya pak santai aja. Sini pak dikasur!"

Mas Yayad kini pindah ke sofa yang ada dikamar ini juga, ia duduk mengamati kami berdua. Sementara Pak Imron mendekatiku.

"Aku bantuin buka bajunya bapak ya, sini pak!"

Pak Imron kini berada didepanku yang duduk dipinggiran kasur. Tanganku dengan lihai membuka jaket, kaus, celana panjangnya serta celana dalamnya. Kini ia telanjang dihadapanku. Aku langsung berdiri diatas kasur lalu membuka kimonoku, tubuh ******* kini bisa dilihat dengan bebas oleh mata Pak Imron. Ia melongo melihat tubuhku, matanya tak berkedip sedikitpun.

"Pak, ayo!"

"Eehhh, iya Teh iya. Kaget saya liat badan yang sebagus ini Teh kalau dibandingin sama istri saya mah jauh banget Teh."

"Iiihhh dasar si bapak mah, gak boleh gitu pak sama istri sendiri."

"Hhe abisnya, badan Teteh mah bening gini putih mulus seksi lagi kaya model Teh."

"Yaudah pake dulu kondomnya pak! Sekalian pake pelumasnya ya pak!"

"Iya Teh siap."

Aku berbaring diatas kasur bersiap untuk pengalaman baruku. Di ewe oleh pria yang usianya sangat jauh dariku yang lebih cocok menjadi ayahku. Dan ini adalah kontol kedua yang akan masuk kedalam vaginaku di hari yang sama. Benar benar binal aku sekarang. Kontol Pak Imron ini lebih kecil dari mas Yayad, bahkan lebih kecil lagi dari kontol mas Rama. Tapi panjangnya yang aku tak percaya, melebihi milik mas Yayad.

Kupikir kontolnya mas Yayad sudah yang terpanjang, ternyata masih ada yang lainnya. Kontol Pak Imron inilah salah satunya. Kontol Pak Imron sudah bersarungkan kondom dan mengkilat karna pelumas yang sudah dilumuri di seluruh batangnya. Ia naik ke atas kasur dan bersiap memasukan kontolnya ke dalam memekku. Dalam satu kali hentakan kontolnya berhasil masuk di lubang memekku.

"Aaahhhh pak...."

"Aaaahhhh.. Teh enak banget memek Teteh. Sempit banget Teh kaya memek perawan."

Pak Imron mengatakan itu sambil menggenjot vaginaku, ritmenya ia langsung naikkan. Dengan cepat ia memaju mundurkan pinggulnya, mungkin ia sudah bernafsu melihat tubuhku sejak tadi.

"Emang bener kok pak, kaya memek perawan. Baru tadi mbak Naya pecah perawan sama kontol saya pak. Kontol bapak jadi yang kedua masuk di lubang memeknya pak!"

"Waaaahhh pantesan masih sempit gini, beneran itu Teh?"

"Iya beneran kok pak yang dibilang mas Yayad, kontol bapak jadi yang kedua masuk lubang memekku.... Aaaahhhhh. Terus pak kencengin lagi! Genjot terus memek aku pak, puasin aku pak. Bikin memek aku sampe muncrat pak.. aahhhh ayo pak."

"Iya Teh, ini saya cepetin genjotannya! Aaahhh... Aahhhh... Aahhhh... Teh Naya, saya gak kuat Teh. Udah pengen muncrat ini Teh...."

"Aaahhh tahan pak tahan, kita keluarin bareng pak."

"Gak bisa Teh, aaaahhhh.. saya gak kuat Teh... Keellluuuaarrr....."

Cccrrrrooottt... Ccrroottt..ccrrootttt...

Sperma Pak Imron muncrat dengan cepatnya, tak sampai lima menit ia sudah ejakulasi. Spermanya keluar terkumpul di ujung kondom yang ia pakai.

"Hhhaaaahhh... Hhaahhhh...hhahhhh... Maaf Teh saya bener bener gak kuat sama jepitan memek Teh Naya. Sempit banget Teh, kontol saya berasa diremes remes didalem."

"Iya pak gapapa, waktu masih lama kok masih subuh ini. Bapak istirahat aja dulu balikin stamina bapak!"

Pak Imron lalu melepaskan kontolnya dari memekku. Terlihat langsung menciut setelah spermanya keluar. Mungkin faktor umur juga kali ya, aku salah nih milih yang ketuaan hihi. Ia melepaskan kondomnya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan kontolnya, tak lupa ia buang kondomnya ke tempat sampah kecil disamping kamar mandi.

"Belum puas ya mbak? Ahahahaha."

"Iya iiihhh mas, cepet banget keluarnya. Bete deh."

"Siapa suruh pilih yang udah tua, loyo kan."

"Salah pilih deh kayaknya mas, hhhuuuuuuu sebel."

"Coba lagi aja mbak, pilih yang agak keker badannya siapa tahu lebih kuat! dan tahan lama pastinya ahahaha."

"Diemmm ihhh mas berisik tau gak, malah ngetawain aku. Awas ya!"

"Ahahaha rasain rasain.. wwwlllleeeeeee..."

"Awas aja nanti."

Pak Imron keluar dari kamar mandi, menuju kamarku dan duduk ditepi ranjang. Aku langsung bertanya padanya.

"Pak, bapak punya kenalan atau temen bapak yang bisa ikut gabung juga nggak pak?"

"Haaahhh? Teh Naya mau nambah orang lagi?"

"Hhe, iya pak."

"Mbak Naya gak puas katanya pak, bapak sih cepet banget keluarnya. Ahahahaha."

"Iiihhh mas Yayad mah, nggak kok pak gak gitu."

"Hhe maaf ya Teh, ya namanya juga orang tua Teh gak bisa ngimbangin darah muda yang masih menggebu gebu."

"Iya pak, aku ngerti kok."

"Saya ada temen sih Teh, tetangga saya namanya Joko umurnya 40 an dia tukang bangunan Teh badannya keker dia duda juga, cerai ditinggal istrinya nikah lagi ehehe."

"Lengkap banget pak, yang penting sih bisa bikin aku puas aja pak hihi."

"Kalau itu sih saya gak bisa pastiin Teh, tapi dia kuat kok ngangkat karung semen sama batubata Teh. Harusnya sih staminanya kuat ya."

"Boleh tuh pak, coba aja hubungi dia pak kasian mbak Naya udah sange gitu, haha."

"Apa sih mas? Diem dehhh. Iya pak coba dihubungi aku jadi penasaran pak."

"Saya coba telepon ya Teh."

"Iya pak, silahkan!"

Krrriiinggg..... Krriiiiingggg....

"Halo Pak Imron ada apa? Pagi pagi gini udah nelpon aja."

"Halo Jok, kerja hari ini?"

"Iya pak lembur terus saya, proyek harus cepet cepet beres. Ada apa pak?"

"Mau nawarin kamu sesuatu Jok!"

"Apa tuh pak?"

"Temen bapak ngajakin kamu ngewe Jok!"

"Buseeetttt, gak salah denger saya pak. Pagi pagi gini udah ngomong ngewe ngewe aja Pak Imron ini, bangun pak bangun mandi biar gak mikir yang nggak ngga!"

"Yyeee kamu mah, dikasih tahu malah gitu. Libur aja hari ini Jok, kamu pasti bakal seneng deh!"

"Aaahhh Pak Imron mah halu, udah ah saya mau siap siap pak nanti telat lagi. Mandor ngamuk ngamuk. Udah ya pak!"

Ttttuuuuuuttttttt....

"Eeehhhh Joko edan, maen tutup aja teleponnya. Orang belum selesai ngomong juga, mau dikasih enak enak malah nolak. Liat aja nanti Jok tak kasih bukti, biar kamu percaya heemmmpph."

"Kenapa sih pak, marah marah gitu?"

"Si Joko gak mau Teh, sibuk lembur katanya!"

"Yaaahhh gak bisa ya pak?"

"Kan bisa nanti lagi mbak, santai aja. Pak Imron harus ngeyakinin mas Joko dulu, siapa tau mas Joko jadi tertarik. Iya gak pak?"

"Nah bener itu kang Yayad, saya harus kasih bukti ke si Joko biar dia yakin."

"Iya juga ya, kita buat video pendek aja pak antara aku dan Pak Imron nanti kasih liat ke mas Joko sama bapak!"

"Nah gitu aja mbak, sini saya yang rekam! Pake hp Pak Imron aja ya."

"Iya kang, ini nih hp saya."

"Sini pak, bapak sebelah aku. Nanti bapak bilang nya ajak mas Joko ya yakinin dia biar mau!"

"Oke Teh beres."

Pak Imron duduk disebelahku, kami berdua duduk di ujung kasur berdampingan dan tetap bertelanjang tentunya. Mas Yayad yang merekam didepan kami.

"Siap ya kalian! Satu dua tiga, eksyen...."

"Jok, temen saya ngajak ngewe nih sama kamu. Dia pengen ngerasain kontol kuli katanya Jok. Kontol kuli yang perkasa, kamu perkasa nggak Jok? Kalau iya Teh Naya pengen coba nih, iya gak Teh?"

"Iya mas Joko, aku pengen ngerasain kontol kuli yang perkasa, yang gede panjang dan berurat kaya punya mas Joko. Kalau mas Joko mau, aku tunggu dirumah ya mas Joko!"

Aku mengucapkan itu dengan nada menggoda berharap mas Joko mau menerima tawaranku.

"Cuttttt.... Mantaaaappp Pak Imron."

"Semoga aja mas Joko mau ya pak!"

"Duda kaya dia mana bisa nolak bidadari kaya Teteh mah, pasti mau Teh tenang aja."

"Paksa aja pak kalau gak mau, mbak Naya udah gak sabar gitu tuh ahahaha."

"Diem ih mas, huuuu."

"Teh, kang saya pamit pulang aja deh ya!"

"Gak mau coba lagi pak, nganggur tuh mbak Naya."

"Pengen sih kang, tapi gak kuat kayanya! ini juga gak bangun bangun nih si joni."

"Heemm yaudah pak kalau gitu."

"Padahal aku masih pengen loh pak, sayangnya bapak udah capek ya?"

"Iya Teh, maapin ya kalau dipaksa takutnya malah pingsan nanti ehehehe."

"Iya pak, gapapa kok. Kan masih ada mas Joko hihi, aku tunggu Pak Imron sama mas Joko dirumah ya."

"Saya minta nomor Teh Naya ya, biar gampang ngehubungi nya!"

"Ehh iya sampai lupa, ini nomor aku pak 0821 xxxx xnxx. Nanti chat aku ya, aku tunggu kabar baiknya dari Pak Imron."

Pak Imron lalu memakai pakaiannya kembali.

"Pamit ya Teh Naya, kang Yayad makasih untuk semuanya bapak bener bener seneng bisa ngerasain punya nya Teh Naya. Makasih juga buat kang Yayad yang udah ngijinin. Makasih banyak, saya jadi berasa muda lagi ehehe."

"Iya pak sama sama, hati hati dijalan ya pak."

"Iya Teh, kang pamit ya."

Pak Imron pun pergi meninggalkan kamar hotel, ia berniat pulang atau lanjut lagi narik orderan ya? entahlah ya itu sih terserah dia, hihi.

"Udah jam enam pagi ternyata mas, gak kerasa ya!"

"Iya mbak, cepet banget waktu! Bahkan aku belum ngerasain pantatnya mbak, keburu udah terang aja."

"Hhe iya mas, sabar ya tadi ke ganggu sama Pak Imron dulu. Mas mau sekarang? Tapi perut aku laper mas pengen sarapan dulu, tapi tiba tiba pengen sarapan bubur. Disekitar sini ada yang jualan gak yah?"

"Yaudah, sarapan dulu aja mbak yang itu mah gampang. Sesiapnya mbak aja. Coba aja cari di google maps dulu siapa tau ada disekitaran hotel ini!"

"Iya deh mas aku cari dulu, mas mau juga?"

"Mau dong, satu ya jangan pake kacang!"

"Oke mas."

Aku lalu mencarinya di google maps, ku cari dengan kata bubur 'ayam terdekat' dan keluar lah beberapa rekomendasi penjual bubur ayam. Ku perhatikan dari atas ke bawah, satu yang menarik perhatianku. Ku lihat jaraknya hanya seratusan meter dari hotel ini, aku menzoom layar ku kulihat lebih dekat untuk memastikan. Ya, letaknya tak jauh aku hanya butuh berjalan kaki saja kesana. Review pelanggannya juga bagus, semoga saja enak.

"Ada mas disamping hotel ini gak jauh kok, kayanya enak kalau dilihat dari review pelanggannya."

"Mbak sendirian? Atau mau ditemenin?"

"Gausah mas, aku sendirian aja lagian aku mau pinjem kemeja mas! Bolehkan?"

"Boleh dong pake aja mbak!"

"Oke, makasih mas Yayad. Tunggu ya aku beli dulu."

"Iya, jangan lama. Laper juga ini perut hhe."

"Iya siap, sayangku! Muuuaaacchhh...."

Aku mengecup bibirnya sejenak, satu kecupan cukup untuk pagi ini. Aku berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci mukaku dan berpakaian. Aku memakai kemeja milik mas Yayad, kemeja flanel bermotif kotak kotak besar warna coklat tua dengan aksen garis merah. Tak memakai bra karna memang tak ada, tak juga ku memakai celana dalam karna ya sama juga. Hanya rok mini yang modelnya mengembang, pendek tak menutupi keseluruhan paha putihku.

Aku bercermin sejenak, melihat penampilanku saat ini. Heeemm, bagus juga perpaduan ini. Putingku terlihat sedikit menonjol dibalik kemeja ini, untung bahannya tebal jadi tidak terlalu menerawang. Rambutku terlihat acak acakan, mengembang tak beraturan. Aku lalu mengikatnya dengan karet ikat rambut yang ada di pergelangan tanganku, mengikatnya dengan kuncir kuda.

Makin cantik aja nih aku walau tanpa riasan make up, hihi. Setelah selesai dengan semuanya, aku sudah berada di depan hotel, kemudian melangkah menyusuri jalan. Hari masih pagi jalanan juga sepi apalagi ini hari minggu. Ku lihat sekeliling sampai akhirnya aku tiba di tukang bubur yang ku maksud tadi. Ada dua pembeli yang menunggu sedang dibuatkan buburnya. Aku lalu berkata pada penjualnya.

"Mang, mau dua porsi ya dibungkus, yang satu jangan pake kacang yang satunya kumplit aja, sambelnya dipisah!"

"Siap Teh, ditunggu ya. Duduk dulu Teh sambil nunggu!"

"Iya mang, makasih."

Aku lalu duduk di bangku panjang, menunggu pesananku jadi. Tiba tiba ada seseorang pria yang duduk di sampingku, sangat dekat! Ia memperlihatkan sebuah video di hp nya kepadaku. Aku bingung, tapi tetap kulihat.

Astaga... i iii iitt iittuuu, itu aku dan mas Yayad yang ada dalam video itu. Aku terkejut, sangat sangat terkejut. Aku terdiam tak bisa berbicara apa apa, mulutku seperti terkunci melihat adegannya.

"Diam dan ikut saya sekarang! Jangan coba teriak apalagi kabur! Ngerti?"

Aku mengangguk tanda menyetujui. Aku tak tahu dia siapa, pria itu gendut memakai Hoodie berwarna hitam dan celana kolor dengan warna yang sama. Wajahnya ditutupi masker, kepalanya juga tertutup oleh kupluk Hoodie nya. Mau apa dia sebenarnya? Dia lalu berdiri dan menghampiri tukang bubur didepanku, ku lihat dia berbisik dengannya. Dan gestur tukang bubur itu pun seakan menyetujui.

Entah apa yang mereka bicarakan, aku tak mendengarnya dengan jelas. Yang kulihat hanyalah anggukan kepala dari penjual bubur itu. Pria itu kemudian menghampiriku, menggenggam tanganku lalu menariknya memaksa aku berdiri dan mengikutinya.

"Lepasin, sakit! Aku mau dibawa kemana?"

"Tidak usah banyak tanya ikut saja!"

Ia melotot ke arahku, matanya seakan mengintimidasi untuk melemahkan mentalku. Aku ketakutan saat itu. Tangannya masih saja menggenggam tanganku, menarik tubuhku untuk tetap mengikutinya dari belakang.

Aku ingin teriak, tapi aku takut. Sialnya tak ada seorangpun yang lewat di gang yang aku lewati. Gang ini sangat sepi, diapit oleh dinding benteng di kedua sisinya. Kami cukup lama berjalan, sampai aku dan pria itu memasuki dinding benteng yang bolong. Mungkin karna dijebol, ukurannya hanya sebatas pinggangku jadi kami harus menunduk untuk memasukinya.

Pria itu terus membawaku, kulihat sekeliling hanya ada kebun dan pepohonan serta semak belukar. Aku jadi makin takut rasanya, bagaimana jika aku dibunuh? Sampai akhirnya kami sampai di sebuah rumah kosong yang sudah dipenuhi semak. Untungnya dia tidak membawaku masuk kedalam, dia hanya menuntunku ke bagian belakang rumahnya.

Dia berhenti disamping tembok, aku ikut berhenti juga. Tangannya kemudian memegang bahuku, membalikkan tubuhku hingga kini posisiku menghadap tembok dan dia ada dibelakangku.

"Nungging Teh!"

"Haahhhh, kamu mau apa?"

"Ngewe Teteh kaya yang dibalkon hotel subuh tadi! Cepet!"

"Ii ii iya."

Aku menunggingkan tubuhku, tanganku berpegangan pada tembok dan pantatku mengarah padanya. Tangannya langsung menyibakkan ujung rokku ke atas pinggang, aku yakin dia terkejut melihatku yang tak memakai celana dalam.

"Gila, Teteh lonte ya? Ngewe di balkon hotel sambil telanjang sekarang beli bubur pake rok mini tapi gak pake celana dalem. Berapa harga Teteh, pasti mahal ya? Buat saya mah gratis ya!"

Dia langsung mengarahkan penisnya ke lubang vaginaku. Dan tanpa aba aba dia langsung mendorongnya masuk. Aku merasakan sakit yang amat sangat dilubang vaginaku yang masih kering.

"Aaaaarrrrgggkkkhhhhhhhh.... Sakiiiitttttt!!!!"

Dia tetap memaksa mendorong penisnya masuk lebih dalam. Dengan hentakan yang sangat keras, penisnya kurasakan masuk memenuhi lubang vaginaku. Rasanya penuh, sesak sekali di dalam vaginaku. Ini bukan penis, ini kontol. Apa ukurannya sangat besar? Vaginaku sakit sekali merasakan kontolnya. Tanpa menunggu waktu pria itu menggenjot vaginaku dengan cepat tanpa ada cairan tanpa ada pelumasan. Dinding vaginaku terasa sangat perih beradu dengan kulit kontolnya yang masih kering. Gila sakit sekali, aku seperti diperkosa kalau seperti ini caranya.

"Aaaaaaahhhhhhhh ssaaakiitttt .... Tolong berhenti, stoppppp... Sakiitttttt aaaaaahhhhhhh... Vaginaku perrriihhhhh... Tooollonggg sstoopppp!!!!"

Mulutku kemudian ditutup oleh tangannya, ia tidak ingin teriakanku didengar oleh orang lain. Tanpa ampun, tanpa belas kasihan pria itu terus saja menggenjot vaginaku dari belakang dengan cepat. Tidak! Ini sangat cepat, cepat sekali kurasakan. Sampai sampai tubuhku terdorong kedepan saat hentakannya menghujam vaginaku. Pipiku juga kini menempel di tembok saking keras genjotannya.

"Eeemmphhhhh.... Eeemmmppphhh... eemmmppphhh.... Eemmmpphhh... Eemmmpphh.."

Aku ingin berteriak, tapi mulutku dibungkam oleh tangannya. Kontol besarnya terus menghujam di dalam vaginaku, tapi kini rasa perih itu mulai berkurang karna cairan di vaginaku mulai keluar. Membasahi kontol pria itu. Gerakannya semakin cepat seperti kesetanan, ia tak memikirkanku. Aku benar benar diperkosa oleh nya. Tubuhku terhentak hentak kedepan menubruk tembok.

Batinku terasa sakit diperlakukan seperti ini olehnya, aku tak suka kekerasan, aku tak suka dipaksa. Tapi kali ini aku mendapatkannya, tak lain dan tak bukan karna ulahku sendiri. Namun berbeda dengan vaginaku, kontol besar pria itu memberikan kenikmatan yang perlahan muncul. Jika batinku sakit, tidak dengan vaginaku yang kini justru ingin memuncratkan cairannya.

Ya aku sudah merasa ingin orgasme, cairanku kurasakan sudah ingin keluar. Aneh memang, aku diperkosa tapi aku keenakan juga. Aku menggigit jari tangan pria itu, berharap tangannya tak lagi menutupi mulutku. Dan itu berhasil.

"Aaarrrghhhh!"

"Aahhhh aku mau keeellluuuarrr masssss.... Aahhh kkeelluuuaaarrrrr....."

Crrrrtttt.... Ccrrrrttttttt...cccrrtttttttt... Sssrrrrrr....

Ia merasakan cairan ku keluar, lalu ia menarik kontolnya dari lubang vaginaku.

Pppplooopppp.... Cuuurrrrrrrrrrr...ccuurrrr...cccuurrr.

Cairanku muncrat dengan derasnya karna sebelumnya tertahan oleh kontol pria itu.

"Gila Teh, katanya sakit tadi sampe teriak kenceng. Tapi akhirnya muncrat juga. Banyak lagi, enak ya Teh?"

Aku tak menjawabnya, nafasku ngos ngosan dan kakiku terasa lemas tak kuat menahan tubuhku. Aku menjatuhkan pantatku tapi dengan cepat pria itu menahannya, kedua tangannya memegang pinggangku agar tetap diposisinya tadi.

"Ehhh belum selesai Teh, siap ya!"

Aku menolehkan kepalaku melihatnya, ia mengarahkan kembali kontolnya ke lubang vaginaku. Eehhh tidak, bukan di vaginaku. Ia mendorong kontolnya masuk di lubang pantatku. Tidak!!! Aku belum siap untuk itu!

"Ehhh mas jangan dilubang itu, jangan dilubang pantatku mas...... Aaahhhhhh...... Pelan.. sakit...."

"Telat Teh, udah mau masuk ini hehe. Tahan ya tadi juga kan awalnya sakit tapi akhirnya enak juga kan!"

"Ta tapi aku belum pernah mas! Aaaarrggkkhhh...."

"Ya ini saatnya Teteh nyobain. Rasakan Teh, rasakan kontol saya di bool Teteh.... Eergghhhh..."

Dengan sekali hentakan yang sangat keras, kontolnya masuk didalam lubang pantatku. Mungkin belum seluruhnya, tapi rasanya sama saja. Sakit sekali, benar benar sakit. Lebih sakit dari vaginaku tadi. Kurang ajar memang pria ini!

"Aaaarggggggghhhhhh.... Anj*nggggg sakittt banget ..... Bangssssss*tttttt..... Udah jangan diterusin.. aarrgghhhhh..... Baddddjjjjj*nggannnn.. pantat aku saaakkiiitttt... Udahh mas annj*nnggg udah, stoppp."

"Aaaahhhhh enak teh lubang bool Teteh, mana mungkin... Aahhh... saya bisssaaa stoppp aahhh.... Sempit banget...."

Genjotannya semakin cepat, dengan hentakan dan paksaan lubang pantatku seakan sobek. Perih, sangat sangat perih kurasakan. Tak ada ampun bagiku, bahkan saat aku teriak kesakitan saja kontolnya terus menggenjot lubang pantatku. Pria itu lebih bajingan dari mas Rama.

"Aaaaakkkkhhhhhhh.... Udah sakiiiitttt massss... Udah, stoppp... Pantat aku sakit banget...."

Ia seakan tak mendengarku, ia tak peduli dengan rasa sakitku. Kenapa ia lakukan itu, apa salahku? Rasanya aku ingin pingsan saja saat ini, aku tak kuat menahannya.

Sssppllloookkkk...sssplookkk.. splookkkksss....

Ia terus menggenjotku dengan kencangnya.

"Aaahhhhh enak Teh bool kamu enakkk banget, lebih sempit dari memek kamu Teh. Aaahhhhh..."

Plaaaakkk... Plaaakkkkk...

Ia menggampar pantatku dengan keras. Genjotannya tak mengendur sedikitpun.

"Aaaarrgghhhhhkkhhh... Aaannjj*ngggg sakiiittt banggss*ttt udahhhh berhenti tttaaaa* .... Udahhhh."

Air mataku mulai keluar, perlahan menetes melewati pipiku dan jatuh ke tanah. Sakit sekali rasanya, aku tidak kuat lagi.

"Teh bentar lagi saya keluar, terima ini peju saya Teh!"

Genjotannya seperti tak tau arah, sangat cepat menghujam pantatku. Sampai akhirnya...

"Teh, kkkeelluuarrrr.... Aaahhhh..."

Ccrrroooottt... Ccrroootttt...ccrroottttt....

Spermanya terasa didalam lubang pantatku. Sialan bajingan ini mengeluarkannya didalam. Seenaknya saja pikirku. Dia melepaskan kontolnya dari lubang pantatku. Plooopppp.... Aku sakit, aku lemas tak kuat menahan tubuhku. Tubuhku terjatuh ke tanah, posisiku seperti sedang sujud saat ini. Aku benar benar lelah, lelehan spermanya terasa mengalir di kulit pantatku.

"Makasih ya Teh, saya pergi dulu!"

Aku tak memandangnya, aku hanya mendengar langkahnya saja yang menjauh dari diriku. Kubiarkan dia pergi, ya mau apalagi aku tak bisa berbuat apa apa dengan keadaanku saat ini. Ku atur nafasku yang berat, ku rasakan perih yang masih menyelimuti lubang pantatku.

Aku ingin pingsan tapi ku coba untuk menahannya. Kuyakin tidak ada yang menolongku di kebun ini. Sampai sesuatu menyentuh kulit vaginaku. Aku dengan kesadaran yang kurang membiarkan itu. Aku merasakan sesuatu menyentuh pinggangku, mengangkatnya keatas sehingga kini aku menungging lagi. Kemudian sesuatu menempel di ujung lubang vaginaku, menekan masuk terasa di dinding vaginaku. Dan, aaahhhhhh.... Siapa lagi yang sedang memperkosaku ini, kenapa ada lagi?

Dengan kesadaran yang lemah, aku menolehkan kepalaku melihat ke arah belakang tubuhku. Dan, seseorang terlihat sedang berdiri disana menggerakkan pinggulnya maju dan mundur menghantam pantat montokku. Astaga, aku sedang diperkosa lagi bahkan dengan pria yang berbeda dari yang tadi. Aku pasrah tak bisa berbuat apa apa, tubuhku terlalu lelah untuk memberontak, terlalu lemah untuk berteriak.

"Maaf Teh saya gak tahan, tolong jangan laporin saya! Saya penasaran pengen nyobain ngewe memek Teh.... Aaahhhh..... Enakk ternyata Teh....aaaahhh..."

Aku membiarkannya saja tanpa banyak berbicara. Mencoba menikmati apa yang sedang terjadi, apa ini balasan dari tujuanku balas dendam kepada mas Rama? Yaaa mungkin saja, tapi entahlah biarkan saja semua ini terjadi. Aku terlalu lelah memikirkannya.

Ssspplllookkk.. ssspplllloookkksss...pllloookkkk..

"Aaaahhhh ... Enak banget memek Teteh... Aaahhh."

"Hhhmmmppp... Hhhmmmppp...hhhmmpphh.."

Aku hanya bisa mendesah pelan tanpa mengeluarkan suara mencoba menikmati rasa nikmat di vaginaku dengan genjotan perlahan yang diberikan pria asing ini.

"Aaaahhhhh Teh... Saya gak kuat pengen keluar.. aahhhh... Teh saya kkkeeelllluuuuaaarrrr....."

Crrootttt... Ccccrrroottt... Ccrroottt....

Astaga, kenapa keluar didalem sih mas? Kenapa? Aku tak sempat untuk melarangnya, semua terjadi begitu cepat tanpa aku sadari. Lubang vaginaku menjadi hangat terisi spermanya, kupikir jumlahnya banyak karna saat ia mencabut kontolnya, spermanya langsung ikut meleleh keluar terasa di bibir vaginaku dan menetes ke tanah.

"Makasih ya Teh, maaf maaf banget saya malah ikut ngewe Teteh juga. Makasih buat memeknya, ternyata ngewe itu enak ya Teh.. maaf saya keluarin didalem, abisnya gak kuat Teh. Memek Teteh sempit hhhaaahhh... Ini pengalaman pertama buat saya Teh. Makasih, makasih banget. Tolong jangan laporin saya Teh! Saya pergi dulu!"

Dengan posisiku yang kini sedang bersujud, aku mendengar semua penjelasannya. Ini pengalaman pertama baginya, pantas saja cepet keluar. Tapi jangan tinggalin aku gitu aja dong.

"Eeehhh mas, jangan tinggalin! Jangan pergi tolongggg.... Aku lemes, tolong anter aku pulang!"

"Hhaahhh, sssaa ssa saayyyyaa taakuutt Teh, takut dilaporin."

"Nggak kok mas, aku gak akan laporin asal mas tolongin aku! Aku lelah, memek aku sakit, pantat aku perih mas. Aku pengen pingsan rasanya... Haaahhh!"

"Eehhh eehhh Teh jangan pingsan, ii iiya iya saya bantuin Teteh kok. Bentar Teh!"

Dia mengeluarkan plastik dari tasnya, ia gelar diatas tanah disamping tubuhku. Kedua tangannya memegang bahuku menggeser posisiku untuk duduk diatas plastik itu. Kini aku telah duduk diatasnya punggungku menyender ke tembok sementara kakiku terselonjor kedepan.

Ia lalu mengambil botol minum miliknya lalu memberikannya padaku, tak lupa ia membukakan tutupnya terlebih dahulu. Aku segera meminumnya,

Gglllleekkk.. gglleekkk.. glleekk...

Setengah botol sudah habis ku minum.

"Abisin aja Teh, Teteh haus banget kayanya!"

Aku meminumnya kembali, menghabiskannya satu botol penuh.

"Makasih ya mas, untung ada mas disini. Udah mau pingsan tadi aku!"

"Iya Teh, saya Ujang. Emmm panggil nama aja Teh gak biasa dipanggil mas hhe."

"Hmmm, A Ujang!"

"Naahhh, iya Teh."

"Aku Naya A."

"Maaf ya Teh saya malah ikutan....."

"Ngewe aku? Gapapa A, lagian Aa kan gak sengaja."

"Ehhh? Kok bisa Teh, Teteh di perkosa sama orang gendut itu?"

"Panjang A ceritanya....."

"Ehh bentar Teh, saya ada roti! Teteh udah sarapan? Muka Teteh keliatan pucet. Ini Teh dimakan aja!"

"Emmm, makasih ya A. Aku memang belum sarapan, tadinya mau beli bubur didepan terus si cowok gendut itu narik aku kesini A!"

"Hheeemm???"

"Bingung ya, aku ceritain dari awal deh tapi sambil makan rotinya ya hhe laper."

"Iya Teh, dimakan aja!"

"Jadi gini A, aku kan nginep di hotel X bareng pacar aku. Malem nya jam empat subuh aku sama pacar aku itu pengen nyoba buat ngewe di outdoor A, kepikiranlah ngelakuin di balkon hotel. Itu kan tempatnya kebuka dan masih subuh gak ada yang ngeliat kan pikir kita, jalanan masih sepi juga. Udah beres tuh sampe selesai, paginya jam enam aku pengen sarapan A nyarilah bubur. Kebetulan ada yang jual deket hotel X itu, aku jalan kaki belinya kan deket juga. Sendirian gak sama pacar aku A, pas udah nyampe di tukang buburnya eehhh si cowok gendut itu duduk disamping aku terus ngeliatin hpnya dia. Tau gak A apa yang dia liatin ke aku?"

"Apa emang Teh?"

"Video aku lagi ngewe sama pacar aku dibalkon!"

"Haaahhh, yang bener Teh? Jadi....?"

"Iya A bener, dia ngerekam aku waktu ngewe itu. Terus ngasih liat ke aku biar dia bisa ngewe aku A. Dan ya udah deh aku gak punya pilihan, aku diperkosa sama dia di tempat ini A. Tapi dia mainnya kasar bener bener kaya diperkosa akunya, main masukin ke memek aku padahal memek aku masih kering. Kan sakit ya A? Terus ngewe bool aku juga A, padahal bool aku masih perawan. Sakit banget rasanya. Terus pas udah muncrat didalem bool aku, dia pergi gitu aja. Sialan emang! Cowok bajingan!"

"Yaaahhhh saya juga dong Teh, maaf ya keluar di dalem memek Teteh. Maaf banget gak tahan soalnya, liat memek bidadari bekas di ewe orang. Jadi khilaf deh! Hehe."

"Yaudah lah A, udah kejadian juga. Ehh iya, A Ujang kok bisa ada disini juga?"

"Saya lagi nyari cacing Teh buat mancing, tuh disana banyak batang pohon pisang yang udah layu biasanya banyak cacing didalemnya. Pas lagi nyari denger teriakan cewek, penasarankan. Pas dideketin ada yang lagi ngewe. Yaaa saya intip aja Teh lumayan buat bahan coli dirumah, bisa dibayangin lagi kan hhe. Saya kira suka sama suka, ehh ternyata diperkosa. Soalnya si cowoknya pergi ninggalin Teteh. Tadinya mau langsung nolongin, pas liat memek Teteh didepan mata ehh malah ikut nyobain ahaha maaf ya Teh gak sengaja."

"Ahahaha dasar, apanya yang gak sengaja A orang itu disengaja juga!"

"Hhe abisnya gak tahan Teh, selama ini cuma bisa coli doang sambil nonton bokep di hp. Tadikan ada kesempatan ya saya manfaatin deh. Sayangkan Teh, dan akhirnya saya bisa ngewe juga, bisa ngerasain memek cewek Teh. Makasih ya!"

"Iya gapapa A, A Ujang kerja?"

"Iya Teh, jadi kuli saya berhubung sekarang libur hari minggu, jadinya mau mancing di sungai sana!"

"Heeemmm kuli ya A, kuat dong? Harusnya tahan lama kan, kok tadi cepet keluarnya?"

"Hhe namanya juga pengalaman pertama Teh, saya belum biasa belum tau rasanya kaya apa. Ternyata enak ya kaya di peres gitu kontol saya dilubang memek Teteh yang sempit kaya masih perawan Teh."

"Ya emang kaya masih perawan A, baru tadi malem aku lepas perawan aku sama pacar. Jadi ya masih sempit rasanya."

"Ooowwhhh, pantesan Teh kalau gitu mah."

"Makasih ya A mau nolongin aku, untung aku dikasih minum sama roti ini. Kalau ngga mungkin aku udah pingsan disini, terus gak ada yang nolongin. Teruuussss..... Ihhh serem."

"Iya Teh sama sama. Teteh masih laper ya?"

"Hhe iya A sedikit."

"Ini saya bawa roti lima bungkus, abisin aja semuanya Teh sampe Teteh kenyang. Biar ngga capek lagi pas pulang dari sini."

"Boleh A?"

"Boleh dong, abisin aja Teh!"

"Ntar Aa gimana pas mancing nanti?"

"Gampang Teh tinggal beli lagi, murah juga!"

"Makasih ya, makasih banyak A."

"Iya Teh."

Aku kembali memakan roti pemberian A Ujang, semua ku habiskan. Entah kenapa perutku lapar sekali, pemerkosaan tadi membuatku kekurangan energi. Untung ada A Ujang yang bantuin, kalau gak ada dia gak tau deh nasib aku gimana.

"Teh Naya mau pulang sekarang? Ayo deh saya anter!"

"Boleh deh A, sampai ujung gang aja ya. Nanti ke hotelnya aku jalan sendiri aja!"

"Iya Teh, kuat gak berdirinya? Sini saya bantu!"

A Ujang menjulurkan kedua tangannya membantu aku untuk berdiri. Perhatian banget sih menurutku, apa dia aku jadikan partner threesomeku aja ya? Mas Joko kan aku belum tau juga dia gimana sikapnya. Heeemm kita pikirin nanti aja deh.

Aku sudah berdiri, kini kurasa tubuhku sudah kuat kembali. Aku berjalan berduaan dengan A Ujang mengantarkanku hingga di ujung gang. Jalanku memang sedikit mengangkang, selangkanganku terasa bengkak apalagi lubang pantatku. Serasa ada yang masih mengganjal didalamnya. Oh iya aku tidak jadi membeli bubur karna saat aku lewat, sudah tutup rupanya.

Aku sampai di depan pintu kamar hotel lalu mengetuknya. Kartu aksesnya tidak aku bawa saat membeli bubur tadi.

Tok.. tok..tok...

"Mas, mas Yayad.. ini aku Naya!"

Pintu dibuka oleh mas Yayad, ia kaget melihat penampilanku. Lusuh, kotor, berkeringat.

"Pagi mas, hhe."

"Darimana aja sih mbak? Beli sarapan selama ini?"

"Emang jam berapa sekarang mas?"

Aku memasuki kamar hotel.

"Tuh, udah jam sembilan mbak. Tiga jam beli sarapan sih kebangetan ya. Terus mana mbak buburnya? Kok mbak gak bawa apa apa. Mbak makan buburnya disana? Eehhh bentar bentar, kok ada yang aneh sama cara jalan mbak, kok agak ngangkang gitu mbak? Mbak kenapa?"

"Satu satu dong mas nanyanya? Aku kan bingung jawab yang mana dulu."

"Hehe."

"Mas belum sarapan dong jadinya?"

"Ya belum dong mbak, kan saya nungguin mbak. Tadinya mau sarapan ke resto hotel, tapi masa sendirian gak enak dong. Tapi mbak gak pulang pulang ditungguin dari tadi."

"Hhe maaf ya mas, tadi ada kejadian aneh waktu beli bubur. Mending mas pesen sarapan hotel aja biar dianter kesini!"

"Yaudah deh mbak, aku pesen dua porsi ya sama mbak. Mbak mau apa?"

"Nasi goreng aja mas."

"Oke"

Mas Yayad memesankan sarapan untuk kami berdua melalui room service hotel ini. Sementara aku ingin membersihkan tubuhku dulu, lengket rasanya. Dua lubangku juga dipenuhi sperma.

"Mas aku mandi dulu ya, ceritanya nanti aja sambil sarapan!"

"Iya mbak."

"Mas mau mandi bareng aku nggak?"

"Saya udah mandi tadi mbak."

"Yaudah."

Aku sudah selesai mandi, sarapan pun sudah tiba dan tersaji di meja makan. Kami berdua langsung memakannya dengan lahap. Disitu aku ceritakan semua kejadian di belakang rumah kosong tadi, kejadian pemerkosaan terhadap diriku sampai aku ditolong oleh A Ujang. Semuanya lengkap ku ceritakan.

"Gila mbak, ternyata sudah keduluan orang rupanya. Bool mbak jadi udah gak perawan juga, hhhaaahhh.."

"Ya gimana mas, aku gak bisa nahan dia juga. Aku diperkosa habis habisan sama dia hampir mau pingsan. Untung ada A Ujang yang nolongin kalau ngga, gak tau deh. Aku pingsan mungkin disana, dan gak ada orang yang tau mas."

"Yaudah deh mbak, mau gimana lagi kan. Yang penting mbak selamat udah bisa pulang ke hotel ini lagi."

"Iya mas bersyukur banget deh meskipun memek sama pantat aku perih gini, yang penting aku selamet."

"Yah gak bisa, ngewe lagi dong mbak?"

"Heemmm bisa aja kalau mas Yayad tega sama aku!"

"Hhe gitu banget mbak, iya iya paham."

"Terus bales dendamnya gimana mbak?"

"Ohhh iya mas sampe lupa aku, hp ku dimana ya?"

"Tuh diatas kasur mbak!"

Aku mengambil hp ku, melihat layarnya. Ada chat dari mas Rama rupanya. Ku baca kemudian.

"Adek dimana? Tadi mas ke rumah adek gak ada siapa siapa! Adek pergi? Kemana? Dengan siapa? Kok gak bilang bilang sama mas! Mas khawatir dek!"

Huuuuu, so perhatian. Urus aja tuh si Ayu. Aku lalu membalas nya.

"Gak usah sok perhatian lagi, mulai sekarang kita putus. Mas Rama nikah aja sama Ayu! Aku udah punya pasangan baru, calon suami aku. Dan itu bukan mas Rama!"

Kirim....

"Mas sini bentar! Kita foto ciuman dulu buat aku kirim ke mas Rama."

Klik... Sebuah foto aku dan mas Yayad yang sedang berciuman mesra.

Kirim....

Aku mengirimkan foto itu ke mas Rama. Tak lama sebuah chat masuk, itu balasan dari mas Rama.

"Kok gitu sih dek, gak bisa gitu dong dek kita kan udah mau nikah dek. Mas sayang sama kamu mas cinta sama kamu dek maafin mas, mas khilaf waktu itu. Itu salah Ayu dek bukan salah mas. Mas maunya nikah sama kamu bukan sama Ayu!"

"Terserah mas mau bilang apa juga, sekarang aku bukan siapa siapa mas lagi. Aku sudah gak peduli sama mas. Mas jangan pernah datang kerumahku lagi. Mas jangan pernah ganggu kehidupan aku lagi. Mas jangan hubungi aku lagi, ingat itu mas Rama! Karna sekarang aku BENCI mas Rama!"

"Adek maafin mas, mas gak mau kehilangan adek!"

"Gak mas, semua sudah berakhir!"

Aku lalu mengirimkan foto dan video yang aku buat kemarin padanya.

Kirim.. kirim...

"Dek kamu jahat sama mas! Ini siapa yang di video dek?"

"Biarin, mas duluan yang jahatin aku."

"Dek mas telepon kamu ya!"

Tak lama panggilan telepon berdering. Sebelum aku angkat aku membuka dahulu handuk kimonoku, dan menyuruh mas Yayad untuk bertelanjang juga.

"Mas buka bajunya juga!"

"Iya mbak."

Aku mengangkatnya, menjawab telepon dari mas Rama.

"Hallo dek."

"Iya hallo mas."

"Maafin mas dek, mas ngaku salah tapi mas gak mau kehilangan kamu dek. Jangan pergi dari mas, kita harus jadi nikah dek. Mas udah siap!"

"Gak bisa mas, mas ngewenya sama Ayu kok nikahnya sama aku. Itu gak adil mas, kasian Ayu. Apalagi dia udah hamil anaknya mas, mas harus tanggung jawab, titik!"

Aku memberi kode pada mas Yayad untuk memasukkan kontolnya ke memekku, berpura pura sedang berhubungan. Tapi ya adegannya beneran.

"Aahhhh...."

"Kamu kenapa dek, kok mendesah gitu?"

Aku lalu mengalihkan panggilan telepon menjadi panggilan video. Dan mas Rama menerimanya. Kami jadi sedang video call sekarang.

"Hallo mas! Aahhh..."

"Ha ha hallo dek, kamu lagi apa?"

"Lagi ngewe mas, sama pacar baru aku. Calon suami aku mas Rama, namanya mas Yayad! Nih aku kasih liat!"

Aku mengarahkan kamera hp ku ke mas Yayad yang sedang menyetubuhiku. Ku jauhkan hp ku agar angle kameranya bisa menangkap gambarku dan mas Yayad.

"Hallo mas Rama, kenalin aku Yayad. Calon suami mbak Naya. Maaf ya mas Rama perawan mbak Naya saya ambil. Enak nih mas memek mbak Naya, sempit legit lagi. Aaahhhhh... Maaf juga kalau saya yang bakal nikah sama mbak Naya, saya yang jadi suaminya bukan mas Rama. Mas Rama sama Ayu aja ya!"

"Tuhkan mas Rama denger sendiri dari mas Yayad, dia yang bakal jadi suami aku mas. Bukan mas Rama, jadi mulai hari ini hubungan kita cukup sampai disini mas! Ayo mas Yayad genjot memekku lagi, lebih kenceng mas. Ewe aku terus, tubuhku milik kamu sekarang!"

Aku melihat wajah mas Rama di layar hp ku, ia nampak kaget sekaligus sedih tak percaya dengan apa yang aku lakukan. Tapi ia tetap antusias melihat adegan persetubuhan yang aku lakukan dengan mas Yayad.

"Kamu jahat dek, benar benar jahat sama mas! Hati mas sakit dek liat persetubuhan kamu sama mas Yayad. Harusnya itu milik mas dek, kenapa kamu berikan itu sama cowok lain. Harusnya mas yang ngerasain perawan kamu dek. Kenapa, kenapa malah orang lain yang merasakannya? Kamu jahat Naya!"

"Aaahhhh, enak mas terusss.... Semua ini aku lakukan untuk membalaskan dendamku ke kamu Rama! Selamat tinggal untuk semuanya, dadah......"

"Naya jangan tinggalin aku Nay!"

"Aaaahhhhh .. love you mas Yayad. Mmmuuuaachhh......"

"NNNAAAAYYYYYYAAAAAAAAAA......."

Klliikkkk...

Video call pun aku akhiri.

"Aaakkhhhh, sakit masss. Udah!"

"Iya mbak."

Mas Yayad kini berbaring disamping ku.

"Ngeri ya mbak, kehidupan itu!"

"Ya gitulah mas, udah paling bener jadi orang baik aja. Kaya mas Yayad, aku yakin itu!"

"Iya mbak, saya usahain yang terbaik buat mbak Naya, juga buat hubungan kita!"

" Makasih ya mas!"

"Iya mbak."

Cccuuupppppsss........

Tingggggg...

Suara dering pesan masuk ke hp ku, dari siapa? Mas Rama lagi?

Ku lihat nomor baru rupanya, bukan mas Rama!

"Assalamualaikum mbak, ini aku Indah yang semalam. Mbak Naya aku boleh ikut gabungkan? Aku tertarik sama ajakan mbak Naya dan mas Yayad. Kalau boleh, aku minta di sharelok kan lokasi hotelnya mbak!"

"Mas liat deh!"

Mas Yayad kemudian membaca isi chat dari mbak Indah.

"Waaahhh kita berhasil mbak!"

"Iya mas, kita bakal buat ukhti muslimah itu jadi binal seperti aku. Siap siap ya mbak Indah!"